NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

12
NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: SEBUAH PERJUANGAN SEORANG PEREMPUAN Novel Love in The Welding Andrea Hirata Works: A Women Trafficking Agus Yulianto Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, Jalan A. Yani, Km 32,2 Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Telp: 0511-4772641, Pos-el: [email protected] Diajukan: 14 Mei 2015, direvisi: 9 Juni 2018 Abstract The purpose of this research is to find out the forms of life struggle of the character of Maryamah in Love novel in Glass. The problem in this research is how the struggle of life is done Maryamah in upholding dignity of herself and his family and more widely for his people. This research uses descriptive qualitative method with feminism approach. Based on the analysis it can be seen that Maryama's life struggle includes struggle in earning a living for family, struggle to learn, and struggle in reestablishing her dignity. Keywords: Novel Love in The Welding, struggle, feminism Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk perjuangan hidup tokoh Maryamah dalam novel Cinta di Dalam Gelas. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perjuangan hidup yang dilakukan Maryamah dalam menegakkan martabat dirinya dan keluarganya serta lebih luas lagi bagi kaumnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan feminisme. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa perjuangan hidup yang dilakukan Maryamah meliputi perjuangan dalam mencari nafkah untuk keluarga, perjuangan untuk belajar, dan perjuangan dalam menegakkan kembali harkat dan martabat dirinya. Kata kunci: Novel Cinta di Dalam Gelas, perjuangan, feminism

Transcript of NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Page 1: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: SEBUAH PERJUANGAN SEORANG PEREMPUAN

Novel Love in The Welding Andrea Hirata Works: A Women Trafficking

Agus Yulianto

Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, Jalan A. Yani, Km 32,2 Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Telp: 0511-4772641, Pos-el: [email protected]

Diajukan: 14 Mei 2015, direvisi: 9 Juni 2018

Abstract

The purpose of this research is to find out the forms of life struggle of the character of Maryamah in Love novel in Glass. The problem in this research is how the struggle of life is done Maryamah in upholding dignity of herself and his family and more widely for his people. This research uses descriptive qualitative method with feminism approach. Based on the analysis it can be seen that Maryama's life struggle includes struggle in earning a living for family, struggle to learn, and struggle in reestablishing her dignity. Keywords: Novel Love in The Welding, struggle, feminism

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk perjuangan hidup tokoh Maryamah dalam novel Cinta di Dalam Gelas. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perjuangan hidup yang dilakukan Maryamah dalam menegakkan martabat dirinya dan keluarganya serta lebih luas lagi bagi kaumnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan feminisme. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa perjuangan hidup yang dilakukan Maryamah meliputi perjuangan dalam mencari nafkah untuk keluarga, perjuangan untuk belajar, dan perjuangan dalam menegakkan kembali harkat dan martabat dirinya. Kata kunci: Novel Cinta di Dalam Gelas, perjuangan, feminism

Page 2: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 1--12

2

I. Pendahuluan Andrea Hirata adalah seorang

pengarang yang banyak mengangkat masalah-masalah masyarakat Melayu Belitung dalam novel-novel yang diciptakannya. Hal ini sebenarnya tidak aneh disebabkan Andrea sendiri adalah orang Melayu asli yang dilahirkan di Belitung. Oleh sebab itu, Andrea Hirata mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang kuat mengenai sosio budaya masyarakatnya sehingga penggambaran sosial budaya yang menjadi latar terasa begitu hidup dan kuat dalam cerita.

Menurut Johnson (dalam Faruk, 2005: 45-46), novel mempresentasikan suatu gambaran yang jauh lebih realistis mengenai kehidupan sosial. Ruang lingkup novel sangat memungkinkan untuk melukiskan situasi lewat kejadian atau peristiwa yang dijalin oleh pengarang atau melalui tokoh-tokohnya. Kenyataan dunia seakan-akan terekam dalam novel. Dunia novel adalah representasi pengalaman pengarang yang sudah melewati perenungan kreasi dan imajinasi sehingga dunia novel itu tidak harus terikat oleh dunia sebenarnya.

Hal yang sering menjadi pokok pembahasan Andrea Hirata dalam novel Cinta di Dalam Gelas, yaitu mengenai sebuah perjuangan seorang perempuan dalam menegakkan martabatnya di tengah kondisi keterpurukan dirinya. Perjuangan perempuan itu sungguh tidak mudah di tengah kungkungan tradisi dan ekonomi yang membelit dirinya. Akan tetapi, dengan tekad baja dan keberanian, perempuan itu menantang segala ketidakmungkinan dan membuktikan dirinya sebagai orang yang mempunyai martabat.

Perjuangan perempuan tersebut tentu semakin rumit di tengah budaya patriarki yang dianut oleh masyarakat Melayu yang ada di Belitung. Oleh sebab

itu, Liasna (2016: 207) menyebutkan dalam masyarakat yang masih kuat dengan budaya patriarki, seperti daerah Belitung, perempuan masih menjadi makhluk kelas dua. Perempuan dalam konsep gender yang muncul dari budaya dan kebiasaan masyarakat telah menciptakan ketidakadilan gender.

Di tengah komunitas masyarakat Belitung yang masih menganut sistem patriarki seperti itulah perempuan yang bernama Maryamah berusaha berjuang untuk meningkatkan kualitas hidup dan martabat dirinya. Perempuan itu membuktikan dirinya dengan cara berjuang dan belajar. Dia membuktikan dirinya tanpa harus menjelek-jelekkan orang lain. Segala persoalan hidupnya menjadikan dirinya sebagai guru kesedihan. Akan tetapi, dia tidak menyesali nasib namun pasrah dengan kehidupan tersebut.

Perjuangan Maryamah ini sungguh sangat menginspirasi dan memberikan kontribusi positif bagi pembacanya. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk perjuangan hidup tokoh Maryamah dalam novel Cinta di Dalam Gelas. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perjuangan hidup yang dilakukan Maryamah dalam menegakkan martabat dirinya dan keluarganya serta lebih luas lagi bagi kaumnya?

Budianta (2008:77) men-definisikan novel cerita rekaan yang isinya dapat berupa kisah sejarah atau sederetan peristiwa. Menurut Suharto (2001:43), novel merupakan suatu struktur yang bermakna. Novel tidak merupakan rangkaian tulisan yang menggairahkan ketika membaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur terpadu.

Peristiwa yang terjadi dalam suatu cerita biasanya terjadi sebagai akibat dari perilaku tokoh. Tanpa tokoh

Page 3: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Novel Cinta Di Dalam Gelas … (Agus Yulianto)

3

tidak ada peristiwa. Menurut Sudjiman (1992:19), berdasar fungsinya tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peran penting disebut tokoh sentral. Adapun yang dimaksud dengan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.

Tokoh Maryamah yang terdapat dalam novel dapat dikategorikan sebagai tokoh bawahan sedangkan tokoh sentralnya adalah Ikal. Oleh sebab itu, tokoh Maryamah ini sangat menunjang keberadaan tokoh utama dalam cerita.

Menurut Nurgiyantoro (2005: 167), tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita seolah-olah sebagai corong penyampai pesan bahkan memungkinkan pula sebagai refleksi pikiran, sikap, pendirian, dan keinginan-keinginan pengarang.

Kajian wanita dalam karya sastra tidak terlepas dari unsur feminisme, yaitu pengkajian wanita dalam karya sastra yang tidak terlepas dari nilai-nilai patriarki yang berupa dominasi kaum laki-laki terhadap wanita. Kajian feminisme dalam sastra lebih dikenal dengan istilah kritik sastra feminis.

Menurut Soeharto (2002: 15), kritik sastra feminis adalah studi sastra yang mengarahkan fokus analisis pada perempuan. Dasar pemikiran feminis dalam penelitian sastra adalah upaya pemahaman kedudukan peran perempuan seperti yang tercermin dalam karya sastra.

Menurut Ratna (2006: 184), feminis berasal dari kata femme (woman), berarti perempuan (tunggal)

yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial. Tujuan feminis menurutnya adalah keseimbangan interrelasi gender. Feminis merupakan gerakan yang dilakukan oleh kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasi-kan, dan direndahkan oleh kebudayaan yang dominan, baik dalam tataran politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial lainnya.

Menurut Sugihastuti (2000: 26), munculnya ide-ide feminis berangkat dari kenyataan bahwa konstruksi sosial gender yang ada mendorong citra perempuan masih belum memenuhi cita-cita persamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Kesadaran akan ketimpangan struktur, sistem, dan tradisi dalam masyarakat. Hal inilah yang kemudian melahirkan kritik sastra feminis.

Menurut Djajanegara (2000: 4), tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Perjuangan dan usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki.

Menurut Tuloli (2000: 89), pada umumnya, semua karya sastra yang menampilkan tokoh perempuan, baik dalam ragam fiksi maupun puisi dapat dikaji dengan pendekatan feminisme. Yang dikaji dalam hubungan dengan tokoh perempuan adalah (a) peranan tokoh perempuan dalam karya sastra itu, baik sebagai tokoh sentral maupun bawahan, tokoh protagonis maupun antagonis; (b) hubungan tokoh perempuan dengan tokoh-tokoh lainnya; (c) perwatakan tokoh perempuan, cita-cita, tingkah laku,

Page 4: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 1--12

4

perkataan, dan pandangan tentang dunia dan kehidupan; (d) sikap penulis pengarang perempuan dan pengarang laki-laki terhadap tokoh perempuan. 2. Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan feminisme. Menurut Sugiyono (2013:147), metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data.

Menurut Ratna (2006: 46—47) metode kualitatif memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskriptif. Sumber data penelitian kualitatif dalam ilmu sastra, yaitu karya, naskah, dan data peneltiannya. Data formalnya seperti kata-kata, kalimat, dan wacana. Menurut Budianta (1998: 201), pendekatan feminis pada intinya adalah suatu kritik ideologis terhadap cara pandang yang mengabaikan permasalahan ketimpangan dan ketidakadilan dalam pemberian peran dan identitas sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin.

Tahapan penelitian ini dilakukan pertama dengan membaca novel secara keseluruhan kemudian mengumpulkan data berupa kalimat dan paragraf. Data tersebut kemudian dianalisis menyangkut kandungan informasi tentang perjuangan hidup tokoh Maryamah. 3. Pembahasan Perjuangan hidup yang dijalani oleh Maryamah dalam novel Cinta di Dalam Gelas sebagai berikut. 3.1 Perjuangan Hidup dalam Mencari Nafkah Maryamah atau Enong adalah anak sulung dari empat bersaudara.

Adik-adik Maryamah perempuan semua, yaitu Ania, Lana, dan Ulma. Awalnya, kehidupan keluarga Maryamah berlangsung seperti keluarga masyarakat Belitung umumnya. Akan tetapi, setelah kematian ayahnya kehidupan keluarga Maryamah berubah drastis. Orang yang menjadi tulang punggung keluarga telah tiada. Sementara itu, tidak ada harta peninggalan ayahnya yang dapat diandalkan sedangkan ibunya juga sudah tidak muda lagi. Pada titik inilah Maryamah mengambil keputusan yang sangat berani, yaitu bekerja menjadi seorang penambang timah. Pada waktu itu tidak ada seorang wanita pun di Belitung yang berprofesi sebagai penambang timah. Dia menjadi penambang wanita pertama di Belitung. Profesi penambang timah adalah sebuah profesi yang memerlukan keberanian dan fisik yang kuat. Oleh sebab itu, dalam masyarakat Melayu Belitung hanya para lelakilah yang memilih profesi sebagai penambang timah. Jarang sekali para wanita memilih profesi sebagai penambang. Menambang timah merupakan pekerjaan yang perlu tenaga dan keras. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.

“Namun, ketika aliran timah itu ditemukan, mereka bekerja lima kali lipat lebih keras dari petani dan dan tujuh kali lipat lebih keras dari pedagang. Kawan, jangan kau pusingkan matematika itu. Kami bahkan bekerja lebih dari yang sesungguhnya kami sanggup. Para penambang berendam di dalam air setinggi dada dengan risiko ditelan mentah-mentah oleh buaya, berjemur seharian di bawah terik matahari sampai mencapai empat puluh

Page 5: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Novel Cinta Di Dalam Gelas … (Agus Yulianto)

5

derajat Celcius, mencangkul sekuat tulang sambil menduga-duga ke mana timah mengalir. Jika beruntung, mereka mendapat segenggam timah, setengah kilogram, dan dijual pada penampung seharga tujuh ribu rupiah. Adakalanya berhari-hari bekerja dengan cara mengerikan seperti itu, tak mendapat segenggam apa pun. Lalu, kembalilah mereka ke warung-warung kopi untuk melamun, untuk mengadukan nasib sesama penambang, dan melarutkan kepedihan hidup di dalam segelas kopi (Hirata: 60).

Himpitan kehidupan membuat Maryamah tidak mempunyai pilihan lain selain hanya menjadi seorang penambang timah. Maryamah mulai mendulang timah sejak usianya baru empat belas tahun dan Maryamah adalah wanita pertama yang mendobrak tradisi di Belitung bahwa para penambang timah haruslah laki-laki.

Enong (Maryamah) tetap bekerja sebagai pendulang timah. Namun, ia tak lagi satu-satunya perempuan. Sekarang dengan mudah dapat ditemukan perempuan di ladang tambang. Enonglah yang memulai semua itu. Enong masih pula setia berkirim surat (Hirata:18) Enong (Maryamah) bekerja keras menjadi pendulang timah sejak usianya baru 14 tahun. Ia berusaha sedapat-dapatnya memenuhi apa yang diperlukan ketiga adiknya dari seorang ayah.

Dibelikannya mereka baju lebaran, diurusnya jika sakit, dan ia menangis setiap kali mengambil rapor yang seharusnya ditandatangani ayahnya itu, ia rindu pada ayahnya (Hirata: 11).

Perjuangan hidup Maryamah

tidak sia-sia. Seiring dengan berjalannya waktu, satu per satu adiknya beranjak dewasa dan mulai dipersunting oleh para lelaki. Adik-adiknya sangat mengerti perjuangan dan pengorbanan Maryamah bagi kehidupan mereka dan mereka sangat berterima kasih kepada Maryamah.

4.2 Perjuangan Hidup untuk Mengangkat Harkat dan Martabat Diri Maryamah menjadi orang terakhir yang menempuh hidup berumah tangga dalam keluarganya. Ketiga adiknya Ania, Lana, dan Ulma memilih mendahului Maryamah untuk berumah tangga dan pergi meninggalkan rumah untuk mengikuti suaminya masing-masing. Walaupun akhirnya menikah, kehidupan rumah tangga Maryamah tidak sebaik adik-adiknya. Maryamah menikah dengan seorang laki-laki yang bernama Matarom. Matarom adalah laki-laki yang mempunyai perilaku buruk. Bahkan, kelakuan buruk Matarom sudah terlihat sejak awal-awal perkawinan. Namun, Maryamah mencoba untuk bertahan dengan berbagai alasan. Salah satunya disebabkan untuk menjaga perasaan ibunya. Akan tetapi, pertahanan Maryamah akhirnya runtuh juga setelah datang seorang perempuan muda yang sedang hamil dan mengaku sebagai istri Matarom. Maryamah kemudian meminta cerai dari Matarom.

Page 6: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 1--12

6

Maryamah atau Enong melanjutkan kembali kehidupannya bersama dengan ibunya. Rasa keterpurukan akibat ditipu oleh Matarom yang ternyata telah mempunyai istri sedikit banyak mendera dirinya. Akan tetapi, pantang bagi Maryamah untuk meratapi nasib. Maryamah mempunyai pandangan hidup yang cukup unik. Dia hanya memberikan kesempatan bagi rasa kesusahan mendera dirinya cukup satu malam saja.

“Kasihan dia, sungguh berat cobaan hidupnya. Nada bicaranya jelas mengesankan bahwa Matarom dan catur telah menjadi biang keladi kesusahannya. Namun, ia memang perempuan istimewa.” “Kalau aku susah,” katanya dengan sorot mata yang lucu, “cukuplah kutangisi semalam. Semalam suntuk. Esoknya, aku tak mau lagi menangis. Aku bangun dan tegak kembali” (Hirata: 45).

Rasa keterpurukan akibat ulah

Matarom membuat Maryamah bertekad untuk mengembalikan harkat dan harga dirinya kembali terutama di mata bekas suaminya itu. Jalan untuk mengembali-kan harkat dan harga dirinya ditemukan oleh Maryamah melalui tradisi pertandingan catur tujuh belasan yang setiap tahun diadakan di kampungnya. Maryamah ingin menantang Matarom dalam permainan catur tersebut. Hal itu disebabkan Matarom adalah kampium catur yang telah memenangkan juara pertama di pertandingan catur selama dua tahun berturut-turut. Rencana tersebut kemudian disampaikan kepada Ikal. Ikal sendiri merasa sangsi akan keberhasilan rencana Maryamah tersebut. Hal itu disebabkan lagi-lagi

keinginan Maryamah tersebut berbenturan dengan tradisi di masyarakat Melayu Belitung bahwa tidak ada satu pun wanita yang dibolehkan ikut dalam pertandingan catur. Hal itu disebabkan terdapat anggapan bahwa yang boleh mengikuti pertandingan catur hanyalah para lelaki.

“Tetap tak mungkin. Ketua panitia pertandingan tahun ini Modin. Dia itu orang Islam yang keras. Mendengar perempuan main catur saja dia pasti tidak setuju, apalagi mau melawan laki-laki.” Pendapat itu benar. Jika orang-orang Islam ini telah terbagi menjadi beberapa golongan, maka Modin yang bertugas menikahkan orang itu termasuk dalam golongan keras. Namun, Maryamah menunjukkan wajah serius. Aku tahu, pendirian perempuan itu sangat teguh. Ia takkan mundur begitu saja. Selamot menepuk-nepuk pundaknya sambil meman-dang kesal pada pria-pria di warung sebelah sana yang makin keras saja tawanya. Kami sepakat merahasiakan rencana sensitif itu” (Hirata: 47).

Pola masyarakat patriarki yang

terdapat pada masyarakat Melayu Belitung membuat cita-cita Maryamah sungguh tidak mudah untuk diwujudkan. Tidak hanya Modin yang tidak setuju wanita bermain catur, bahkan Paman Ikal sendiri pun berpandangan sama.

“Kampung kami adalah kampung lelaki. Tradisi kami amat patriarkat. Tak pernah

Page 7: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Novel Cinta Di Dalam Gelas … (Agus Yulianto)

7

sebelumnya ada perempuan main catur, apalagi bertanding melawan lelaki. Perempuan, dalam kaitannya dengan catur, hanya menghidangkan kopi saat suami main catur bersama kawan-kawannya, lalu tak bisa tidur karena mereka tertawa terbahak-bahak mengejek yang kalah. Akhirnya, dengan kepala pening di tengah malam, membereskan meja yang berantakan. Begitu saja. Perempuan tak berurusan dengan soal sekak stir. Tahu-tahu Maryamah muncul ingin menantang pria-pria itu? Tak perlu jauh-jauh aku melihat penentangan masyarakat akan rencana Maryamah, melihat sikap pamanku sendiri, aku berkecil hati. “Kutengok di televisi, lelaki berbaju macam perempuan, perempuan bertingkah macam laki-laki. Rupanya tabiat macam itulah yang disenangi orang sekarang ini!” (Hirata: 85).

Ikal sangat memahami kondisi

masyarakatnya yang sangat berpola patriarki tersebut. Oleh sebab itu, rencana Maryamah untuk ikut serta dalam kejuaraan catur di kampungnya sangat dirahasiakan. Akan tetapi, rencana Maryamah untuk ikut pertandingan catur tersebut mendadak bocor di tengah-tengah masyarakat dan menimbulkan kehebohan yang sangat terasa di kampung Ikal. Kehebohan itu sungguh di luar dugaan, yaitu terciptanya dua kubu yang saling berseberangan. Ada masyarakat yang pro dengan keinginan Maryamah untuk ikut bertanding catur dan ada

masyarakat yang kontra. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.

“Namun, tak dinyana, dalam waktu singkat, masyarakat terbagi dua antara yang pro dan kontra. Di pasar, di rumah-rumah, di kantor desa, di puskesmas, dan di pinggir jalan pertentangan pendapat memanas. Pengunjung wa-rung kopi yang mendapat topik baru selain menjelek-jelekkan pemerintah, mem-buat soal Maryamah semakin heboh. Kasak-kusuk merebak. Pamanku marah bukan buatan. Digenggamnya selangkangannya kuat-kuat sebab ia mau berteriak. “Apa kubilang, perempuan zaman sekarang benar-benar tak tahu adat! Apa hak mereka mau ikut pertandingan catur segala? Catur adalah hak orang laki! Main bekel buah siput, itulah yang paling cocok untuk mereka!” Majelis pengunjung warung kopi bertepuk tangan meng-aminkan pendapat Paman” (Hirata: 94).

Masyarakat yang terbelah akibat

adanya keinginan Maryamah untuk mengikuti perlombaan catur memaksa para tetua kampung untuk bermusyawarah. Mereka ber-musyawarah untuk mencapai mufakat untuk dibolehkan atau tidak, apakah Maryamah dibolehkan untuk ikut perlombaan catur. Solusi atas persoalan Maryamah itu sungguh tidak terduga, yaitu datang dari paman Ikal sendiri yang berpendapat bahwa Maryamah boleh ikut pertandingan catur dengan syarat menggunakan kain pembatas atau Maryamah memakai burkak (kain

Page 8: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 1--12

8

penutup wajah) agar tidak saling memandang satu sama lain yang bukan mahramnya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.

“Pamanku malah lebih muntap. Ia berdiri lagi, digenggamnya kuat-kuat selangkangannya. Suaranya menggelegar. “Menurut hematku, kalau Modin ingin menghindari hukum agama dilanggar, pasang saja pembatas pada meja pertandingan! Maryamah bisa pula memakai burkak! Ia tak perlu saling pandang dengan siapa pun! Mertua A Nyan namanya Toha, lelaki atau perempuan, sama saja! Tak tahukah kalian, zaman sudah berubah. Perempuan juga punya hak seperti laki-laki! Mereka mau main catur, mau manjat pohon pinang, mau manjat tiang listrik, itu urusan mereka! Itu hak mereka yang harus kita hormati” (Hirata: 108).

Perjuangan Maryamah untuk

mengangkat kembali harkat dan martabat dirinya memasuki babak baru dengan dibolehkannya dirinya mengikuti perlombaan catur. Babak demi babak dilalui Maryamah dengan memeroleh kemenangan dan itu menimbulkan kegemparan yang luar biasa di antara para peserta dan para penonton.

Sebetulnya Maryamah secara diam-diam belajar catur dari seorang grand master perempuan tingkat dunia yang bernama Ninochka Stronovsky. Maryamah belajar catur kepada Ninochka atas bantuan Ikal melalui perantaraan internet. Ninochka mengirimkan diagram-diagram catur

kepada Ikal melalui internet agar diteruskan kepada Maryamah. Lambat laun dengan latihan yang keras Maryamah menjelma menjadi seorang jawara catur perempuan di kampungnya.

Perjuangan Maryamah semakin memuncak karena berhasil mencapai babak semifinal. Lawan Maryamah di semifinal bukan orang sembarang. Dia adalah runner up perlombaan tahun lalu yang bernama Overste Djemalam. Pertandingan Maryamah dengan Overste Djemalam sebenarnya juga bersifat sangat emosional. Hal itu disebabkan tanpa banyak diketahui orang, Overste Djemalam dan gerombolannya adalah orang yang pernah memburu dan nyaris memperkosa serta membunuh Maryamah waktu masih kecil saat menambang timah dulu. Berkat menerjunkan dirinya ke hulu sungai Linggang, Maryamah lolos dari perburuan tersebut. Oleh sebab itu, Maryamah bertekad untuk mengalahkan Overste Djemalam untuk mengembalikan kembali harkat dan harga dirinya yang nyaris hilang.

“Usai pertarungan melawan guru biologi kemarin, Maryamah kami tanyai. Mulanya ia enggan menjawab. Setelah didesak, ia berkisah tentang pengalaman mengeri-kan yang ia alami waktu kecil dulu. Ia hampir celaka karena diburu di hutan oleh sejumlah laki-laki karena mendulang timah. Kami miris men-dengarnya ketakutan diper-kosa dan dibunuh, lalu terjun ke hulu sungai Linggang. Ia selamat karena tersangkut di akar bakau nun di muara. Maryamah mengatakan, sejak itu ia ketakutan setiap kali

Page 9: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Novel Cinta Di Dalam Gelas … (Agus Yulianto)

9

mendengar salak anjing. Sekarang kami paham mengapa ia meminta wasit agar mengusir anjing-anjing yang menyalak di dekat warung kopi, waktu ia bertanding melawan Syamsuri Abiddin dulu. Beberapa hari setelah kejadian ia diburu itu, Maryamah melihat orang-orang yang memburunya sedang minum kopi di Warung Kopi Bunga Serodja bersama seorang pria yang menyuruh mereka. Pria itu adalah Overste Djemalam” (Hirata:252).

Pertarungan catur yang terjadi

antara Maryamah dengan Overste Djemalam berlangsung sangat dramatis. Overste Djemalam bukanlah pecatur sembarangan. Dia telah dua tahun berturut-turut menjadi juara kedua pertandingan catur tujuh belasan di kampungnya. Sebaliknya, Maryamah mengambil sikap yang berbeda dengan masa kecilnya. Dahulu Maryamah memilih untuk melarikan diri dari kemungkinan malapetaka yang menimpanya. Akan tetapi, Maryamah saat ini memilih untuk menghadapi secara berani Overste Djemalam di pertandingan caturnya. Dengan sangat baik, Maryamah mengalahkan Overste Djemalam dua babak langsung. Lunaslah sudah dendam kesemut Maryamah terhadap Overste Djemalam.

“Maryamah mengangkat menterinya, agak sedikit tinggi, lalu menghentak-kannya di depan raja Overste. Raja itu tewas di tempat. Sekondan Maryamah ber-sorak girang. Maryamah bangkit dan berlalu

meninggalkan Overste yang terpaku dengan wajah kaku. Lunas sudah kesumat itu” (Hirata:261).

Setelah mengalahkan Overste

Djemalam, Maryamah maju ke babak final dan berhadapan dengan mantan suaminya, Matarom yang terlebih dahulu sudah masuk final. Dimulailah pertarungan yang penuh dengan tekad, perjuangan, kerja keras, dan kesungguhan dari Maryamah. Pertarungan dengan Matarom adalah sebuah pertaruhan harga diri dan martabat yang sangat bernilai bagi Maryamah. Dari pertarungan itulah, Maryamah dapat menegakkan harga diri dan martabatnya kembali di depan bekas suaminya itu.

Bertarung catur dengan Matarom dengan target mengalah-kannya bukanlah pekerjaan yang mudah. Matarom adalah seorang kampiun catur yang selama dua tahun berturut-turut telah menjadi juara pertama di kampungnya. Sementara itu, Maryamah adalah seorang pemula yang bahkan belum pernah mengikuti satu pun perlombaan catur.

Matarom memiliki teknik bermain catur yang dinamakan Rezim Matarom. Teknik ini membuatnya tidak terkalahkan. Akan tetapi, Maryamah juga memiliki teknik pamungkas dalam permainan catur yang diajarkan oleh Ninochka Stronovsky yang dinamakan Guioco Piano. Pertarungan teknik Rezim Matarom dengan teknik Guioco Piano merupakan pertarungan yang paling sengit selama pertandingan catur berlangsung. Awalnya, Rezim Matarom sangat menguasai medan pertempuran. Akan tetapi, Maryamah di akhir pertandingan dapat membalikkan keadaan dan bahkan memenangi pertempuran berkat penggunaan teknik Guioco Piano.

Page 10: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 1--12

10

“Matarom menyerbu lagi dengan putus asa, namun Guioco Piano telah mencapai titik bunuhnya. Maryamah mengangkat kudanya. Ia bangkit dan menarik selendang pembatas sehingga ber-tatapan langsung dengan Matarom. Wajahnya bersimbah air mata. Dientakkannya kembali sang kuda sambil menjerit: sekakmat!” (Hirata: 302).

Pada titik ini telah selesailah

perjuangan Maryamah dalam mengembalikan harkat dan derajatnya di mata bekas suaminya. Maryamah secara tidak langsung telah membuktikan kualitas dan kualifikasi dirinya di hadapan khalayak ramai di kampungnya.

4.2 Perjuangan Hidup untuk Selalu Berani Belajar Maryamah adalah seorang gadis desa yang bahkan SD saja tidak tamat. Himpitan dan beban hiduplah yang membuat Maryamah tidak bisa menyelesaikan pendidikan sekolahnya. Setelah kematian ayahnya, Maryamah otomatis menjadi tulang punggung bagi kehidupan keluarganya. Bahkan, Maryamah bekerja pada bidang yang tidak satu pun perempuan Belitung melakukannya, yaitu menjadi penambang timah. Himpitan dan beban hidup tersebut tidak membuat Maryamah berhenti untuk belajar. Maryamah tetap berjuang untuk meningkatkan kualitas dan kualifikasi dirinya. Moto Maryamah yang sangat menggentarkan adalah “Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar”. Kesungguhan perjuangan Marya-mah dalam belajar salah satunya

dibuktikan dengan kelulusan dirinya dari kursus bahasa Inggris. Bahkan Maryamah memeroleh peringkat lima kelulusan terbaik dari sekian ratus peserta kursus.

“Lulusan terbaik kelima,” kata Bu Indri. Ia menunda menyebutkan namanya, mungkin karena sangat istimewa. Wajahnya tegang bercampur gembira. “Maryamah binti Zamzani!” Enong menutup mulutnya. Matanya terbelalak. Ia sangat terkejut mendengar namanya disebut Bu Indri. Serta merta para hadirin, seluruhnya, tanpa kecuali, bertepuk tangan. Lebih meriah dari sambutan mereka untuk lulusan-lulusan terbaik sebelumnya” (Hirata: 33—34).

Maryamah adalah seorang wanita yang memiliki filosofi belajar, “menantang semua ketidakmungkinan”. Oleh sebab itu, sahabat-sahabat Maryamah sungguh kaget bukan kepalang ketika Maryamah menyampaikan keinginannya untuk belajar bermain catur. Sahabat-sahabat Maryamah pertama-tama menyangka bahwa itu hanya sekedar main-main belaka. Hal itu didasarkan pada sebuah pemahaman bahwa bermain catur tidak semudah yang dibayangkan, apalagi targetnya adalah untuk mengalahkan Matarom sang juara catur di kampungnya.

“Aku mau belajar mau belajar main catur. Aku mau bertanding 17 Agustus nanti. Aku mau menantang Matarom.” Kami terperangah. “Ya, aku mau melawan mereka,” katanya lagi sambil

Page 11: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Novel Cinta Di Dalam Gelas … (Agus Yulianto)

11

menunjuk pria-pria yang terbahak-bahak mengelilingi papan catur itu. Ia mengucapkannya dengan ringan, seorang mengatakan ingin memompa ban sepedanya yang kempes, sementara kami macam disambar petir. “Haiya, rumah tangga gulung tikar, bikin ni gila, ya, Mah? Ni pikir main catur macam main halma?” berbunyi Giok Nio. “Aku akan belajar. Pasti bisa.” “Mustahil, catur itu mainan otak. Mainan orang pintar, orang kantoran. Lagi pula, mana pernah perempuan main catur di kampung ini?” “Pasti bisa, menambang timah saja dia bisa,” Selamot membela Maryamah. “Mot, mana bisa kausamakan main catur dengan menambang timah? Satu pakai akal, satunya lagi pakai tenaga lembu!” (Hirata: 47).

Waktu telah membuktikan

bahwa walaupun Maryamah seorang perempuan yang bahkan tidak tamat tamat SD, ia telah mampu mengalahkan Matarom dalam bermain catur. Kegigihan, keberanian, dan tekad baja yang dimiliki Maryamah untuk terus belajar telah melahirkan kesadaran dalam diri Ikal bahwa belajar hanya dapat dilakukan oleh seorang pemberani.

“Pertemuan dengan Marya-mah hari ini meletupkan semangatku. Aku telah melihatnya belajar bahasa Inggris dengan susah payah, tanpa merasa ragu akan usia dan segala keterbatasan, dan dia berhasil. Sekarang, ia siap

berjibaku menguasai catur, dengan tekad mengalahkan seorang kampiun seperti Matarom. Ia tak dapat disurutkan oleh bimbang, tak dapat dinisbikan oleh gamang. Darinya, aku mengambil filosopi bahwa belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan; bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan. Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang bukan penakut” (Hirata: 115).

5. Simpulan

Novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata ini memang sarat dengan muatan perjuangan seorang perempuan dalam menegakkan kembali harkat dan martabat dirinya. Perempuan yang bernama Maryamah adalah seorang perempuan yang semenjak kecil sudah dirundung kesedihan.

Pada saat ayahnya meninggal dunia dimulailah perjuangan hidup yang tidak seharusnya dijalani. Maryamah mulai mengambil alih peran almarhum ayahnya untuk mencari nafkah bagi kelangsungan hidup ketiga adik dan ibunya. Maryamah bekerja sebagai penambang timah yang tidak dilakukan oleh wanita di Belitung.

Cobaan demi cobaan tidak membuat dirinya berputus asa dan kehilangan harapan. Cobaan lain yang menimpa dirinya adalah Maryamah mendapatkan jodoh seorang suami yang mempunyai perilaku buruk dan bahkan ternyata sudah mempunyai istri. Maryamah sangat terpukul ketika mengetahui bahwa suaminya sudah mempunyai istri dan langsung meminta cerai demi kebaikan dirinya dan istri suaminya.

Page 12: NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: …

Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 1--12

12

Maryamah merasa terpuruk dan bertekad untuk membalas perlakuan bekas suaminya itu melalui cara pertandingan catur. Hal itu disebabkan mantan suaminya adalah pemegang juara pertama selama dua tahun berturut-turut dalam kejuaraan catur tujuh belasan di kampungnya. Dimulailah kembali perjuangan Maryamah yang kali ini adalah untuk belajar bermain catur yang sama sekali tidak dimengertinya.

Perjuangan keras Maryamah untuk belajar bermain catur berbuah manis dengan keberhasilan dirinya mengalahkan bekas suaminya di kejuaraan catur. Pada titik itu Maryamah merasa telah mengembalikan harkat dan harga dirinya di hadapan bekas suaminya dan masyarakat.

Perjuangan Maryamah dalam meningkatkan kualitas dan kualifikasi dirinya juga dilakukan dengan cara ikut belajar bahasa Inggris di sebuah tempat kursus bahasa. Sekali lagi, perjuangan Maryamah di dunia pendidikan ini juga berbuah manis dengan keberhasilan dia menjadi juara kelima lulusan terbaik dari tempat kursus tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Maryamah adalah sebuah pribadi yang pantang menyerah dan mempunyai sikap berani untuk belajar demi kemajuan dirinya. Daftar Acuan Budianta, Melani. 1998. “Sastra dan Ideologi

Gender”, Naskah Revisi dari Naskah Konferensi HISKI, 2 Desember 1998.

Budianta, Melani, dkk.2008. Membaca Sastra.

Jakarta: Indonesia Tera. Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra

Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hirata, Andrea. 2011. Cinta di Dalam Gelas.

Jakarta: Penerbit Bentang Liasna, Tania dan Khairil Ansari. 2016.

“Perspektif Gender dalam Dwilogi Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Kajian Struktur dan Kritik Sastra Feminis Serta Relevansinya Sebagai Bahan Bacaan Sastra di SMA” (dalam Jurnal Humanus volume XV, nomor 2, Oktober 2016). Padang: Universitas Negeri Padang.

Nurgiyantoro, Burhan.2005. Teori Pengkajian

Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University

Ratna, Nyoman Khuta. 2006. Teori, Metode,

dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita

Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sugihastuti. 2000. Wanita di Mata Wanita.

Bandung: Nuansa. _________. 2005. Teori dan Apresiasi Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Soeharto, Sugihastuti.2002. Kritik Sastra

Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Tuloli, Nani. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo:

BMT Nurul Jannah