PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN DAUN SENGON (Albizzia ...
Transcript of PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN DAUN SENGON (Albizzia ...
1
PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN DAUN SENGON (Albizzia falcataria) TERALKALINASI DAN TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN
PAKAN ITIK PEDAGING PERIODE FINISHER TERHADAP PERSENTASE KARKAS DAN PERSENTASE LEMAK ABDOMINAL
SKRIPSI
Oleh :
EKO NOVA ADIYANTO
NPM. 216.01.04.1030
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG MALANG
2020
PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN DAUN SENGON (Albizzia falcataria) TERALKALINASI DAN TERFERMENTASI ) SEBAGAI
BAHAN PAKAN ITIK PEDAGING PERIODE FINISHER TERHADAP PERSENTASE KARKAS DAN PERSENTASE LEMAK ABDOMINAL
Eko Nova Adiyanto1, Sunaryo
2, Muhammad Farid Wadjdi
2
1Program S1 Peternakan,
2Dosen Peternakan Universitas Islam Malang
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tingkat penggunaan campuran daun
sengon teralkalinasi dan terfermentasi sebagai bahan pakan itik pedaging periode finisher. Materi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah daun sengon teralkalinasi dan terfermentasi yang dicampur
dengan konsentrat 511, CP 144, jagung giling dan pollard, dan juga itik pedaging periode finisher jenis
kelamin jantan dengan rata-rata bobot badan 845 gram umur 21 hari sebanyak 16 ekor. Metode yang
digunakan adalah metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan
4 ulangan, pada tiap unit percobaan terdiri dari 1 itik ditambah 4 itik untuk percobaan lain dengan
variabel yang berbeda. Perlakuan yang diberikan adalah P0 = 100% ransum yang terdiri konsentrat
511, CP 144, jagung giling dan pollard, P1 = 95% ransum yang terdiri konsentrat 511, CP 144, jagung
giling dan pollard + 5% daun sengon teralkalinasi dan terfermentasi, P2 = 90% ransum yang terdiri
konsentrat 511, CP 144, jagung giling dan pollard + 10% daun sengon teralkalinasi dan terfermentasi,
P3 = 85% ransum yang terdiri konsentrat 511, CP 144, jagung giling dan pollard + 15% daun sengon
teralkalinasi dan terfermentasi. Hasil yang diperoleh (persentase karkas dan persentase lemak
abdominal) kemudian dianalisis ragam (Anova) dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Hasil penelitian didapat bahwa tingkat penggunaan daun sengon teralkalinasi dan terfermentasi dalam
pakan menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas dan menunjukkan
pengaruh nyata (P<0,05) pada persentase lemak abdominal itik pedaging periode finisher. Rata-rata
persentase karkas pada tiap perlakuan adalah P0 = 57,031%, P1 = 56,964%, P2 = 55,778%, dan P3 =
55,201% dan nilai persentase lemak abdominal pada tiap perlakuan adalah P0 = 1,060%b , P1 =
1,024%ab
, P2 = 0,986%a , dan P3 = 0,972%
a. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan daun
sengon teralkalinasi dan terfermentasi pada tingkat 15% dapat digunakan sebagai pakan itik pedaging
periode finisher.
Kata kunci : Daun sengon, Alkalinasi, Fermentasi, Persentase karkas, Persentase lemak abdominal
THE EFFECT OF THE LEVEL USE ALKALINEATED AND FERMENTED SENGON LEAVES (Albizzia falcataria) AS FINISHER PERIOD BROILER FEED
ON THE PERCENTAGE OF CARCASS AND ABDOMINAL FAT
Abstract
This study aims to analyze the effect of the use level mix of alkalineated and fermented
sengon leaves as finisher period broiler feed ingredient. The material used in this study was
alkalinated and fermented sengon leaf mixed with 511 concentrates, CP 144, milled corn and pollard,
and also the finisher period broilers of male sex with an average initial body weight of 845 grams age
of 21 days total 16 heads . The method used was an experimental method use a completely
randomized design with 4 treatments and 4 replications, each experimental unit consisted of 1 duck
plus 4 ducks for other experiments with different variables. The treatments given were P0 = 100%
ration consisting of 511 concentrates, CP 144, ground maize and pollard, P1 = 95% ration consisting
of 511 concentrate, CP 144, milled corn, and pollard + 5% calcined leaves and zinc; fermented, P2 =
90% ration consisting of 511 concentrate, CP 144, ground corn, and pollard + 10% leaves calcined
and fermented, P3 = 85% ration consisting of 511 concentrate, CP 144, ground corn, and pollard +
15% of the leaves were alkalinated and fermented. The results obtained (percentage of carcass and
percentage of abdominal fat) were analyzed by variance (Anova) followed by the smallest significant
difference test (LSD). The results showed that the level of use of alkalinated and fermented sengon
leaves in the feed showed no significant different (P>0.05) on the percentage of carcasses and showed
a significant different (P<0.05) on the percentage of abdominal fat in the finisher period broiler.. The
average percentage of carcasses in each treatment was P0 = 57.031%, P1 = 56.964%, P2 =
55.777%, and P3 = 55.201% and the percentage value of abdominal fat in each treatment was P0 =
1.060% b, P1 = 1.024%
ab, P2 = 0.986%
a, and P3 = 0.972%
a. The conclusion of this study is the use
of alkalinated and fermented sengon leaves at a rate of 15% can be used as a finisher period broiler
feed.
Keywords: Sengon leaf, Alkalination, Fermentation, Percentage of carcass, Percentage of abdominal fat
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Itik pedaging merupakan salah satu komoditas penghasil
daging yang terdapat di Indonesia, pada tahun 2018 terdapat populasi
itik pedaging sebanyak 51.239 ekor dan produksi daging sebanyak
38,04 ton (DITJENNAK, 2018). Keberhasilan dalam suatu usaha
peternakan sangat dipengaruhi tiga faktor utama yaitu bibit, pakan,
dan tatalaksana. Biaya pakan pada produksi peternakan unggas
sekitar 60 – 70% dari total biaya produksi (Wahyu,1992). Oleh karena
itu usaha penekanan biaya pakan harus ditingkatkan, yaitu dengan
cara mencari bahan penyusun pakan yang murah dan cukup tersedia
sepanjang tahun serta mempunyai nilai hayati. Namun dalam usaha
pemenuhan bahan pakan ini tidak berkompetisi antara ternak dan
manusia.
Belakangan ini dengan menjamurnya petani sengon membuat
adanya potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
sumber pakan ternak yang mudah didapat dan tidak bersaing dengan
kebutuhan manusia serta tersedia sepanjang tahun. Tanaman sengon
(Albizzia falcataria) termasuk family mimosaceae dari keluarga petai-
petaian. Berdasarkan laporan Siahan (1999) bahwa daun sengon
memiliki kandungan nutrisi sebagai berikut ; protein kasar 21,32%,
lemak kasar 10,09%, serat kasar 14,72%, Ca 0,21%, P 0,35%, dan
energi metabolis 3056 Kkal/kg. Jika melihat kandungan nutrisi yang
2
ada pada daun sengon tersebut berpotensi sebagai pakan ternak
unggas. Meskipun daun sengon mengandung protein kasar dan energi
metabolisme cukup tinggi yang hampir menyerupai protein bungkil
kelapa, akan tetapi pemanfaatannya sebagai pakan ternak dibatasi
oleh tingginya kandungan serat kasar serta adanya kandungan tanin
dan HCN yang bersifat racun bagi ternak (Mahyudin, 1983; Murdiati
dan Mahyudin 1985; Brewbaker, 1986 dan Atmosuseno, 1997).
Adapun cara untuk merombak serat maupun kandungan tanin dan
HCN ialah melalui proses alkalinasi.
Alkalinasi adalah suatu proses pemisahan substansi
campurannya dengan menggunakan larutan alkali. Pada prinsipnya
kerja alkali terhadap bahan berserat adalah memutuskan sebagian
ikatan antara seluosa dan hemiselulosa. Kalsium Hidroksida Ca(OH)2
dapat digunakan sebagai bahan proses perenggangan lignoselulosa
karena banyak terdapat di alam, tidak berbahaya dan dapat
menambah nilai nutrient yaitu mineral kalsium. Penggunaan Ca(OH)2
juga tidak memberikan dampak yang negatif pada lingkungan (Firdos,
Khan and Shah, 1989; Fadel, Sekine, Hishinuma, 2003). Setelah
perombakan serat, tanin maupun HCN pada daun sengon selesai,
kemudian daun sengon dapat ditingkatkan nilai gizinya melalui proses
fermentasi. Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi pakan yang
rendah dan sebagai metode pengawetan bahan pakan. Shabi (1998)
menyatakan bahwa aktivitas mikroba akan optimal dalam
3
memanfaakan nitrogen pakan jika tersedia energi yang cukup dan
sesuai fermentabilitasnya.
Untuk mengetahui kualitas produk pemeliharaan itik pedaging
salah satunya adalah dengan mengetahui persentase karkas dan
lemak abdominal. Karkas adalah hasil potongan tanpa darah, bulu,
kepala dan leher, cakar, isi perut, dan isi rongga dada (Anonimus,
1994). Lemak abdominal adalah lemak yang berada di sekeliling
rempela dan juga terdapat pada rongga perut dan usus (Kubena,
1974). Peningkatan lemak abdominal tidak dapat dipisahkan dari
peningkatan bobot badan. Pemberian sumber energi berpengaruh
terhadap persentase lemak abdomen terhadap bobot hidup maupun
bobot karkas.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh tingkat penggunaan campuran daun
sengon teralkalinasi dan terfermentasi dalam pakan terhadap
persentase karkas dan persentase lemak abdominal itik pedaging
periode finisher.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis
pengaruh tingkat penggunaan campuran daun sengon teralkalinasi
dan terfermentasi sebagai bahan pakan itik pedaging periode finisher.
4
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan pedoman dan
informasi penggunaan daun sengon teralkalinasi dan terfermentasi
sebagai bahan pakan itik pedaging periode finisher.
1.5 Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh positif pada tingkat pemberian campuran
daun sengon teralkalinasi dan terfermentasi dalam pakan terhadap
persentase karkas dan persentase lemak abdominal itik pedaging
periode finisher.
1
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Penggunaan daun sengon teralkalinasi dan terfermentasi tidak
berpengaruh negatif terhadap persentase karkas dan berpengaruh
positif terhadap persentase lemak abdominal.
2. Penggunaan daun sengon teralkalinasi dan terfermentasi pada
tingkat 15% dapat digunakan sebagai bahan pakan itik pedaging
periode finisher.
6.2 Saran
1. Penggunaan daun sengon teralkalinasi dan terfermentasi sebagai
bahan pakan itik pedaging periode finisher pada tingkat 15% dapat
dilakukan.
2. Perlu dilakukan penelitian lainnya untuk penghilangan tanin dan
pemecahan serat kasar pada daun sengon secara maksimal.
2
1
DAFTAR PUSTAKA
Admadjaja. 2003. Beternak Itik Hibrida Unggul. Penebar Swadaya. Bandung.
Allaily. 2006. Kajian silase ransum komplit berbahan baku pakan lokal pada itik Mojosari Alabio jantan [Tesis]. [Bogor (Indonesia)]: Institut Pertanian Bogor.
Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Amrullah, I.K. dan Suryahadi. 1992. Kumpulan Bahan Penuntun Ilmu
Makanan Ternak. PAU Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.
Anggorodi, H.R. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Anggorodi, H.R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anggraeni. 1999. Pertumbuhan alometri dan tinjauan morfologi serabut otot dada (muscullus pectoralis dan muscullus supracoracoracorideus) pada itik dan entok lokal. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anggraeny, Y. N., dan U. Umiyasih. 2009. Pengaruh Fermentasi Saccharomyces cerevisiae terhadap Kandungan Nutrisi dan Kecernaan Ampas Pati Aren (Arenga pinnata MERR.). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 256-262.
Anonimus. 2018. Formula Pakan Itik Hibrida. www.majalahinfovet.com. Diakses pada 9 April 2020.
Anonimus. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
Atmosuseno, B.1997. Sengon, Budidaya, Kegunaan dan Prospek. Penebar Swadaya Jakarta.
Bintang, I. A. K., M. Silalahi, T. Antawidjaja dan Y. C. Raharjo. 1997. Pengaruh berbagai tingkat kepadatan gizi ransum terhadap kinerja pertumbuhan itik jantan lokal dan silangannya. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 2:4.
Brewbaker, J.L. 1986. Legumenous trees and shrubs for southeast asia and the south pacific. In : Forage in Southeast Asia and South Pacific Agriculture. ACIAR Proc. No. 12:43.
Daud M, Mulyadi dan Zahrul F. 2016. Persentase Karkas Itik Peking yang Diberi Pakan dalam Bentuk Wafer Ransum Komplit Mengandung Limbah Kopi. Agripet : Vol 16, No.1. ( Hal.66 ).
2
Dijaya, A.S. 2003. Penggemukan Itik Jantan Potong. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2018. Buku Statistik Peternakan Direktorat Jenderal. Bina Produksi Peternakan. Jakarta.
Fadel, E.A.M.A., J. Sekine, M. Hishinuma.2003. Ammonia, Urea Plus Calcium Hydroxide And Animal Urine Treatments On Chemical Composition And In Sacco Degradability Of Rice Straw. Asian-Aust. J.Anim. Sci. 16 (3): 368-373.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Firdos, T., A.D. Khan, And F.H. Shah. 1989. Improvement In The Digestibility Of Bagasse Pith By Chemical Treatment. J. Islamic Academy Sci. 2(2): 89-92.
Gunam IBW, Hardiman, Utami T, 2004. Chemical pre-treatments on bagasse to enhance hydrolysis of its cellulose enzymatically. The 3th Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting (HISAS 3). Sapporo (Japan).
Hagermans, A.E., C.T. Robbins, Y. Weerasuriya, T.C. Wilson, and C. McArthur. 1992. Tanin chemistry in relation to digestion. J. Range Manage 45, 57-62.
Hasti N, 2018. Panduan Cara Memilih Bibit Bebek yang Baik. https://jualayamhias.com. Diakses pada 9 April 2020.
Herawati, E. Rr. 2000. Mikrobiologi. Fakultas Peternakan UNISMA. Malang.
Indrawati, R. 2016. Pengaruh Umur Pemotongan terhadap Karkas Itik Bali Betina yang Dipelihara Secara Intensif ( 8 – 12 Minggu ). SKRIPSI. Fakultas Peternakan. Universitas Udayana. Bali.
Jalaluddin, Rizal S. 2005. Pembuatan pulp dari jerami padi menggunakan natrium hidroksida. J Sistem Teknik Industri. 6:53-56.
Ketaren, P.P., 2006. Optimalisasi Pemanfaatan Wheat Bran Untuk Produksi Daging Unggas Melalui Suplementasi Enzim Xilanase dan Glukanase: Itik Pedaging. Prosiding. Seminar Nasional Bioteknologi. Cibinong, 15-16 November 2006. Puslit Bioteknologi, LIPI, Cibinong. hlm. 325-331.
Kubena, Deaton LFW, Chen TC, Recee FN, 1974. Factor influencing the quantity of abdominal fat in broiler. Poult Sci. 53: 211-214.
Lee SH, Doherty TV, Linhardt RJ, Dordick JS. 2009. Ionic liquid-mediated selective extraction of lignin from wood leading to enhanced enzymatic cellulose hydrolysis. Biotechnol Bioeng. 102:1368-1376.
3
Mahyudin, P. 1983. Nutritive Value of Tree Legumes Leaves. Research Report for 1983. BPT-Ciawi, Bogor.
Mudjisihono, R. dan S. Harjo. 1995. Studi Pengurangan Kandungan Tanin
pada Limbah Sorgum. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, vol. 5 no. 2,
Institut Pertanian Bogor.
Murdiati, T.B. and P. Mahyudin. 1985. The residual tannin and crude protein of calliandra callothyrsus and Albizzia falcataria, following incubation in heated and unheated rumen fluid. In Efficient Animal Production for Asian Welffare. Proc. The 3 rd AAAP Animal Science Congress, Vol.2 : 814-816.
Natasasmita, A., 1990. Tumbuh Kembang pada Ternak. Buletin Penelitian Universitas Djuanda Bogor. 1 (1) : 45-50.
Nirwana. 2011. Pemberian berbagai bentuk ransum berbahan baku lokal terhadap persentase karkas, lemak karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
North, M.D, and D.D. Bell, 1990. Commercial Chicken Production Manual.
Second Edition. The Avi Publishing Co. Inc. Wesport, Conecticut.
Noor, Z. 1992. Senyawa Anti Gizi. Pusat Antar Universitas -
Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Novele DJ, Ng’ambi JW, Norris D, Mbajiorgu CA. 2008. Effect of sex, level and period of feed restriction during the starter stage on productivity and carcass characteristics of Ross 308 broiler chickens in South Africa. Int J Poult Sci. 6:530-537.
Rahman, A. 1992. Teknologi Fermentasi. Arcen. Jakarta.
Ranto, 2005. Panduan Lengkap Beternak Itik. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Roesdiyanto dan D. Purwantini. 2001. Kinerja entik hasil persilangan (entok x itik) melalui inseminasi buatan (IB) yang dipelihara secara intensif. Journal Animal Production 3 (1):31-39.
Salam, S., Fatahilah, A., Sunarti, D dan Isroli. 2013. Berat karkas dan lemak abdominal ayam broiler yang diberi tepung jintan hitam (nigella sativa) dalam ransum selama musim panas. Sains Peternakan. 11 (2): 84-89.
Sari FU. 2012. Penambahan Biji Ketumbar (Cariandum sativum K) Dalam Ransum Terhadap Bobot Karkas, Persentase Potongan Komersiaal, Lemak Abdominal dan Kolestrol Karkas Broiler. [Skripsi]. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Shabi, Z.., Arieli, A., Bruckental, I., Aharoni, A., Zamwel, S., Bor, A., And Tagari, H., 1998. Effect Of The Sincronization Of The Degradation Of Dietary Crude Protein And Organic Matter And Feeding
4
Frequency On Ruminal Fermentation And Flow Of Digesta In The Abomasum Of Dairy Cows. J. Dairy. Sci. 81:1991-2000.
Siahan, L.T. 1999. Pengaruh penggantian sebagian bungkil kedelai dengan daun sengon (Albizzia falcataria) hasil fermentasi dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan puyuh. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi.
Soerianegara, I. dan Lemmens, R. H. M. J. 1993. Plant Resources of South-East Asia 5(1): Timber Trees: Major Commercial Timbers. Belanda: Pudoc Scientific Publishers.
Srigandono, B. 1996. Beternak Itik Pedaging. Jakarta: Tribus Argiwidya.
Srigandono B. 1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Srigandono, B. 2000. Beternak Itik Pedaging. Penerbit PT. Trubus Agriwidya. Jakarta.
Suci, D. M., dan H. Setiyanto. 2001. Pengaruh pengolahan sorgum terhadap penurunan kadar tanin dan pengukuran energi metabolis (effect of reconstitution on the reduction of tannin and metabolizable energymeasurement of sorghum). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Suharno, Bambang 2014 panduan berternak itik secara intensi.
Sugianto, A.. 1996. Desain Percobaan Terapan. Jurusan Bududaya Pertanian, Fakultas Pertanian, UNISMA.. Malang.
Suparyanto, A. 2005. Peningkatan produktivitas daging itik madalung melalui pembentukan galur induk.Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Supriyati, Pasaribu T, Hamid H, Sinurat A. 1998. Fermentasi Bungkil Inti Sawit Secara Substrat Padat Dengan Menggunakan Asperggillus Niger. Jurnal Ilmu Ternak Dan Vateriner Vol.3 No.3: 165-170 Th.1998.
Tanjung. E.W., 2000. Pengaruh pemakaian tepung daun sengon (Albizzia falcataria) terhadap pertambahan bobot badan broiler. Skripsi.. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Taruan, P.L. 2001. Penggunaan tepung daun sengon (Albizzia falcataria) yang rendaman dalam ransum ayam pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Tillman A, D., Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo, dan Lebdosoekodjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
5
Wahyu, j. 1985, Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada Universitas. Yogyakarta.
Wasito dan E.S. Rohaeni. 1994. Beternak Itik Alabio. Penerbit Kanisius Yogjakarta.
Zain, B. 1993. Pengaruh berbagai tingkat kandungan tannin dalam
ransum terhadap terhadap performan ayam pedaging. Tesis.
Padjadjaran, Bandung.
Zuprizal. 2006. Nutrisi Unggas. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.