Post on 30-Nov-2021
i
ANALISIS NILAI MORAL NOVEL ANTARA CINTA DAN RIDHA UMMI KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
DESI LESTIANA W
NIM 112110014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
… çμ s9 ×M≈ t7Ée) yèãΒ .⎯ ÏiΒ È⎦÷⎫t/ Ïμ ÷ƒ y‰tƒ ô⎯ ÏΒuρ ⎯ Ïμ Ï ù=yz … çμ tΡθÝà x øt s† ô⎯ ÏΒ ÌøΒr& «!$# 3 χÎ) ©!$# Ÿω çÉi tóム$tΒ
BΘöθs) Î/ 4©®Lym (#ρçÉi tóム$tΒ öΝ Íκ ŦàΡr'Î/ 3 !# sŒ Î) uρ yŠ# u‘ r& ª!$# 5Θöθs) Î/ # [™þθß™ Ÿξsù ¨Š ttΒ … çμ s9 4 $tΒ uρ Ο ßγ s9 ⎯ ÏiΒ
⎯ Ïμ ÏΡρߊ ⎯ ÏΒ @Α# uρ ∩⊇⊇∪
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Qs. Ar- ra’ad: 11).
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Skripsi ini penulis persembahkan kepada. 1. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberi
doa dan restunya. 2. Adikku yang selalu memberi dukungan dan
doa. 3. Keluarga dan Saudara tercinta yang selalu
memberi dukungan dan pemikiran dewasa baik moral maupun spiritual.
4. Sahabat-sahabat tercinta yang telah memberi semangat, doa, dan bantuannya. Skripsi ini penulis hadiahkan kepada putraku Muhammad Hafizh Nur Ramadhan yang menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
vi
PRAKATA
Allhamdulillah, puji syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah Swt.
karena rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ Analisis Nilai Moral dalam Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI
SMA”. Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penulis menyadari dalam menyusun skripsi ini banyak mengalami
kesulitan dan hambatan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studinya di Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Drs. H. Bagiya, M. Hum, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing, mengarahkan,
memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
vii
viii
ABSTRAK
Desi Lestiana Wulandari. 2017. “Analisis Nilai Moral dalam Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik, (2) nilai moral, dan (3) rencana pelaksanaan pembelajaran novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia di kelas XI SMA.
Objek penelitian ini adalah novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia. Fokus penelitian ini adalah nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Instrumen penelitian ini adalah kartu pencatat data dan alat tulisnya. Teknik analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis data digunakan teknik informal.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: (1) unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia meliputi: (a) alur: maju; (b) tokoh dan penokohan: a) Zarika: cerdas dan cantik, b) Laras: cerdas, berbakti kepada Umminya, tidak peduli dengan hal yang tidak penting c) Ziah: cerdas, d) Umi Aminah: tegar, bijaksana, e) Aisyah: sopan, peduli, f) Risma: ketus dan kikir, g) Umar: baik, bijaksana, h) Herman: egois, i) Wisnu: cerdas, baik, j) Zainal: baik, penyayang, k) Zubaidah:iri, tidak cerdas, l) Zidan:putus asa, baik, m) Abah: penyayang, sabar); (c) tema: masalah Keluarga dan percintaan; (d) latar tempat:di café, di kantor,di salon, di masjid besar di wilayah Jawa Barat, latar waktu: pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari, latar suasana: sedih, bahagia,tegang dan sepi; (e) sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang persona ketiga“Dia”; (f) bahasa: bahasa kiasan; bahasa asing; (g) amanat: a) keharusan memakai jilbab bagi muslim agar terhindar dari pandangan laki-laki yang tidak baik, b) ridha orang tua adalah ridha Allah, maka dari itu berbakti kepada orang tua agar hidup bahagia kedepannya nanti; (2) nilai moral meliputi: (a) hubungan manusia dengan diri sendiri: jujur, menghargai waktu, dan tanggung jawab, (b) hubungan manusia dengan manusia lain: dermawan, tolong menolong, adil dan peduli, (c) hubungan manusia dengan Tuhan-Nya: berdoa, beribadah, dan bersyukur; (3) rencana pelaksanaan pembelajaran novel di kelas XI SMA dilakukan dengan metode Active Learning (belajar aktif) dengan langkah-langkah: peserta didik membentuk kelompok kecil 4-6, anggota tim menyesuaikan subtopik yang akan dibahas, setiap kelompok diberi materi subtopik yang berbeda, dan membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli dibentuk dan diambil dari salah satu orang dari kelompok asal, dan tim ahli mendiskusikan subtopik yang telah dibagikan. Selanjutnya, setelah selesai sebagai tim ahli tiap anggota kelompok kembali ke kelompok masing-masing dan berdiskusi dengan teman satu tim. Kata Kunci : Nilai moral, Novel, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................. i PERSETUJUAN ............................................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................... iii MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv PERNYATAAN ............................................................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Penegasan Istilah ......................................................................... 7 C. Identifikasi Masalah .................................................................... 8 D. Batasan Masalah ......................................................................... 10 E. Rumusan Masalah ....................................................................... 10 F. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................. 11 G. Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 15 B. Kajian Teoretis ............................................................................ 18
1. Karya Sastra .......................................................................... 18 2. Pengertian Novel ................................................................... 19 3. Unsur Instrinsik Novel .......................................................... 20 4. Pengertian Nilai Moral .......................................................... 26 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel .......................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian ......................................................................... 39 B. Fokus Penelitian ......................................................................... 39 C. Sumber Penelitian ....................................................................... 40 D. Instrumen Penelitian ................................................................... 40 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 41 F. Teknik Analisis Data .................................................................. 42 G. Teknik Penyajian Analisis Data.................................................. 42
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data ............................................................................ 44 B. Pembahasan Data ........................................................................ 49
x
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ..................................................................................... 110 B. Saran ........................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Contoh kartu data unsur intrinsik ...................................................... 40
Tabel 2 : Contoh kartu data nilai moral ........................................................... 41
Tabel 3 : Unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi ...................... 44
Tabel 4 : Nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha Ummi ............................ 47
Tabel 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel ...................................... 48
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sinopsis Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia
Lampiran 2 : Biografi Pengarang
Lampiran 3 : Silabus
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 5 : Kartu Pencatat Data
Lampiran 6 : Kartu Bimbingan.
1
BAB I PENDAHULUAN
Penulis mengemukakan delapan bagian pokok pada bab 1. Adapun
penjabarannya antara lain: latar belakang, penegasan istilah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulis.
A. Latar Belakang
Sebuah karya sastra yang baik tidak dapat menghindar dari dimensi
kemanusiaan. Selain itu, sastra mempunyai keterkaitan dengan masalah
kehidupan manusia dan segala problematikanya yang begitu beragam.
Problematika tersebut dijadikan sebagai inspirasi bagi para sastrawan untuk
diwujudkan dalam bentuk karya sastra. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa karya sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap
fenomena kehidupan masyarakat sehingga hasil karya sastra itu tidak hanya
dianggap sekadar cerita khayal pengarang semata, melainkan perwujudan dari
kreativitas pengarang dalam menggali gagasannya.
Melalui fenomena kehidupan masyarakat tersebut, seorang pengarang
mengekspresikan perasaannya melalui suatu karya dengan bahasa sebagai
medianya. Karya sastra mengandung ungkapan batin sebagai bentuk
kegelisahan dan harapan terhadap kemanusiaan yang ingin disampaikan
kepada pembaca, harapannya agar setelah membaca suatu karya dapat
memberikan pengetahuan, pengalaman dan dapat merasakan ekspresi yang
dituangkan pengarang dalam karyanya. Selain itu, karya sastra juga dapat
2
memberikan efek senang, sedih, marah, simpati dan memberikan inspirasi
bagi pembacanya.
Lebih lanjut sastra dapat digunakan sebagai sarana untuk
menyampaikan pesan tentang kebenaran (Nurhayati, 2012: 1). Oleh karena itu,
sastra adalah sebuah kesenian yang berbentuk tulisan atau kata-kata yang
berisi luapan perasaan atau sebuah kisah kehidupan yang ditulis untuk
menyampaikan pesan atau nilai-nilai kehidupan dengan bahasa estetika. Nilai-
nilai kehidupan yang berada di dalam karya sastra tertanam dalam diri
pengarang sehingga ketika seorang membaca karya sastra dan menghayatinya,
nilai-nilai tersebut akan masuk dalam jiwa pembaca.
Berbicara mengenai karya sastra yang mengandung nilai
kemasyarakatan, fenomena kehidupan, dan nilai-nilai kehidupan banyak
dibicarakan dalam sebuah karya fiksi. Jenis karya sastra fiksi macam-macam,
ada prosa, drama dan puisi. Salah satu karya sastra yang banyak membacakan
nilai-nilai kehidupan adalah prosa. Prosa fiksi merupakan karya sastra yang
sangat digemari oleh masyarakat. Karya sastra mempunyai nilai yang tinggi.
Oleh karena itu, seorang pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra
bukan semata-mata untuk dirinya sendiri, tetapi mereka berkeyakinan bahwa
apa yang dirasakanya indah dan bermanfaat bukan hanya untuk dirinya
sendiri, tetapi bagi orang lain.
Sehubungan dengan hal di atas Aminudin (2013: 66-67), menjelaskan
pengertian prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-
pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita
3
tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehigga menjalin
suatu cerita. Dalam cerita fiksi juga selalu dilatar belakangi oleh tempat,
waktu, maupun situasi tertentu. Akan tetapi, dalam karya fiksi setting bukan
hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita
menjadi logis.
Lebih lanjut, Aminudin (2013: 20) menjelaskan mengenai pengaruh
membaca dalam kehidupan manusia. Selain faktor pengajaran sastra, peranan
membaca sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Membaca sastra
dapat juga menjadi kegiatan membaca kritis, yakni bila lewat teks sastra yang
dibaca pembaca bukan hanya bertujuan memahami, menikmati dan
menghayati, melainkan juga bertujuan memberikan penilaian (Aminuddin,
2013: 20). Dengan membaca, manusia dapat memperoleh pengetahuan yang
sangat berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Salah satu bentuk prosa fiksi adalah novel. Novel merupakan bentuk
suatu karya sastra yang menyajikan tokoh-tokoh dengan watak masing-masing
dan berbeda dari tokoh satu dengan yang lainnya, sehingga dapat
menyuguhkan alur cerita yang menarik untuk dibaca oleh pembaca terutama
tentang gambaran kehidupan masyarakat. Novel tidak hanya berisi khayalan
belaka, tetapi menampilkan gambaran kehidupan. Sementara itu, kehidupan
merupakan suatu kenyataan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Dalam novel banyak dijumpai kenyataan sosial yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Melalui kenyataan tersebut, sering juga memberikan
dan menyampaikan nilai-nilai kehidupan salah satunya adalah moral. Moral
4
merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan pendapat-
pendapat umum yang diterima meliputi kesatuan sosial lingkungan-
lingkungan tertentu. Moral yang ada dalam novel biasanya tidak jauh dari
lingkungan kehidupan pengarang. Dari sanalah digambarkan bagaimana
perilaku kehidupan masyarakat yang tampak, tentang penggambaran baik
buruknya akhlak manusia dalam bertingkah laku. Moral adalah ajaran baik
buruk yang diterima umum menjadi perbuatan sikap kewajiban akhlak budi
pekerti dan susila (Nurgiyantoro, 2010:320-321).
Novel yang mengandung nilai budi pekerti di dalam karya sastra
Indonesia banyak sekali. Salah satunya novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
merupakan novel bergenre remaja yang berkisah tentang seorang perempuan
yang bernama Zarika dan Laras yang sangat berbakti kepada kedua
orangtuannya terlebih kepada umminya.
Penggambaran tokohnya begitu tertata seakan terjadi di dunia nyata.
Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia sangat relevan
dengan pembelajarannya di SMA, karena di dalamnya mengajarkan kepada
pembaca khususnya pada kalangan siswa SMA, yaitu tentang bakti, patuh,
menghargai kepada orang tua. Termasuk masalah jodoh yang akan dipilih,
seorang anak, harus restu orangtua karena restu orang tua adalah ridha Allah.
Pilihan orangtua, pasti terbaik untuk anaknya. Novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia dalam pembelajarannya di SMA, diharapkan dapat
5
diambil nilai-nilai positif dalam upaya pembentukan kepribadian serta dapat
meningkatkan apresiasi terhadap sastra.
Alasan peneliti memilih novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya
Asma Nadia adalah sebagai berikut: (1) dari sisi cerita novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi mempunyai nilai lebih dari sekadar novel percintaan remaja saat
ini. Novel tersebut bertema kehidupan moral tokoh-tokoh yang ada di
dalamnya. Novel tersebut menggunakan alur maju. Tokoh utama terdiri dari
beberapa orang. Sifat dan penokohan dalam novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi sangat cocok dijadikan contoh bagi kehidupan remaja masa kini; (2)
orangtua yang sangat memperhatikan anak-anaknya, dan anak-anak yang
sangat menghormati orangtuanya, novel tersebut sangat sesuai jika diajarkan
sebagai sarana pembentukan karakter pada peserta didik; (3) dari segi bahasa
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia sangat mudah
dipahami dan dimengerti oleh pembaca.
Asma Nadia dikenal sebagai salah satu penulis best seller paling
produktif di Indonesia. Sudah 51 bukunya diterbitkan dalam bentuk novel,
kumpulan cerpen, dan nonfiksi. Sejak 2011, sang penulis menjadi kolumnis
tetap rubrik resonansi di harian nasional republika,setiap sabtu.
Berbagai penghargaan di bidang penulisan diraihnya: Derai Sunyi
terpilih sebagai novel terpuji Majelis Sastra Asia Tenggara 2005. Istana Kedua
(Surga yang Tak Dirindukan) terpilih sebagai novel terbaik IBF 2008.
Cerpennya terpilih sebagai cerpen terbaik majalah Annida,1994-1995. Naskah
drama preh terpilih sebagai naskah terbaik Lokakarya Perempuan Penulis
6
Nakah Drama yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan FIB. Awal
2016, dua novelnya difilmkan, Jilbab Traveler- Love Sparks in Korea dan
Pesantren Impian.
Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi adalah novel yang ditulis oleh
Asma Nadia. Melalui novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia, diharapkan peserta didik dapat mengambil nilai positif yang terdapat
pada novel tersebut, terutama tentang nilai moral.
Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA sebagai objek penelitian
yang selanjutnya dijadikan materi pembelajaran sastra di SMA dengan alasan
sebagai berikut.
1. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia menarik untuk
dibaca dan juga dianalisis, novel tersebut juga banyak mengandung nilai
moral, sehingga dapat dijadikan penuntun atau masukan bagi pembacanya.
Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi banyak mengandung nilai moral
yang menggambarkan betapa susahnya menjadi ibu yang baik supaya
semua anak-anaknya tidak terjerumus dalam hal yang tidak baik. Novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia banyak mengangkat
tema tentang Agama, Moral, dan Sosial.
2. Belum ada penelitian tentang analisis nilai moral novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia dan rencana pelaksanaan pembelajarannya
di kelas XI SMA yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
7
3. Novel tersebut sangat menarik dan layak untuk dibaca, khususnya bagi
peserta didik dengan pendampingan pihak terkait terutama pendidik
sebagai bahan kajian tentang proses pendidikan moral di kehidupan
masyarakat, sehingga peserta didik mampu mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari serta menjauhi nilai-nilai yang buruk. Dengan
demikian, novel ini dapat dijadikan sebagai suri tauladan bagi para
pembaca termasuk siswa SMA.
B. Penegasan Istilah
Agar judul skripsi ini mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca,
istilah-istilah yang digunakan akan penulis jelaskan sebagai berikut.
1. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia menarik untuk
dibaca dan juga dianalisis, novel tersebut juga banyak mengandung nilai
moral, sehingga dapat dijadikan penuntun atau masukan bagi pembacanya.
Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi banyak mengandung nilai moral
yang menggambarkan betapa susahnya menjadi ibu yang baik supaya
semua anak-anaknya tidak terjerumus dalam hal yang tidak baik. Novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia banyak mengangkat
tema tentang Agama, Moral, dan Sosial.
2. Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum yang menjadi
perbuatan sikap kewajiban akhlak budi pekerti dan susila (Nurgiyantoro,
2010:320-321). Menurut Darmadi (2012:50) moral merupakan perbuatan
atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan ide-ide atau pendapat-
8
pendapat umum yang diterima yang meliputi kesatuan sosial lingkungan
tertentu.
3. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur. Unsur-
unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan
dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya,
sehingga tampak seperti ada dan terjadi (Nurhayati, 2012: 5).
4. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia adalah novel
yang diterbitkan Asma Nadia Publishing House pada tahun 2016 tebal
256 halaman dan novel ini yang akan digunakan oleh penulis sebagai
objek penelitian skripsi.
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau disingkat RPP adalah pegangan
seorang guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas (Masnur, 2007:
53). RPP dibuat oleh guru untuk membantunya dalam mengajar agar
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada hari
tersebut.
6. Kelas XI SMA adalah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Berdasarkan penegasan istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa judul
skripsi ini yaitu “ Analisis Nilai Moral Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI
SMA”.
C. Identifikasi Masalah
Penelitian ini merupakan penelaah nilai moral novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi yang kemudian akan dijelaskan rencana pelaksanaan
9
pembelajaran novel di kelas XI SMA. Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, dapat diidentifikasi hal-hal yang relevan dengan penelitian ini sebagai
berikut.
1. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia adanya konflik
keluarga yaitu, Umar dan istrinya. Setiap anak pasti ingin berbakti kepada
orangtuanya yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, maka
dari itu Umar yang kini sukses ingin membantu kesulitan ekonomi
orangtua dan adik-adiknya tetapi istrinya sangat tidak suka jika Umar
membantu ekonomi orangtuanya.
2. Percintaan yang dialami tokoh Zarika selalu ditentang oleh ibunya. Dari
percintaan Zarika dengan Herman perokok berat. Percintaan Zarika dengan
Wisnu karena perbedaan agama, percintaan Zarika dengan Ivan suami
orang. Percintaan tokoh Laras anak satu-satunya Ummi, yang selalu
ditentang percintaannya dan pada akhirnya Laras menikah dengan pilihan
Umminya seorang laki-laki duda dengan tiga anak yang berkepribadian
baik.
3. Moral putra putri Ummi Aminah yang kadang menyimpang seperti Zidan
anak laki-laki Ummi Aminah yang bersikap seperti perempuan karena
Zidan mempunyai salon dan bekerja di salon. Putri Ummi aminah yang
bernama Zarika yang hampir saja melakukan kesalahan mendekati laki-laki
yang beristri dan mulai menyayanginya, tetapi Ummi aminah selalu
mengingatkan dengan tegas kepada putra putrinya supaya ke jalan yang
benar sesuai dengan ajaran agama Islam.
10
4. Pembelajaran sastra dengan menggunakan media novel masih terbatas,
karena kurangnya minat membaca siswa. Oleh karena itu, dilaksanakannya
pembelajaran novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia di
kelas XI SMA. Novel ini sangat menarik dan memotivasi siswa untuk
menjadi pribadi yang baik.
D. Batasan Masalah
Pada sebuah penelitian, suatu hal yang penting dan merupakan
kerangka untuk mengembangkan penelitian, supaya pembahasan tidak
menyimpang dari tujuan. Dalam setiap karya sastra misalnya novel
mempunyai banyak unsur pembangunannya dan terdapat nilai-nilai tentang
berbagai aspek kehidupan. Akan tetapi, untuk menjaga penelitian supaya
penelitian lebih terarah dan fokus, diperlukan adanya pembatasan masalah.
Dengan pertimbangan tersebut, penelitian ini dibatasi pada upaya
mengungkapkan informasi mengenai unsur intrinsik dan nilai moral novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia dan rencana pelaksanaan
pembelajaran novel di SMA.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah.
1. Bagaimana unsur-unsur instrinsik dalam novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi?
2. Bagaimana nilai moral dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi?
11
3. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia di kelas XI SMA?
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah salah satu faktor utama yang mendasari
penulis untuk melakukan suatu penelitian. Setiap kegiatan penelitian
secara sadar pasti didasari oleh tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan
yang ingin dicapai dari penulis skripsi ini adalah untuk medeskripsikan:
a. unsur-unsur intrinsik pada novel Antara Cinta dan Ridha Ummi.
b. nilai moral dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi.
c. rencana pelaksanaan pembelajaran novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia di kelas XI SMA.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi pengantar dalam penelitian novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia dibagi menjadi dua yaitu manfaat
secara teoretis dan praktis.
b. Manfaat secara Teoretis
Dari segi teoretis penelitian yang berjudul “Analisis Nilai
Moral Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA”, ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai nilai-
nilai moral yang terkandung dalam novel pada peserta didik.
12
c. Manfaat secara Praktis
Dari segi praktis penelitian ini bermanfaat bagi siswa, bagi
peneliti, dan bagi guru.
1) Bagi Siswa
Bagi siswa, penelitian ini dapat menambah wawasan
pengetahuan di bidang sastra khususnya dalam tata nilai moral
lewat karya sastra yang dibacanya serta dapat mengubah pola pikir
dan menambah hasil-hasil penelitian sastra khususnya mengenai
tinjauan terhadap isi karya sastra.
2) Bagi Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberi pelajaran dan
pengetahuan tentang nilai moral yang terkandung dalam novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi dan bagi peneliti berikutnya,
penelitian ini dapat membantu dalam memperkaya wawasan sastra
khususnya dalam mengembangkan teori sastra.
3) Bagi Guru
Bagi guru pelajaran Bahasa Indonesia, penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai perbandingan terhadap pengajaran sastra,
memperkaya wawasan, dan kelengkapan bahan pengajaran.
G. Sistematika Skripsi
Penelitian yang berjudul “Analisis Nilai Moral Novel Antara Cinta
Dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajarannya di Kelas XI SMA” disusun dalam lima bab. Pada bagian
13
awal, terdiri dari halaman judul, pengesahan, motto, pernyataan, prakata,
abstrak, daftar isi.
Bab I berisi pendahuluan. Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika skripsi.
Bab II berisi landasan teori yang terdiri dari tinjauan pustaka dan
kajian teoretis. Tinjauan pustaka yang digunakan peneliti sebagai landasan
sebelum melaksanakan penelitian adalah skripsi Ari Hotamah (2015), dan
skripsi Siti Nurfajriah (2014). Pada bab ini juga terdapat kajian teoretis dari
beberapa ahli yang dijadikan landasan sebelum melaksanakan penelitian.
Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian terdiri dari objek
penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis
data.
Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data. Pada bab ini analisis
data yang membahas atau menganalisis dengan teori nilai moral, meliputi
analisis data dan pembahasan data yang difokuskan pada unsur intrinsik sastra
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia, nilai moral novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia, dan rencana pelaksanaan
pembelajarannya di kelas XI SMA.
Bab V berisi penutup. Pada bab ini peneliti menguraikan secara
singkat pembahasan pada bab IV serta memberikan simpulan dan saran hasil
penelitian terhadap objek penelitian.
14
Untuk melengkapi penelitian, disertakan pula daftar pustaka dan
lampiran-lampiran yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
kartu bimbingan skripsi, beserta bukti-bukti lain yang diperlukan.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka
menguraikan relevansi antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu.
Kajian teoretis menguraikan teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian
ini.
1. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ada dua hal yaitu kajian buku dan beberapa hasil
yang relevan.
1. Kajian Buku
Beberapa kajian buku yang digunakan dalam penelitian ini,
diantarannya yaitu buku Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam
Perspektif Perubahan (Nurul Zuriah, 2015) membahas mengenai: (1)
hakikat pendidikan moral dan budi pekerti; (2) platform pendidikan budi
pekerti; (3) urgensi pendidikan moral dan budi pekerti; (4) merunut pasang
surut pendidikan moral dan budi pekerti ; (5) pendidikan budi pekerti dan
PPKN di masa kini; (6) menggagas pendidikan budi pekerti masa depan;
(7) kurikulum berbasis kompetensi pendidikan budi pekerti di lingkungan
persekolahan.
Buku pengajaran sastra membahas mengenai metode dalam
pengajaran sastra. Buku Metode Pengajaran Sastra ( Rahmanto,1988)
membahas tentang: (1) apakah sastra itu; (2) sastra dalam pengajaran; (3)
pemilihan bahan pengajaran; (4) pentahapan penyajian; (5) pengajaran
16
puisi;(6) pengajaran prosa cerita; (7) pengajaran drama; (8) penulisan
kreatif. Buku mengenai kajian prosa fiksi yaitu Pengkajian Prosa Fiksi
(Nurhayati, 2012) membahas mengenai: (1) karya sastra; (2) pengkajian
prosa; (3) pendekatan structural; (4) struktur genetik; (5) semiotik; (6)
sosiologi sastra; (7) psikologi sastra; (8) resepsi sastra; (9) intertekstual;
(10) feminis; (11) sastra lisan;(12) nilai pendidikan dalam prosa.
Buku lain mengenai Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
( Arikunto, 2013) berisi tentang: (1) kegiatan penelitian; (2) alur dan
ragam penelitian; (3) penelitian evaluatif; (4) cara mengadakan penelitian;
(5) memilih masalah; (6) studi pendahuluan;(7) merumuskan masalah; (8)
merumuskan angapan dasar; (9) merumuskan hipotesis; (10) memilih
pendekatan; (11) menentukan variabel; (12) menentukan sumber data; (13)
menentukan dan menyusun instrument; (14) pengumpuan data; (15)
analisis data; (16) menarik kesimpulan; (17) menulis laporan.
2. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan terhadap penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui perbedaan yang khas antara penelitian yang terdahulu dengan
penelitian ini. Beberapa penelitian yang relevan yang dilakukan oleh
Hotamah Aji (2015) dan Siti Nurfajriah (2014).
Hotamah (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Nilai
Moral dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye dan Skenario
Pembelajarannya di SMA ”. Membahas nilai moral hubungan manusia
dengan diri sendiri, nilai-nilai moral hubungan dengan manusia lain, nilai
17
–nilai moral hubungan dengan Tuhan-Nya, nilai-nilai moral hubungan
dengan alam.
Penelitian Hotamah memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian penulis. Persamaannya, penelitian penulis dengan penelitian
Hotamah sama-sama menganalisis sebuah karya sastra novel.
Perbedaannya Hotamah skenario pembelajaran, sedangkan penulis rencana
pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Nurfajriah (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Nilai Moral
dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo dan
implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
sekolah” membahas nilai moral tokoh pada novel. Hubungan manusia
dengan Tuhan-Nya, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan
manusia dengan manusia.
Penelitian Nurfajriah memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian penulis. Persamaannya, penelitian penulis dengan penelitian
Nurfajriah sama-sama menganalisis sebuah karya sastra novel, dan nilai
moral hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, hubungan manusia dengan
diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia. Perbedaannya novel yang
digunakan untuk menganalisis penulis menggunakan novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia. Penelitian Nurfajriah menggunakan
novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo.
Implikasinya terhadap pembelajaran penulis lebih mengarah pada kelas XI
SMA sedangkan penelitian Nurfajriah hanya di sekolah.
18
2. Kajian Teori
Kajian teori merupakan kerangka teori yang memuat beberapa
kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan
pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Suatu karya sastra ilmiah
supaya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah harus menggunakan dasar
analisis tertentu, antara lain : karya sastra, pengertian moral, unsur intrinsik
novel, pengertian nilai moral, dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia di kelas XI SMA.
a. Karya Sastra
Karya sastra diciptakan sepanjang sejarah kehidupan manusia. Hal
itu disebabkan manusia memerlukan karya sastra. Seorang pemikir
Romawi bernama Horatius mengemukakan istilah dulce et utile yang
berarti bahwa sastra memiliki fungsi ganda, yakni menghibur sekaligus
bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur karena menyajikan
keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian,
kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan kedunia
imajinasi (Nurhayati, 2012: 1).
Sastra sebagai suatu karya sastra yang menyampaikan suatu jenis
pengetahuan dengan cara memberikan kenikmatan unik dan pengetahuan
untuk memperkaya wawasan pembacannya. Jika teks sastra dibandingkan
dengan teks non sastra (misalnya teks ilmiah), bentuk ungkapan yang
terdapat dalam kedua teks tersebut tentunya berbeda. Bahasa yang dipakai
dalam teks ilmiah seperti yang dijumpai pada teks artikel di media massa
19
menekankan pada hal-hal yang bersifat teknis, seperti data, fakta, bukti
dan contoh. Sebaliknya, bahasa dalam teks sastra, seperti novel dan cerpen
menggambarkan nuansa-nuansa perasaan dan pikiran yang tidak dapat
diwakili oleh angka maupun statistik (Nurhayati, 2012: 1).
Dalam kehidupan sehari-hari, sastra berguna sebagai alat untuk
menyatakan perasaan, seperti cinta, marah, dan benci. Dalam hal ini, sastra
merupakan media komunikasi yang melibatkan tiga komponen, yaitu
pengarang sebagai pengirim pesan, karya sastra sebagai pesan itu sendiri,
dan pembaca karya sastra sebagai penerima pesan. Oleh sebab itu, karya
sastra menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran. Di
dalam karya sastra terdapat pesan yang sangat jelas disampaikan atau yang
bersifat tersirat secara halus. Karya sastra juga dapat dipakai untuk
menggambarkan apa yang ditangkap oleh pengarang tentang kehidupan
sekitarnya.
b. Pengertian Novel
Novel berasal dari kata novella yang berasal dari bahasa Itali atau
dalam bahasa Jerman berarti karya baru. Secara harfiyah novella berarti
sebuah barang baru yang kecil, tetapi lebih kecil yang kemudian
disimpulkan menjadi cerita pendek dalam bentuk prosa. Dalam istilah
bahasa indonesia novel mengandung pengertian yang sama, yaitu karya
prosa fiksi yang panjang cakupanya tidak terlalu pendek dan tidak terlalu
panjang (Nurgiyantoro, 2010: 9).
20
c. Unsur Instrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir
sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang menikmati karya sastra (Nurgiyantoro, 2010: 23).
Adapun yang termasuk unsur instrinsik novel (1) alur atau plot, (2)
tokoh dan penokohan, (3) tema, (4) latar atau setting, (5) sudut pandang
penceritaan, (6) bahasa, dan lain-lain.
1. Alur atau plot
Alur atau Plot pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita
yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Plot memegang
peranan penting dalam cerita (Nurhayati, 2012:12). Plot memiliki
fungsi untuk membaca kearah pemahaman cerita secara rinci dan
menyediakan tahap-tahap tertentu bagi pengarang untuk melanjutkan
cerita berikutnya. Selain sebagai dasar bergeraknya cerita, alur yang
jelas akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang
disajikan.
Stanton (2012: 26 – 28) alur merupakan rangkaian peristiwa-
peristiwa dalam sebuah cerita. Alur dalam cerita memiliki bagian awal,
tengah, dan akhir yang nyata, meyakinkan dan logis. Nurgiyantoro
(2010: 153) membedakan plot dalam dua action kategori, yaitu
kronologis dan tak kronologis. Kategori pertama sebagai plot lurus,
dapat dinamakan progresif, sedangkan yang kedua adalah sorot-balik,
21
mundur, flash back, atau dapat juga disebut sebagai regresif serta plot
subplot.
Nurgiyantoro (2010: 116) membagi tiga unsur yang ensensial
dalam pengembangan sebuah plot cerita, yaitu peristiwa, konflik dan
klimaks. Peristiwa dalam penyajian cerita dapat dibedakan ke dalam
tiga tahap, yaitu peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan. Bentuk
konflik dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu pertama konflik
sosial, kedua konflik internal.
2. Tokoh dan penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan unsur instrinsik yang
dibahas paling rinci dalam penelitian ini, sebab landas tumpu yang
digunakan dalam rumusan masalah adalah analisis watak tokoh.
Menurut Nurhayati (2012: 15) tokoh dan penokohan
merupakan salah satu unsur penting dalam cerita. Tokoh digunakan
untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Sedangkan
penokohan untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Jika dilihat dari peranan tokoh-tokoh dalam pengembangan
plot dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan, dilihat
dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh
protagonis dan antagonis (Nurgiyantoro, 2010: 178). Tokoh protagonis
adalah tokoh yang dikagumi, populer atau disebut hero, tokoh yang
22
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal.
Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik.
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan
dalam tokoh sederhana atau datar dan tokoh bulat atau kompleks
(Nurgiyantoro, 2010: 181). Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya
memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu,
sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, isi kepribadiannya dan jati dirinya.
Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan,
tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis (tak berkembang) dan
tokoh berkembang (Nurgiyantoro, 2010: 188). Tokoh statis adalah
tokoh yang secara ensensial tidak mengalami perubahan dan
perkembangan perwatakannya sebagai akibatnya adanya peristiwa-
peristiwa yang terjadi, sedangkan tokoh berkembang adalah tokoh
yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakannya sejalan
dengan peristiwa dan plot yang dikisahkan.
Selain hal di atas, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi tokoh
tipikal dan tokoh netral (Nurgiyantoro, 2010: 189). Tokoh tipikal
adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan
individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan dan
kebangsaan, sedangkan tokoh netral adalah tokoh yang berinteraksi
demi cerita, dialah yang sebenarnya yang mempunyai cerita, pelaku
cerita yang diceritakan.
23
3. Tema
Tema adalah inti pokok dalam sebuah cerita. Tema menurut
Nurgiyantoro (2013: 125-126) ada dua jenis,berikut dua jenis tema
yaitu tema tradisional yang menunjuk pada tema yang itu saja dan
tema nontradisional yang bersifat tidak lazim. Ia juga mengungkapkan
adanya tema pokok atau tema mayor sebagai makna pokok cerita yang
menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya dan tema tambahan atau
tema minor.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa tema
merupakan sesuatu yang menjadi pokok masalah atau pokok pikiran
dari pengarang yang ditampilkan dalam karangannya. Tema sering
dimaknai sebagai inti sebuah cerita. Semua cerita yang dibangun
berpusat dari satu tema. Karena itu, gagasan utama dari suatu novel
biasanya berisi pandangan tertentu atau perasaan tertentu mengenai
kehidupan.
Tema dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia adalah berbakti kepada orangtua karena kebahagiaan, dan
keberuntungan seorang anak jika dia menghormati dan berbakti kepada
orang tuanya. Apalagi ridha orang tua itu sangat penting bagi
kesuksesan bekerja ataupun jodoh. Tidak ada orang tua yang tega
anaknya terjerumus dalam kesesatan. Maka dari itu orang tua yang
baik akan menuntun anak-anaknya ke jalan yang benar. Begitupun
sebaliknya anak kepada orang harus menghormati dan menghargai.
24
4. Latar atau setting
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa
dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa
yang sedang berlangsung (Stanton, 2012: 35)
Menurut Abrams, latar atau setting yang disebut juga sebagai
landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial, tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang dicerita-
kan (Nurgiyantoro, 2013: 302).
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu
tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar
waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan”
tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada
kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar sosial
menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah
dalam lingkup yang cukup kompleks. Dapat berupa kebiasaan hidup,
adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan
bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Disamping itu,
latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010: 227-237).
25
Latar memiliki fungsi penting dalam sebuah cerita. Berkaitan
dengan ini, Kenny menyebutkan tiga fungsi latar sebagai berikut.
1) Membaca keseluruhan cerita. Setting ini mendasari waktu, tempat,
watak pelaku, dan peristiwa yang terjadi.
2) Sebagai atmosfer atau kreasi yang lebih memberi kesan tidak hanya
sekedar memberi tekanan pada sesuatu. Penggambaran terhadap
sesuatu dapat ditambahkan dengan ilustrasi tertentu.
3) Sebagai unsur yang dominan yang mendukung plot dan perwatakan,
dapat dalam hal waktu dan tempat (Nurhayati, 2012: 17)
5. Sudut pandang penceritaan
Sudut pandang itu sendiri sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar, dan fungsi peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada. Sudut pandang adalah teknik yang
dipergunakan pengarang untuk menemukan danmenyampaikan makna
karya artistiknya untuk dapat sampai dan hubungan dengan pembaca
(Nurgiyantoro, 2010: 248-249).
Sudut pandang pengarang yaitu teknik yang digunakan
pengarang untuk menemukan dan menyampaikan maknanya didalam
sebuah cerita untuk menyajikan tokoh, tindakan latar, dan fungsi
peristiwa yang membentuk cerita untuk dapat sampai dan hubungan
dengan pembaca.
26
6. Bahasa
Bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat dalam
seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, sarana, yang diolah
untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih” daripada
sekedar bahannya itu sendiri. Bahasa merupakan sarana pengungkapan
sastra. Dipihak lain sastra lebih dari sekedar bahasa, deretan kata,
namun unsur “kelebihan”-nya itu pun hanya dapat diungkapkan dan
ditafsirkan melalui bahasa (Nurgiyantoro, 2010: 272).
7. Amanat
Menurut Sudjiman (1988: 57), dari sebuah karya sastra dapat
diangkat suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Amanat dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu
saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu. Amanat dalam
sebuah karya sastra ditampilkan secara implisit (tidak langsung)
ataupun eksplisit (langsung). Jadi amanat adalah pesan moral yang
ingin disampaikan penulis kepada pembaca berupa nilai-nilai luhur
yang dapat dijadikan contoh.
d. Pengertian Nilai Moral
1. Pengertian Nilai
Darmadi (2012:50-51) menjelaskan bahwa nilai (value) berasal
dari bahasa Latin “value” secara harfiah berarti baik atau buruk yang
kemudian artinya diperluas menjadi segala sesuatu yang disenangi,
diinginkan, dicita-citakan dan disepakati. Nilai berada dalam hati
27
nurani dan pikiran sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan. Nilai
harus dibina terus menerus karena nilai merupakan aspek masalah
kewajiban yang timbul tenggelam atau pasang surut.
2. Pengertian Moral
Nilai moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung
dalam karya sastra, makna yang disarankan lewat cerita. Moral dapat
dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak
semua tema merupakan moral (Nurgiyantoro, 2013: 429).
Menurut Nurgiyantoro (2013: 430), jenis atau wujud pesan
moral yang terdapat dalam karya sastra akan tergantung pada
keyakinan, keinginan, dan interes pengarang yang bersangkutan. Jenis
ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah yang boleh
dikatakan bersifat tak terbatas, mencakup persoalan hidup dan harkat
martabat manusia, secara garis besar persoalan: 1) hubungan manusia
dengan diri sendiri, 2) hubungan manusia dengan manusia lain,dan 3)
hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
a. Hubungan manusia dengan diri sendiri.
Menurut Ali (2002: 369-370), hubungan manusia dengan
hati nurani atau diri sendiri dapat dipelihara dengan jalan
menghayati benar patokan-patokan akhlak, yang disebutkan Tuhan
dalam berbagai ayat Al-Quran. Hubungan manusia dengan dirinya
sendiri disebutkan cara-caranya di dalam ayat-ayat takwa dan
28
dicontohkan dengan keteladanan Nabi Muhammad. Aspek moral
tentang hubungan manusia dengan diri sendiri, di antaranya yaitu
kejujuran, menghargai waktu, dan tanggung jawab.
b. Hubungan manusia dengan manusia lain.
Menurut Ali (2002: 370), hubungan antarmanusia ini dapat
dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan
gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang disepakati
bersama dalam masyarakat dan negara sesuai dalam nilai dan norma
agama. Hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat
dapat dilakukan dengan cara dermawan, tolong menolong, adil, dan
peduli.
c. Hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
Menurut Ali (2002: 367-368), hubungan manusia dengan
Tuhan-Nya sebagai dimensi takwa, menurut ajaran Ketuhanan Yang
Maha Esa, karena itu hubungan inilah yang seyogyanya di utamakan
secara tertib diatur tetap dipelihara. Sebab, dengan menjaga
hubungan dengan Allah Swt, manusia akan terkendali tidak
melakukan kejahatan terhadap dirinya sendiri, masyarakat, dan
lingkungan hidup. Ketakwaan dan pemeliharaan hubungan manusia
dengan Tuhan-Nya dapat dilakukan dengan cara bersyukur, menjauhi
larangan-Nya, dan menjalankan perintah-Nya.
Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores yang berarti adat
istiadat, kelakuan, tabiat, watak. Sebagai kebiasaan dalam bertingkah
29
laku yang baik (Darmadi, 2012: 50). Moral merupakan laku
perbuatan manusia dipandang dari nilai-nilai yang baik dan buruk,
benar dan salah, dan berdasarkan adat kebiasaan dimana individu
berada. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra juga
bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika
dan budi pekerti. Nilai moral dalam karya sastra bertujuan untuk
mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai estetika dan budi pekerti.
e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia di Kelas XI SMA
1. Pembelajaran sastra di SMA
Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam mengapresiasikan karya sastra. Novel
sebagai salah satu karya sastra yang sangat memungkinkan untuk
diajarkan di sekolah (SMA). Salah satu kelebihan novel sebagai bahan
pembelajaran sastra adalah mudahnya karya sastra tersebut dinikmati
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam memahami
cerita. Namun, tiap-tiap kemampuan individu tidak sama (Rahmanto,
1988: 66).
Hamalik (2013: 57) menyatakan bahwa pembelajaran
merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam
sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya,
30
misalnya tenaga laboraturium. Material meliputi buku-buku, papan
tulis, kapur, fotografi, film, audio, dan vidio tape. Fasilitas dan
perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, dan
computer. Prosedur meliputi jadwal dan metode panyampaian
informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Pembelajaran sastra merupakan suatu penyajian karya sastra
dalam situasi belajar mengajar di kelas yang bertujuan untuk
menemukan sikap positif terhadap hasil karya dalam wujud
pemahaman transformasi dari tekstual. Bicara tentang sejarah sastra
dan teori sastra perlu diarahkan pembinaan apresiasi sastra yang
mencangkup adanya pemberian kesempatan untuk berkreasi, mencoba
sendiri menciptakan sebuah karya sastra.
2. Tujuan Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi
sastra peserta didik agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami,
menikmati, dan menghargai suatu cipta karya sastra. Selain itu,
pembelajaran sastra diadakan di sekolah memiliki tujuan sendiri.
Tujuan pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa,
serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
Tujuan pembelajaran sastra berdasarkan silabus Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, pembelajaran sastra di SMA meliputi kemampuan dasar,
31
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Kemampuan
dasar berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus
dikuasai peserta didik. Sukirno (2009: 104) berpendapat bahwa
standar kopetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus
dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi berguna untuk memandu
guru atau pengembangkan silabus dalam penjabaran kompetensi dasar
menjadi pengalaman belajar.
3. Manfaat Pembelajaran Sastra
Rahmanto (1988: 16-24) menyatakan bahwa pembelajaran
sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya
meliputi empat manfaat sebagai berikut.
a) Membantu ketrampilan berbahasa.
Pembelajaran sastra akan membantu peserta didik berlatih
kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada
pembelajaran sastra, peserta didik dapat melatih keterampilan
menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibicarakan
oleh pendidik, teman, atau rekaman. Peserta didik dapat melatih
keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama.
Peserta didik juga dapat meningkatkan keterampilan membaca
dengan membacakan puisi atau prosa. Peserta didik dapat
meningkatkan menulis dengan sebuah karya sastra seperti cerpen
atau puisi.
32
b) Meningkatkan pengetahuan budaya
Sastra tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidak
menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk jadi. Sastra
berkaitan erat dengan aspek manusia dan alam dengan
keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu
dan menyajikan banyak hal yang apabila dihayati akan semakin
menambah pengetahuan orang yang menghayatinya. Sastra
berkaitan erat dengan aspek manusia dan alam dengan
keseluruhannya. Hal tersebut akan menambah pengetahuan peserta
didik tentang budaya yang ada disekitarnya. Sehingga, peserta
didik akan lebih menghargai kebudayaan-kebudayaan bangsanya
sendiri.
c) Mengembangkan cipta dan rasa
Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan
kecakapan yang bersifat penalaran, perasaan, dan kesadaran
sosial. Pembelajaran sastra akan membantu peserta didik berlatih
memecahkan masalah dan berpikir logis. Selain itu, pembelajaran
sastra dapat menghadirkan berbagai problem atau situasi yang
merangsang tanggapan perasaan atau emosional yang
memungkinkan peserta didik tergerak untuk mengembangkan
perasaannya sesuai dengan kodrat kemanusiaan. Sastra juga
dapat digunakan untuk menumbuhkan rasa simpati pelajar
terhadap masalah yang dihadapi seseorang.
33
d) Menunjang pembentukan watak
Pembelajaran sastra mempunyai kemungkinan untuk
mengantar peserta didik mengenal seluruh rangkaian kehidupan
manusia seperti kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri
dan keputusan. Pembelajaran sastra dapat memberikan bantuan
dalam mengembangkan berbagai kualitas kepribadian peserta didik.
4. Pemilihan Pembelajaran Bahan Ajar
Bahan ajar adalah sesuatu yang mengandung pesan yang akan
disajikan dalam proses pembelajaran, bahan pembelajaran yang akan
disajikan kepada peserta didik haruslah sesuai dengan kemampuan
peserta didik yang berdasarkan pada tahap pembelajaran tertentu, guru
harus memilih bahan ajar yang tepat sesuai dengan perkembangan
peserta didiknya.
Rahmanto (1988: 27-31) berpendapat bahwa untuk menentukan
bahan pembelajaran sastra yang tepat harus mempertimbangkan beberapa
aspek, yaitu: dari segi bahasa, dari segi psikologis, dari segi latar
belakang, dan dari segi estetik.
5. Metode Pembelajaran Sastra
Metode merupakan cara yang digunakan pendidik dalam
menyampaikan pelajaran untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Pendidik dapat memilih metode yang
digunakan dalam proses belajar mengajar dengan menyesuaikan
materi pelajaraan dan keadaan peserta didik. Metode yang dapat
34
digunakan dalam pembelajaran sastra di sekolah, yaitu: metode
ceramah, metode diskusi, dan metode tanya jawab.
a) Metode Ceramah
Ceramah sebagai metode pembelajaran merupakan cara yang
digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara
penuturan (lecturer). Metode ini bagus jika penggunaannya
disampaikan dengan baik, didukung alat dan media, serta
memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaanya. Hal yang
perlu diperhatikan dalam metode ceramah adalah isi ceramah mudah
diterima dan dipahami serta mampu menstimulasi pendengar (peserta
didik) untuk mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam
isi ceramah (Majid, 2013: 194).
b) Metode Diskusi
Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
peserta didik pada suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan peserta didik, serta untuk
membuat suatu keputusan (Majid, 2013: 200).
c) Metode Tanya Jawab
Majid (2013: 210) menyatakan metode tanya jawab adalah
metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat two way trafic karena pada saat yang sama
terjadi dialog antara pendidik dan peserta didik. Metode tanya
jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir peserta didik dan
35
membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan.
Komunikasi terlihat dari hubungan timbal balik secara langsung
antara pendidik dengan peserta didik.
Ismawati (2011: 50) menyatakan bahwa banyak metode yang
dapat dipilih dalam pengajaran sastra, namun prinsip utama dalam
setiap pemilihan metode harus didasarkan pada cara belajar peserta
didik yang aktif (active learning). Dalam metode active learning
(pelajar aktif) yang aktif bukan hanya peserta didiknya melainkan
juga gurunya.
6. Langkah-langkah Pembelajaran Sastra
Pendidik hendaknya memberikan variasi dalam menyampaikan
pembelajaran, sehingga peserta didik tidak jenuh dan selalu siap
dalam menanggapi berbagai rangsangan (Rahmanto, 1988: 43). Tata
cara yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan pembelajaran
sastra melalui tahapan sebagai berikut. Pertama, percakapan
pendahuluan. Pendidik mempelajari terlebih dahulu materi yang akan
diajarkan untuk pemahaman awal tentang novel yang akan disajikan
sebagai bahan ajar agar dapat menentukan aspek-aspek yang perlu
mendapat perhatian khusus dan masih dijelaskan. Kedua, penentuan
sikap praktis. Penentuan sikap praktis ialah menentukan informasi
yang dapat diberikan oleh pendidik untuk mempermudah peserta didik
dalam memahami novel yang disajikan, keterangan yang diberikan
hendaknya jelas dan seperlunya. Ketiga, Introduksi. Pengantar yang
36
diberikan tergantung pada setiap pendidik dan peserta didik. Keempat,
tahap penyajian ialah menyajikan materi yang telah disampaikan
untuk diajarkan kepada peserta didik, pendidik sebaiknya
menggunakan cara yang bervariasi agar materi yang disajikan dapat
lebih menarik sehingga peserta didik tidak bosan. Kelima, peserta
didik mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi.
Pendidik sebaiknya mendampingi peserta didik agar tidak membahas
masalah-masalah yang tidak ada relevansinya dengan pokok masalah
yang dibahas. Keenam, tes atau latihan untuk pengukuhan ini dapat
berupa aktivitas-aktivitas lisan dan tulisan. Kegiatan ini bisa dilakukan
diluar kelas atau sebagai pekerjaan rumah.
7. Sumber Belajar
Sumber belajar, dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya
diperoleh dari pendidik saja, pelajaran akan lebih menarik, mudah
dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar akan lebih
bermakna dengan menggunakan bantuan berbagai alat. Sumber belajar
dapat berupa: (1) buku pelajaran yang diwajibkan, (2) buku acuan bahan
ajar atau materi pelajaran selain buku wajib atau utama, dan (3) media
cetak (surat kabar dan majalah) sebagai sumber belajar agar dapat
mempertimbangkan segi bahasa, materi, dan tujuan belajar. Contohnya
cerpen, puisi dan sebagainya, dan yang terakhir agar peserta didik tidak
cepat bosan dalam proses belajar mengajardan mudah memahami materi
yang disampaikan pendidik. Teman atau orang lain juga dapat dijadikan
37
tempat bertanya tentang berbagai pengetahuan mengenai apa yang belum
dipahami.
8. Evaluasi
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran,
dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Hamalik, 2013:
159).
Dalam pembelajaran sastra, evaluasi dibagi menjadi tiga aspek
penilaian. Pertama, penilaian koknitif. Hasil belajar sastra yang bersifat
koknitif lebih banyak berhubungan dengan kemampuan dan proses
berpikir. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dalam proses
pembelajaran, tes formatif atau pada akhir pembelajaran. Kedua, tes
sumatif. Tes sumatif biasanya dilaksanakan dalam bentuk ulangan umum
atau ujian semester dengan alat penelitian yang berupa tes. Ketiga,
penilaian afektif yang berhubungan dengan masalah sikap, pandangan,
dan nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keempat, penilaian psikomotor
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otak, fisik, atau
gerakan-gerakan anggota badan. Hasil belajar yang bersifat psikomotoris
ketrampilan-ketrampilan gerak tertentu yang diperoleh setelah
mengalami peristiwa belajar.
Dari hasil evaluasi, peserta didik kemudian diorientasikan dengan
tujuan yang telah direncanakan. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil
38
dengan baik apabila evaluasi dari peserta didik diorientasikan dengan
tujuan yang sesuai, sebaliknya kegiatan belajar dikatakan belum berhasil
apabila evaluasi dari peserta didik dengan tujuan tidak menunjukan
kesesuaian.
Penilaian hasil proses belajar mengajar bahasa dan sastra
Indonesia, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap berbahasa.
Semua ini terungkap lewat kegiatan pembelajaran baik lisan maupun
tulisan. Penilaian kegiatan dan kemajuan belajar berupa pembelajaran
sarana, penambahan, dan perbaikan selama kegiatan berlangsung.
Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran mencakup dengan novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia tertulis dengan
menggunakan tes atau esai. Tes esai adalah sejenis tes kemajuan belajar
yang memerlukan jawaban yang bersifat uraian kata-kata. Bentuk esai ini
menuntut peserta didik untuk dapat berfikir sehingga daya kreativitas
yang dimiliki peserta didik menjadi tinggi.
39
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian. Pada bab ini, dibahas metode penelitian yang
meliputi objek penelitian, fokus penelitan, sumber data, instrumen penelitian,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis
data.
1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah apa saja yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2013: 38). Objek dalam penelitian ini adalah novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia, diterbitkan oleh Asma
Nadia Publishing House pada tahun 2016 dengan tebal 256 halaman. Objek
penelitian ini menjabarkan mengenai nilai moral dalam novel dan rencana
pelaksanaan pembelajaran di kelas XI SMA.
2. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada nilai moral novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia yang mencakup tiga aspek, yaitu: 1) nilai
moral hubungan manusia dengan diri sendiri, 2) nilai moral hubungan manusia
dengan manusia lain, dan 3) nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan-
Nya, dan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XI SMA.
40
3. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti untuk
memperoleh data dalam penelitian (Arikunto, 2013: 172). Data dan Sumber
data dalam penelitian ini adalah isi keseluruhan teks Novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia. Sumber data yang dimaksud segala sesuatu
yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Sumber data ada
dua yaitu sumber data utama dan sumber data tambahan. Sumber data utama
ialah novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia, sedangkan
sumber data tambahan berupa buku-buku tentang sastradan buku-buku
lainnya.
4. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2013: 305) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah penelitian itu sendiri.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah kartu data dan
alat tulis. Kartu data akan penulis gunakan untuk mencatat data berupa
kutipan-kutipan yang berhubungan dengan nilai moral dalam novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
Format serta contoh pengisian dari kartu data yang digunakan sebagai
berikut.
Tabel 1 Kartu data
No Unsur Intrisik
Macam- macam unsur intrinsik Data penelitian
41
Tabel 2 Kartu data
No Nilai moral Macam-macam nilai moral Data penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
Agar penulis mendapat data yang diperlukan dalam penelitian ini,
digunakan suatu cara pengumpulan data atau teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Teknik pustaka adalah teknik yang
menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik simak
adalah teknik penyimakan terhadap penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2015:
203). Dan teknik catat adalah teknik pencatatan dengan menggunakan kartu
data dan segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 2015: 205).
Langkah-langkah yang dilakukan Penulis dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
a. mencari sumber berupa novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia. Peneliti mencari sendiri sumber yang akan diteliti yakni novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia. Peneliti membaca
keseluruhan isi novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia;
b. mengidentifikasi aspek-aspek nilai moral. Peneliti setelah membaca
mengidentifikasi aspek-aspek nilai moral yang terdapat dalam kutipan-
kutipan novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia;
42
c. mengelompokkan unsur-unsur nilai moral. Peneliti mengelompokkan
unsur-unsur nilai moral yang terdapat di dalam novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia;
d. mencatat data-data yang diperoleh sesuai dengan objek penelitian. Peneliti
mencatat data-data yang diperoleh di dalam kertas pencatat.
6. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode content analysis
(analisis isi). Metode analisis isi adalah metode yang dilakukan dengan cara
mengkaji dan membahas seluruh isi teks secara kritis dan teliti (Arikunto,
2013:282).
Ismawati (2011: 81) berpendapat bahwa teknik analisis isi adalah suatu
teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru
(replicable) dan sahih data dengan mempertahankan konteksnya. Sebagai
suatu teknik penelitian, content analysis mencakup prosedur-prosedur khusus
untuk pemrosesan data ilmiah.
Pengkajian data tersebut berdasarkan nilai moral yang meliputi
hubungan manusia dengan sesama, hubungan manusia dengan Tuhan-Nya,
dan hubungan manusia dengan diri sendiri.
7. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif. Hasil dari
analisis disajikan menggunakan teknik penyajian informal. Teknik penyajian
informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata
43
biasa (Sudaryanto, 2015: 241). Dengan demikian, peneliti menyajikan hasil
analisis data terkait nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya
Asma Nadia dengan cara mendeskripsikan dengan kata-kata biasa, serta
menyajikan rencana pelaksanaan pembelajaran sastra di SMA.
44
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Bab ini berisi penyajian data dan pembahasan data yang terdiri dari
analisis nilai moral pada novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi diterbitkan oleh Asma Nadia Publishing House, Depok.
Novel ini terdiri dari 256 halaman.
A. Penyajian Data
Dalam penyajian disajikan data-data, berupa unsur intrinsik dan nilai
moral yang diperoleh dari objek penelitian, yaitu dari novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia dan rencana pelaksanaan pembelajaran di
kelas XI SMA. Di bawah ini akan disajikan uraian data tersebut.
1. Unsur Intrinsik dalam Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia
Unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia terdiri atas alur, tokoh dan penokohan, tema, latar, sudut pandang,
bahasa dan Amanat. Berikut ini disajikan tabel data unsur intrinsik yang
terdapat pada novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
Tabel 3 Unsur Intrinsik Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
Karya Asma Nadia
No. Unsur-unsur Intrinsik Penyajian Data Halaman
1. Alur/ Plot a. Tahap
Penyitua-sian
1. Ketika Zarika memilih
antara cinta atau Ridha orangtuanya
37-38, 38
45
b. Tahap
Pemunculan konflik
c. Tahap
peningkatan konflik
d. Tahap
klimaks e. Tahap
penyele-saian
2. Ketika Laras anak satu-satunya umminya mencari jodoh yang di ridha umminya tetapi tidak sesempurna yang diharapkan
1. Zarika merasa bimbang saat dia memilih antara Wisnu dengan ridha orangtuanya
2. Laras menceritakan masa lalu Ryan kepada umminya. Awalnya sulit untuk menceritakan semuanya
1. Zarika mencari ummi,dan bersimpuh.mendengar semua nasehat umminya melarangnya menikah dengan Wisnu karena beda agama.
2. Ummi Laras tidak kaget dengan masa lalu Ryan karena itu bukan kondisi dosa di mata Allah.
1. Orangtua Zarika melarang Zarika meninggalkan islam.itu artinya melarang menikah jika harus pindah agama
2. Ummi Laras merestui hubungannya dengan Ryan
1. Zarika akhirnya memilih untuk meninggalkan Wisnu,karena Zarika menuruti ridha orangtuanya
2. Laras akhirnya memutuskan menikah dengan Ryan walau berat hidup dalam kenangan perempuan lain
221, 222 38, 40 221-222 40-41 222, 222-223 40, 41 222-223 41, 42 223
2. Tokoh dan penokohan a. Tokoh
utama dan penokohan
1. Zarika : cerdas,cantik 2. Laras:cerdas,berbakti
kepada umminya, tidak
36, 94 202,223,223-224
46
b. Tokoh
tambahan dan penokohan
peduli dengan hal yang tidak penting
1. Ziah:cerdas 2. Umi
Aminah:tegar,bijaksana 3. Aisyah:peduli, sopan 4. Risma:ketus,kikir 5. Umar:baik,bijaksana 6. Herman:egois 7. Wisnu:baik, cerdas 8. Zainal:penyayang, baik 9. Zubaidah:iri,tidak cerdas 10. Zidan:putus asa, baik 11. Abah:penyayang,sabar
71-72, 195 121,125 21, 25 25,27 27,27-28 36, 37 37, 39 49, 53 11-12 59, 61 93,95
3. Tema 1. Masalah keluarga 2. Masalah percintaan
26-28 41, 125-126
4. Latar a. Latar
Tempat b. Latar Waktu c. Latar
Suasana
1. Di Cafe 2. Di Kantor 3. Di Salon 4. Masjid besar daerah
Kalideres di wilayah Jawa Barat
1. Pagi Hari 2. Siang Hari 3. Sore Hari
4. Malam Hari
1. Sedih 2. Bahagia
3. Tegang 4. Sepi
17,209 37, 202 58, 65 140, 141 57, 104 5, 135 15, 23, 115, 209 209,120 11-12, 32, 41, 51, 60-61, 97, 104, 110, 115 15,52,192-193 72-73, 120, 150 78, 202
5. Sudut Pandang Persona ketiga:Dia 6. Bahasa
a.Bahasa kiasan b. Bahasa asing
7, 220 17,36,202
7. Amanat 13,212-213
47
2. Nilai Moral dalam Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia
Nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia terdiri atas tiga aspek, yaitu: nilai moral hubungan manusia dengan
diri sendiri, nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain, dan nilai
moral hubungan manusia dengan Tuhan-Nya. Berikut ini disajikan data-
data nilai moral yang terdapat di dalam novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia.
Tabel 4 Nilai Moral dalam Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
Karya Asma Nadia
No Nilai Moral Bentuk nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi Halaman
1. Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri
a. Menghargi waktu b. Jujur c. Tanggung jawab
138, 209 92,122 51-52, 79
2. Nilai moral hubungan manusia dengan orang lain
a. Tolong menolong b. Dermawan c. Adil d. Peduli
71, 169 24 24, 83 139, 217
3. Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan- Nya
a. Berdoa b. Beribadah
c. Bersyukur
34-35,127 177,24,41-42,195,194,96 48,62,72,91
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi Karya Asma Nadia
Rencana pelaksanaan pembelajaran nilai moral novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia, antara lain: perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan refleksi. Data mengenai
rencana pelaksanaan pembelajaran nilai moral novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi, disajikan dalam tabel sebagai berikut.
48
Tabel 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi Karya Asma Nadia di Kelas XI SMA No Komponen Deskripsi Data 1 Standar
Kompetensi 7. Memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia, novel terjemahan. 2 Kompetensi
Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan 3 Indikator a. Siswa mampu menganalisis unsur
intrinsik. b. Siswa mampu menganalisis nilai moral
sastra. c. Siswa mampu mengungkapkan hal-hal
yang menarik dari tokoh. d. Siswa mampu menemukan hal yang patut
diteladani dari tokoh dan merefleksikan dengan diri sendiri.
4 Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menganalisis unsur intrinsik. b. Siswa dapat menganalisis nilai moral
sastra. c. Siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang
menarik dari tokoh. d. Siswa dapat menemukan hal yang patut
diteladani dari tokoh dan merefleksikan dengan diri sendiri.
5 Bahan Pembelajaran
a. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
b. Unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
c. Nilai moral sastra. 6 Metode
Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode active learning yaitu sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri.
7 Langkah Pembelajaran
a. Pendahuluan 1) Guru memberikan salam dan
melakukan absensi pada siswa. 2) Guru memaparkan indikator
pembelajaran sastra. 3) Guru menyiapkan metode dan media
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
b. Inti 1) Siswa membentuk kelompok kecil. 2) Guru menjelaskan materi tentang
unsur intrinsik dalam karya sastra yang
49
meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.
3) Guru menjelaskan mengenai nilai moral sastra
4) Setiap kelompok diminta membaca sinopsis novel, dan menganalisis unsur nilai moral sastra yang meliputi aspek: nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain, dan nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
c. Penutup Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa.
8 Sumber Belajar a. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
b. Buku kajian prosa fiksi. c. Buku nilai moral sastra.
9 Evaluasi Penilaian dalam aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (ketrampilan), dan efektif (sikap).
B. Pembahasan Data
Pada bagian pembahasan data, dibahas tentang unsur intrinsik yang
terkandung dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia,
nilai moral dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
yang mengacu pada tiga aspek, antara lain: nilai moral hubungan manusia
dengan diri sendiri, nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain, dan
nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan-Nya. Selain itu, penulis juga
membahas bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia di SMA. Berikut ini disajikan isi dari
pembahasan data dalam penelitian.
50
1. Unsur-unsur Intrinsik Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia
a. Alur/ Plot
Alur yang digunakan dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia ini adalah alur maju karena kejadian yang
diceritakan berjalan sesuai dengan urutan waktu. Dalam novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia terdapat tahapan peristiwa
sebagai berikut.
1) Tahap Penyituasian (Situation)
Tahap ini berisi pelukisan atau pengenalan situasi dan tokoh-
tokoh cerita. Dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya
Asma Nadia, kisah ini dimulai ketika Zarika memilih antar cinta
atau ridha orangtuanya dan ketika Laras anak satu-satu Umminya
mencari jodoh yang diridhai Umminya tetapi tidak sesempurna yang
diharapkan. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Baiknya Rika tanya, deh, pendapat Ummi sebelum semuanya terlalu jauh. Zarika menggeleng. Perasaan cinta kepada Mas Wisnu telah begitu dalam. Dia bahkan tak bisa membayangkan hidup tanpa lelaki itu. Dan di menit menceritakan Mas Wisnu kepada Ummi, cinta begitu indah yang mereka miliki akan selesai.” (37-38) “Nasihat Aisyah, kakak yang paling mewarisi garis wajah Ummi,baru dituruti ketik hubungan mereka makin serius dan Mas Wisnu mengajak menikah. Seandainya tak ada perbedaan itu, mungkin proposal cinta ini akan disambut dengan lonjakan riang seperti kelakuan Zubaidah, adik yang walau bertubuh bongsor tetapi kadang masih bersikap kekanakan.” (38)
51
“Ya Allah, kenapa aku tidak bisa memberikan Ummi calon menantu sempurna untuk meraih ridhanya? Mungkin kesempurnaan itu kadang belum tertangkap manusia, scenario Allah selalu sempurna.” (221) “Rahasia yang selama ini disimpan Rian dan tak ingin dibaginya kepadaku. Tanggung jawab yang harus dipikul. Beban dan kewajiban yang tak terlintas di benakku sebelumnya. Mimpi buruk para gadis yang menanti pangeran sempurna.” (222) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Zarika dan Laras sangat
menghormati orang tuanya terutama Ummi. Masalah jodohpun
mereka harus memilih sesuai dengan ridha Ummi. Selain itu,
persoalan jodoh juga harus didiskusikan dengan Ummi. Jadi, tentang
pemilihan jodoh harus mendapat restu Ummi tidak mementingkan
perasaan masing-masing.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penyituasian mulai terlihat saat Zarika dan Laras merasa
kekwatiran atau ketakutan untuk memberi tahu keluarganya,
tentang jodoh yang akan dikenalkan dengan orang tuanya.
2) Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstanse)
Tahap pemunculan konflik berisi masalah-masalah dan
peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai
dimunculkan. Tahap pemunculan konflik dalam novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia adalah Zarika dan Laras merasa
bimbang saat memilih pendamping hidup. Hal itu terlihat dari kutipan
di bawah ini.
52
“Jangan sedih dulu, siapa tahu Ummi punya solusi, sebelum semuanya diluar jangkauan Rika. Tampan, cerdas, dan bukan perokok. Religius pula. Mas Wisnu taat beribadah. Masalahnya tempat ibadah lelaki itu dan Zarika berbeda.” (38) “Kenapa Tuhan member kita cinta jika tidak ada pelajaran di baliknya? Zarika mencari jawaban atas pertanyaan itu selama berhari-hari sejak Mas Wisnu melamar.” (40) “Ceritalah,Laras. Awalnya teramat sulit membuka mulut. Detik berikutnya,kalimatku meluncur seperti rentetan peluru yang di muntahkan. Rahasia yang selama ini disimpan Ryan dan tak ingin dibaginya kepadaku.tanggung jawab yang harus dipikul. Beban dan kewajiban yang tak terlintas di benakku sebelumnya. Mimpi buruk para gadis yang menanti pangeran sempurna” (221-222) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Zarika dan Laras bimbang
tentang laki-laki yang akan diperkenalkan dengan orang tuanya.
Mereka merasa takut jika orang tuanya tidak merestui hubungannya.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan
pemunculan konflik mulai terlihat. Zarika merasa semakin
ketakutan untuk mengatakan kepada orangtuanya tentang
hubungannya dengan Mas Wisnu yang berbeda keyakinan. Tokoh
Laras juga merasa sulit untuk mengatakannya, tetapi Laras
mengatakannya dengan jujur tentang rahasia Ryan.
3) Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)
Tahap peningkatan konflik berisi konflik yang telah
dimunculkan pada tahap sebelumnya, kemudian semakin
berkembang. Tahap peningkatan konflik dalam novel Antara Cinta
53
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia menjadi berkembang yaitu
ketika Zarika dan Laras semakin bimbang untuk memilih
pendamping hidup. Hal itu terlihat dalam kutipan di bawah ini.
“Bukan persoalan mencari agama mana yang benar.Tetapi bagaimanapun setiap orang terikat dengan aturan agamanya sendiri. Dalam Al Qur’an, kita tidak di perkenankan menikah dengan non muslim, kecuali apa yang terjadi di masa lalu. Sebelum perkara ini diatur dalam kitab suci.” (40-41) “Anehnya, reaksi Ummi wajah saja.paras cantik di usianya yang senja sama sekali tak beriak. Apakah menurutmu kondisinya saat ini merupakan dosa di mata Allah?Aku menggeleng. Tidakkah upayanya bertanggung jawab merupakan akhlak terpuji? Berapa banyak laki-laki mau melakukan itu di usia ketika kebanyakan pemuda masih bersenang- senang tanpa ikatan? Ya. Perlu keberanian untuk mengambil tanggung jawab seberat itu. Dan aku ternyata begitu sempurna di matanya,hingga dia kehilangan keberanian untuk membuka tabir masa lalu lebih dini dalam hubungan kami.” (222) “Jika Allah tak malu dengan apa yang dilakukannya, lalu kenapa kamu?” aku terhenyak. Jadi Ummi tidak apa-apa? Ummi mengangguk. Ummi tidak malu kalau putri satu-satunya Ummi menikah dengan …” (222-223) Dari kutipan di atas terlihat bahwa Zarika dan Laras
semakin bimbang tentang laki-laki yang akan diperkenalkan
dengan orang tuanya. Mereka merasa takut jika orang tuanya tidak
merestui hubungannya.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
tahap peningkatan konflik mulai terlihat. Orangtua Zarika
melarang hubungannya denga Wisnu karena mereka berbeda
keyakinan. Sedangkan tokoh Laras, Umminya tidak
54
mempermasalahkan masa lalu Ryan yang pernah menikah, dan
sekarang menjadi seorang duda, Umminya tidak malu.
4) Tahap Klimaks (Climaks)
Pada tahap klimaks berisi konflik atau pertentangan yang
terjadi pada tokoh cerita mencapai titik puncak. Tahap klimaks
dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
adalah pada saat orang tua Zarika melarang Zarika meningalkan
islam, itu artinya melarang Zarika menikah jika harus meningalkan
islam dan Laras yang direstui hubungannya dengan Ryan. Hal itu
terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Ketika semua terasa overload …tak lagi bisa ditanggung, Zarika pergi mencari Ummi, bersimpuh memohon maaf perempuan itu juga nasehatnya. Cinta memang anugrah tapi kita diberi akal sehat untuk memaknai setiap anugrah dengan sebaik-baiknya.” (40) “Tetapi secara pribadi,Abah dan Ummi mohon Rika tidak pernah meninggalkan islam, agar bisa menjadi tiket ke surge buat Abah dan Ummi. Tangis Zarika pecah. Setiap anak bisa menjadi tiket ke surga atau neraka bagi orangtuanya. Mana yang akan dia pilih?” (41) “Jadi Ummi tidak apa-apa ? Ummi mengangguk. Ummi tidak malu kalau putri satu-satunya Ummi menikah dengan… Kuliah panjang Ummi segera terdengar. Betapa mulia seseorang yang memutuskan menikah dan bukan pacaran di usia muda. Tidakkah itu keputusan berani yang harus kamu kagumi, Laras? laki-laki yang memilih menikah dari pada melakukan zina.” (222-223)
55
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Zarika bertentangan
memilih berbakti kepada orang tua agar menjadi tiket ke surga atau
memilih Wisnu yang berbeda agama dengan Zarika. Laras yang
merasa Umminya tidak akan merestuinya jika ia jujur tentang
status Ryan.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
tahap klimaks mulai muncul. Zarika, bersimpuh memohon maaf
dan dia ingin berbakti kepada orangtuanya, dia tidak akan
meninggalkan islam ataupun berpindah agama. Sedangkan tokoh
Laras, Umminya tidak mempermasalahkan masa lalu Ryan yang
pernah menikah, Umminya tidak malu jika anaknya menikah
dengan duda, yang terpenting akhlak yang baik dan tanggung
jawab Ryan kepada putrinya.
5) Tahap Penyelesaian (Denouement)
Tahap penyelesaian ini berisi penyelesaian konflik yang
sedang terjadi. Tahap penyelesaian dalam novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia adalah pada saat Zarika memilih
meninggalkan Wisnu dan Laras akhirnya memutuskan menikah
dengan Ryan. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Sepekan melakukan tahajud dan menenggelamkan diri dalam lautan huruf-huruf hijaiyah, Zarika akhirnya tahu keputusan apa yang harus disampaikan kepada Wisnu.” (41) “Dan Zarika memilih cinta. Bukan cinta yang di tawarkan Mas Wisnu,tetapi cinta lebih besar yang dimiliki pemilik langit dan bumi.cinta pemilik
56
segala kehidupan. Cinta yang sama yang akan membawanya kepada ridha orang tua.” (42) “Jadi Ummi ridha,sekalipun dari pernikahan itu.. Wajah tulus Ummi sedikitpun tak menyiratkan keraguan”. (223)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Zarika telah
memutuskan keputusannya, dia memilih ridha orangtuanya agar
menjadi tiket ke surga dengan tetap memilih agamanya. Laras yang
mempertanyakan tetang jodohnya, dan akhirnya Umminya tidak
mempermasalahkan kalau putrinya menikah dengan duda.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
tahap penyelesaian mulai muncul saat Zarika, memilih agamanya
dan meninggalkan Wisnu, demi agama dan demi orangtuanya.
Sedangkan tokoh Laras, Umminya tidak mempermasalahkan Ryan
yang akan menikahi putrinya, karena Umminya tahu Ryan orang
baik.
b. Tokoh dan Penokohan
Istilah penokohan mempunyai pengertian lebih luas dari pada
tokoh atau perwatakan, sebab penokohan mencakup berbagai unsur
antara lain siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana
pelukisan dalam sebuah cerita sehingga pembaca paham dan
mempunyai gambaran yang jelas. Berikut digambarkan tokoh-tokoh di
dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
57
1) Zarika
Tokoh Zarika dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
digambarkan sosok perempuan cerdas, cantik. Hal itu terlihat
dalam kutipan berikut.
“Zarika terdiam. Shock. Otak cerdasnya dengan cepat membalik logika yang disampaikan Herman.” (36) “Abah menggeleng. Anak mereka yang bernama Zarika terbilang paling cantik, cerdas, IP-nya selalu tertinggi selama kuliah. Zarika juga punya karir bagus.” (94)
Dari kutipan di atas, disimpulkan bahwa tokoh Zarika
cerdas, karena selama ia kuliah selalu mendapatkan IP tinggi, dan
mempunyai pekerjaan yang bagus. dan Zarika juga cantik.
Abahnya selalu mengagumi kepandaian yang dimiliki putrinya itu.
2) Laras
Tokoh Laras di dalam novel Antar Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sesosok perempuan cerdas,
berbakti kepada Umminya, tidak peduli dengan hal yang tidak
penting. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Barangkali hidup kami berdua lambat laun semakin terasa sepi bagi perempuan yang melahirkanku. Terlebih setelah kesibukan di kantor yang bergerak di bidang advertising semakin menyita waktu, dan seolah merebut anak satu-satunya dari pandanganya. Presentasi , meeting dengan client, mencari konsep paling tepat termasuk menemukan jargon yang mudah diingat, hingga kalah dengan biro tetangga.” (202)
58
“Jadi Ummi ridha, sekalipun dari pernikahan itu… Wajah tulus Ummi sedikitpun tak menyiratkan keraguan.” (223) “Berat hidup dalam kenangan perempuan lain. Istri pertama Ryan yang sudah meninggal. Duda dengan tiga anak, bayangkan! Bibirku mengulas senyum. Seperti kukatakan di awal. Aku bukan jenis manusia yang gampang di sibukkan dengan isi pikiran orang lain. Baik tetanggaku, orang-orang yang ada disekitarku, atau siapa saja yamg sama sekali tak bersentuhan denganku. Terlepas beredar di lingkungan rumah, antara tetangga,kampus, atau tempatku bekerja. Selama hati Ummi,sedikit dari yang kupedulikan dalam hidup ini, sepenuhnya ridha.” (223-224)
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Laras
adalah perempuan yang berbakti dengan Umminya. Laras tidak
peduli dengan hal yang tidak penting, termasuk pembicaraan orang
lain yang mengunjingnya. Yang ia dengar hanyalah Umminya,
termasuk masalah jodoh. Laras menuruti Umminya walau harus
menikah dengan seorang duda sekalipun. Asalkan Umminya
merestuinya, Laras selalu menjalaninya. Pilihan orang tua adalah
ridha Allah, itulah prinsipnya.
3) Ziah
Tokoh Ziah di dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sesosok perempuan yang cerdas.
Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Ziah mengangguk tersenyum tipis. Tidak lama kembali meneruskan aktivitas di depan komputer. Sebagai asisten Ummi, Diah merasa berita-berita terkait Ummi dengan blog walking atau memasukkan kata kunci Ummi Aminah di berbagai social media. Seperti Facebook atau Twitter.” (71-72)
59
“Kata Ziah,seterusnya Zubaidah yang akan mendampingi Ummi ceramah. Ziah sendiri akan melanjutkan kuliah S2 dari beasiswa yang diterimanya.” (195)
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Ziah
cerdas, dilihat dari Ziah yang menjadi asisten Umminya dan dia
juga sudah S1 dan ia akan melanjutkan kuliah S2. Ziah
melanjutkan kuliah S2 dengan beasiswa yang diterimanya, karena
ia cerdas.
4) Ummi Aminah
Tokoh Ummi Aminah di dalam novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia digambarkan seorang ibu separuh
baya yang tegar dan bijaksana dalam menghadapi semua persoalan.
Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Ummi berusaha keras agar terliha tegar. Tapi kalimat –kalimat yang meluncur seolah berbalut luka,kesedihan, dan rasa tak percaya pada apa yang terbentang di depannya” (121) “Jemari Ummi mengelus lembut kerudung anak gadisnya. Berangsur kemarahan mereda. Zarika, jika kamu sudah menyakiti istrinya,mungkin dia tahu atau bisa membaca situasi. Datangi, mohon ikhlas dan maafnya. Untuk Ummi, mau Rika melakukan itu?.” (125) Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh
Ummi Aminah memiliki sikap tegar dan bijaksana dalam
menghadapi segala persoalan yang sedang ia hadapi dan bersikap
baik sebagai ibu yang menjadi panutan putra - putrinya.
60
5) Aisyah
Tokoh Aisyah dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sesosok perempuan yang peduli.
Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Aisyah, Ummi minta tolong kamu bantu Abah, ya? Temui Umar. Dia tak pernah bisa menolak permintaan dari perempuan paruh baya dengan raut wajah selalu menyiratkan ketulusan.” (21) “Aisyah berjuang keras agar nada suanya tetap sopan. Di sisinya, Hasan sudah siap angkat kaki.” (25)
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh
Aisyah memiliki sifat yang peduli dan sopan. Ia peduli terhadap
Umminya ketika Umminya menginginkan bantuanya supaya
menemui Umar kakaknya untuk meminta bantuannya tentang
masalah uang yang sedang Ummi hadapi. Aisyah juga bersikap
sopan terhadap sikap kakak iparnya, walau kakak ipar sering sekali
menyakiti keluargannya, sebagai adik ia harus tetap hormat dan
bersikap sopan.
6) Risma
Tokoh Risma dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sosok perempuan yang ketus dan
kikir. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Langsung aja bilang berapa,nggak usah basa-basi! Kalimat Risma lagi.” (25)
61
“Dua ratus juta, Bang ! Semudah itu Abang memberikan ke Abah?Dua ratus juta itu banyak bagi keluarga kita!Risma kembali berteriak.” (27)
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Risma
memiliki sifat ketus dan kikir terhadap keluarga suaminya karena
suaminya sering membantu kesusahan yang sedang dihadapi
keluarganya baik Abah maupun adik-adiknya, Umar anak yang
berbakti maka dari itu ia selalu membantu orangtuanya.
7) Umar
Tokoh Umar dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sosok laki-laki yang baik dan
bijaksana. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Dengar Risma, kalau bukan karena Abah, Abang mungkin tidak bisa melanjutkan sekolah dan menjadi seperti sekarang. Abang memang bukan anak kandung Abah. Tapi bahkan jika tiap sen harta yang Abang punya diberikan ke Abah atau Ummi, Abang belum bisa membalas kebaikan mereka. Pahamitu?.” (27) “Asal kamu tahu Risma, Abang tak akan sanggup menelan nasi sesuap pun kalau tahu Abah, Ummi, atau adik-adik Abang kesusahan di rumah mereka. Dengar itu!.” (27-28)
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Umar,
baik dan bijaksana. Umar memberi pengertian kepada istrinya agar
istrinya tahu bahwa Abah dan Ummi sangat ia dihormati. Ia juga
bijaksana menghadapi istrinya yang keras. Umar tidak membeda-
bedakan, istri dan orangtuanya. Umar hanya ingin membantu jika
62
orang tuanya kesulitan, karena ia sudah merasa lebih dengan uang
yang ia dapatkan sekarang.
8) Herman
Tokoh Herman dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sesosok laki-laki yang egois. Hal
itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Aku nggak bisa Rika. Kamu belum coba…rayu Zariaka disertai senyum manis. Herman menggeleng. Tarikan napasnya penuh keyakinan. Aku kira cinta itu menerima seseorang apa adanya. Dari dulu aku begini, kenapa hanya gara-gara urusan remeh hubungan kita harus dipertaruhkan.” (36) “Waktu dan waktu setelahnya, Zarika merasakan jarak diantara dia dan Herman makin terbentang, hingga akhirnya tak mungkin dipersatukan lagi. Zarika menyibukkan hatinya yang patah kalah oleh rokok dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaan.” (37)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Herman adalah
orang yang sangat egois. Dia tidak mau menghentikan kebiasaan
merokoknya demi Zarika. Dia lebih memilih untuk tidak
meninggalkan rokok dari pada hubunganya dengan Zarika.
9) Wisnu
Tokoh Wisnu dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sesosok laki-laki yang baik. Hal
itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Posisi yang disyukuri, tetapi juga mendatangkan ujian lain. Bertemu Mas Wisnu, profil sempurna untuk dia yang mendambakan lelaki cerdas dan tidak merokok.” (37)
63
“Aku nggak memaksa kamu masuk agamaku. Aku tahu Aku percaya, cinta bisa mengalahkan segala hambatan. Dan agama apapun mengajak manusia untuk menebar cinta, bukan permusuhan. Selintas kalimat-kalimat itu terasa benar. Cinta seharusnya cukup. Tak ada yang perlu berubah,Rika. Kalimat-kalimat Mas Wisnu menetap di kepala Zarika selama berhari-hari.” (39)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Wisnu baik dan
cerdas. Ia menyerahkan semua keputusan pada Zarika tidak
memaksanya untuk masuk agamanya jika ingin mereka menikah.
10) Zainal
Tokoh Zainal dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sosok laki-laki yang memiliki sifat
penyayang. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Sebagai suami, dia ingin menjadi sosok yang memberi ketenangan dan dapat diandalkan istri. Mampu memberikan yang terbaik bagi keluarga yang telah Allah amanahnya.” (49) “Mata Rini berbinar lebih terang dari biasa. Itu hadiah untuk istri Abang yang cantik. Beneran,untuk Rini? Zainal mengangguk. Lagian udah lama Abang nggak beliin sepatu baru, kan? .” (53)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Zainal sangat
menyayangi istrinya dan baik. Zainal sangat senang dapat memberi
hadiah sepatu untuk istrinya yang sudah lama Zainal tidak
membelikan hadiah istimewa untuk Rini. Zainal juga baik memberi
64
ketenangan dan memberi yang terbaik untuk keluarga yang Allah
amanahkan padanya.
11) Zubaidah
Tokoh Zubaidah dalam novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia digambarkan sesosok perempuan iri dan
tidak cerdas.Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Sejak kecil, Zubaidah bisa melihat dialah itik buruk rupa dalam keluarga satu–satunya di antara anak Ummi yang tidak cepat menangkap pelajaran, malah pernah tinggal kelas. Memecahkan rekor yang sebelumnya tak pernah dicatat saudara-saudaranya. Ketika tahun-tahun berlalu dan perbedaan yang ada semakin jelas, diam-diam perasaan sedih bercampur iri singgah di hati.” (11-12)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Zubaidah iri
dengan saudara-saudaranya karena dia tidak cantik dan juga tidak
cerdas. Zubaidah sangat berbeda dengan saudaranya. Hal itu yang
menyebabkan Zubaidah tidak percaya diri.
12) Zidan
Tokoh Zidan dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sosok laki-laki yang seperti
perempuan. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Zidan juga pengen jadi cowok macho, perkasa… Kayak Zainal atau Bang Umar. Tapi kan Ummi tahu sendiri. Sampai kapan pun Zidan kagak bakalan bisa membuat Abah bangga. Keluh pemuda yang senang mengenakan kaus-kaus warna menyala itu, bernada frustasi melaporkan sikap dingin Abah ke Ummi..” (59)
65
“Zidan senang gaya Ummi menasehat tanpa menghakimi. Sumpah, berat sekali melawan kecenderungan diri. Selama ini Zidan bisa menampik godaan rokok, minuman keras bahkan narkoba. Tetapi tak sanggup menjadi sosok yang bukan dirinya.” (61)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Zidan putus asa
dan baik. Abah Zidan tidak menerima keadaannya yang
berpenampilan seperti perempuan. Zidan laki-laki baik, dia bisa
menjaga diri dari godaan rokok, minuman keras dan narkoba.
13) Abah
Tokoh Abah dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan sosok laki-laki yang memiliki
sifat penyayang dan sabar. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
“Di hadapan Abah, Ummi masih tersedu sedan. Abah mengeser duduknya,hingga cukup dekat dan bisa memeluk istrinya. Pertama,prasangka baik dulu,kan. Ummi sendiri yang bilang. Harus mencari sampai empat puluh prasangka baik, sebelum berprasangka buruk sama orang ya, kan? Iya, dulu Abah yang ajarin ummi haditsnya. Abah tersenyum .” (93) “Abah menghapus air mata yang mengembun di kelopak Ummi. Jangan marah, tanyakan baik-baik. Siapa tahu berita itu hanya fitnah. Fitnah atau sesuatu yang belum tentu benar tidak boleh meredupkan kebahagiaan istri Abah.” (95)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh abah sangat
menyayangi istrinya dan sabar dalam menyikapi Sesuatu hal
dengan hati dan pikiran yang dingin. Sebagai suami yang baik ia
66
selalu mengigatkan istrinya dan menenangkan hati istrinya yang
sedang menangis.
c. Tema Minor
Tema minor adalah tema-tema tambahan atau tema sampingan
dari tema mayor. Tema minor sering di sebut sebagai permasalahan
dalam sebuah cerita. Dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi ada
beberapa tema minor atau yang mengacu dalam tema mayor, antara
lain adalah sebagai berikut.
1) Masalah keluarga
Masalah keluarga dalam novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia digambarkan oleh tokoh tambahan Risma
dan Umar, pasangan suami istri. Istri Umar iri terhadap keluarga
Umar,karena suaminya sering membantu kesulitan ekonomi
keluarganya. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.
“Kalau urusan keluarga Abang,selalu didahulukan.dua ratus juta itu besar,Bang.lagian... Lagian kan,Abah... Lagian Abah kenapa? Lagian kenapa? Abang,kan, Cuma anak tiri Abah.bukan anak kandung! Dengar Risma,kalau bukan karena Abah,Abang mungkin tidak bisa melanjutkan sekolah dan menjadiseperti sekarang. Abang memang bukan anak kandung Abah.tapi bahkan jika tiap sen harta yang Abang punya diberikan ke Abang atau Ummi,Abang belum bisa membalas kebaikan mereka.paham itu? Abang nggak adil!teriak Risma semakin keras,kalau untuk keluarga Risma,Abang selalu berhitung. Dua ratus juta,Bang!semudah itu Abang memberikan ke Abah?dua ratus juta itu banyak bagi keluarga kita!Risma kembali berteriak.
67
Asal kamu tahu Risma,Abang tak akan sanggupmenelan nasi sesuap pun kalau tahu Abah, Ummi, atau adik-adik Abang kesusahan di rumah mereka.Dengar itu!” (26-28) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Risma sangat iri terhadap
keluarga suaminya. Ia tidak rela jika suaminya selalu membantu Abi
dan Umminya jika ekonomi keluarganya kekurangan.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah
keluarga Umar dan Risma terjadi karena Risma tidak ingin uang
hasil kerja suaminya terbagi untuk adik dan orang tua Umar, karena
ia merasa sudah banyak uang yang keluar untuk keluarga suaminya.
Risma merasa tidak perlu membantu terus menerus, tetapi sebagai
seorang anak yang berbakti kepada orangtua, Umar selalu membantu
jika keluarganya memerlukan bantuan uang darinya. Umar merasa
sudah lebih dari cukup uang untuk Risma dan anaknya, maka dari itu
Ia tidak keberatan jika orangtua dan adiknya minta bantuan uang
darinya.
2) Masalah percintaan
Percintaan bagi setiap orang memiliki kisah tersendiri,
masalah percintaan novel Antara Cinta dan Ridha Ummi terjadi
pada tokoh Zarika yang mencintai Wisnu yang bekerja di kantor
Zarika bekerja, tetapi Zarika dan Wisnu berbeda agama itu yang
membuat keluarga Zarika tidak merestui hubungan mereka. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
68
“Kalau Zarika percaya dengan Ummi dan Abah,”kali ini Abah buka suara,jangan menikah kecuali Wisnu bersedia masuk Islam. Abah kira keluarganya jika taat akan berpikiran yang sama juga.jangan menikah jika harus berpindah agama.tetapi secara pribadi,Abah dan Ummi mohon Rika tidak pernah meninggalkan Islam,agar bisa menjadi tiket ke surga buat Abah dan Ummi.” (41)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa orang tua Zarika sangat
taat pada agamanya dan melarang dengan bijaksana hubungan
percintaan putrinya dengan Wisnu.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa orangtua
Zarika melarang hubungannya dengan Wisnu karena mereka
berdua berbeda keyakinan, jika keduanya tetap berhubungan. Salah
satu dari mereka harus menaruhkan agamanya. Ketaatan orangtua
Zarika yang melarang jika harus berpindah agama. Orangtua Zarika
melarang hubungan anaknya, jika anaknya harus berpindah agama
Begitupun dengan hubungan Zarika selanjutnya dengan Ivan
seorang pegawai di kantor Zarika bekerja, Zarika di larang dekat
karena Ivan adalah seorang laki-laki beristri. Zarika sadar sudah
mendekati seseorang yang sudah mempunyai istri. Hal itu dapat
dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Ummi nggak ridha, Zarika tidak akan pernah ridha! Hancur hati Ummi. “Zarika menubruk ummi lalu memeluknya erat beberapa waktu, ibu dan anak itu melebur air mata. Maafkan Rika, Mi ridha Ummi, ridhanya Allah..... Zarika takut. Jemari Ummi mengelus lembut kerudung anak gadisnya berangsur kemarahan mereda.
69
Zarika, jika kamu sudah menyakiti istrinya, mungkin dia tahu atau bisa membaca situasi. Datangi, mohon iklas dan maafnya untuk Ummi, mau Rika melakukan itu? Zarika mengangguk kebaikan apapun akan dia lakukan untuk Ummi demi menebus kesalahan yang telah melukai perempuan terkasih itu.” (125-126)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Ummi Zarika sangat
kecewa dan marah karena Zarika berhubungan dengan orang yang
sudah beristri. Ummi Zarika sangat menyayangi Zarika, maka dari
itu sebelum Zarika berbuat hal yang tidak diinginkan . sebagai
seorang Ibu, Ummi Zarika harus mengingatkan putrinya untuk selalu
ke jalan yang benar. Sebagai anak yang berbakti kepada orangtua,
Zarika meminta maaf atas kesalahannya.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tema
minor yang terdapat dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
antara lain keluarga, percintaan. Tema minor menggambarkan
terjadinya peristiwa yang dialami tokoh utama dan tokoh tambahan.
d. Latar
1) Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Kejadian-kejadian dalam
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia ini terdapat
di banyak tempat, sehingga latar tempat dalam novel ini tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Secara garis besar di dalam novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia, latar berkisar
70
pada empat tempat, yaitu di cafe, kantor, salon, masjid besar di
wilayah Jawa Barat. Hal itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
“Zubaidah terkesiap kaget,juga malu membayangkan Ziah, Mak Inah, dan pastinya juga Ummi yang baru pulang dari ceramah ikut mengeryitkan alis melihat apa yang dilakukannya di cafe sederhana di pinggir jalan.” (17)
“Semuanya baru jelas ketika aku menemaninya rapat di sebuah cafe sejak pukul lima sore dialog berlangsung alottugas meyakinkan klien belum juga menemukan titik usai ketika waktu Magrib tiba.” (209)
Dari kutipan pertama terlihat latar tempat di sebuah cafe.
Saat Zubaidah di jemput kakak, Ummi dan adiknya. Mereka
melihat Zubaidah di cafe pingir jalan, maka dari itu mereka
menghampiri Zubaidah untuk mengajaknya pulang ke rumah
bersama mereka naik mobil, yang dikendarai kakak Zubaidah.
Kutipan kedua saat Zarika rapat di cafe dengan klien. Zarika rapat
hampir satu jam tetapi rapat belum juga selesai, karena sulit untuk
meyakinkan kliennya Zarika, yang rapat dengannya di sebuah cafe.
Tidak hanya di cafe, berikut latar tempat di kantor, dapat dilihat
pada kutipan di bawah ini.
“Karir gadis berjilbab yang penampilannya modern itu melesat pesat. Bertambah,tidak instan,tapi tahu-tahu sudah duduk di kursi direksi.” (37) “Barangkali hidup kami berdua lambat laun semakin terasa sepi bagi perempuan yang melahirkanku.terlebih setelah kesibukan di kantor yang bergerak di bidang advertising semakin menyita waktu,dan seolah merebut anak satu-satunya dari pandangannya.” (202)
71
Dari kutipan tersebut terlihat latar tempat di kantor, dapat
dilihat dari kalimat kursi direksi adalah suatu jabatan yang ada
pada sebuah kantor, dan pada kutipan berikutnya, sudah dijelaskan
tempatnya di kantor yang bergerak di bidang periklanan atau
advertising. Latar tempat berikutnya adalah salonnya Zidan.
Berikut kutipan salon milik Zidan.
“Zidan hafal betul kebiasaan Zubaidah menyenangkan laki-laki yang sedang didekatinyakakaknya itu memang paling royal kalau urusan cowok. Mulai mentraktir, membawanya ke salon gratisan karena milik adik sendiri atau apapun agar cowok disukai membalas perasaannya.” (58) “Seperti mendapatkan ide baru Zubaidah berjalan cepat-cepat meninggalkan Zidan yang termangu di pelataran salon.” (65) Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Zubaidah dan Joko ke
salon milik Zidan, adik Zubaidah sendiri untuk merapikan rambut
Joko dan untuk menyenangkan laki-laki yang disukainya, agar
Joko senang dengan perhatian yang diberikan Zubaidah
kepadannya. Zubaidah memang senang menyenangkan hati orang
yang yang di sukai, apapun dia lakukan, untuk orang yang dia
sayangi. Setelah selesai merapikan rambut Joko, Zubaidah
langsung pergi meninggalkan salon milik adiknya. Latar tempat
berikutnya dapat dilihat di bawah ini.
“Kalau boleh, saya ambil lagi Bang. Besok sebelum Dzuhur, Ummi mau ngisi pengajian di masjid daerah Kalideres. Doain rame”. (140)
72
“Zainal menyebutkan nama sebuah Masjid cukup besar di wilayah Jakarta Barat, sambil memasukkan tiga kotak sepatu titipan Bang Iyan ke dalam kantung plastik hitam agar tidak bercampur dengan barang-barang dagangannya.” (141)
Dari kutipan tersebut terlihat latar tempat di sebuah Masjid
besar daerah Kalideres di wilayah Jakarta Barat. Tempat Zidan
akan berjualan sepatu. Sambil menunggu Ummi yang sedang
mengisi pengajian , Zidan tidak terdiam saja, dia berjualan sepatu
untuk menambah uang agar keluarga kecilnya terpenuhi. Apalagi
dia akan mempunyai anak kedua yang sedang di kandung istrinya,
jadi dia kerja sampingan dengan berjualan sepatu.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa latar
tempat dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi antara lain:
cafe, kantor, salon, dan masjid. Latar tempat berhubungan dengan
dimana terjadi peristiwa.
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”
terjadinya peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita. Latar waktu yang
terdapat dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia adalah pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari.
Berikut ini uraian latar waktu dalam novel tersebut.
a) Pagi hari
Peristiwa dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia terjadi pada pagi hari. Hal itu dapat dilihat
dari kutipan di bawah ini.
73
“Pagi-pagi, Zubaidah sudah mampir ke salonnya, berboncengan motor dengan cowok hitam manis yang dipanggil Mas Joko.” (57) “Dini hari pukul tiga lewat tiga puluh menit. Tetes bening dari mata akhirnya jatuh.membasahi ujung sajadah tempat dia bersujudtujuh wajah berkelebat, lalu berputar mengisi ruang imajinasinya,makin lama makin cepat setiap wajah membuat dadanya memompa air mata hingga mengalir lebih deras.” (104)
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa peristiwa cerita terjadi pada pagi hari yang digambarkan
oleh tokoh Zubaidah dan Mas Joko datang ke salon pagi-pagi
dan tokoh Ummi Aminah yang salat tahajut pukul tiga lewat
tiga puluh pagi hari. Peristiwa tersebut terjadi pagi hari saat
Ummi Aminah salat di rumah.
b) Siang hari
Peristiwa dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia terjadi pada siang hari. Hal itu dapat dilihat
dari kutipan di bawah ini.
“Peristiwa di hadapannya sulit dipercaya.masih mungkinkah berharap ini cuma mimpi? Tetapi semua nyatasejelas cahaya matahari yang hampir tegak lurus di atas kepala.” (5) “Cerocos Mak Inah sambil menyapu halaman, saat siangnya gadis itu curhat ke perempuan tua yang tak pernah lepas dari kain batik.” (135)
74
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa adanya keterangan waktu seperti cahaya matahari yang
hampir tegak lurus di atas kepala. Keterangan waktu tersebut
menunjukkan jam 12 siang yang sangat panas. Keterangan
waktu siang hari juga dapat dilihat saat siang Zubaidah curhat
dengan Mak Inah.
c) Sore hari
Peristiwa dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia terjadi pada sore hari. Hal itu dapat dilihat
dari kutipan di bawah ini.
“Zubaidah tersipu. Mengamati Mas Joko lebih cermat. Semoga lelaki yang wajah gantengnya telah menghipnotisnya sesoren ini, belum beristri, bisik Zubaidah dalam hati.” (15) “Seperti sore ini. Dua ratus juta itu nggak sedikit, lho, Aisyah. Kalimat kedua dari mulut Risma setelah sambutan. Khas : pasti ada keperluan, nih, makanya kemari.” (23) “Percakapan sore itu mengakhiri perang yang sebelumnya dikobarkan Zarika. Dia dan Ivan semakin dekat. Tidak ada kata cinta yang diumbar atau jadian! Gadis berwajah bulat telur itupun tak peduli jika hubungan mereka tak memiliki nama.” (115) “Semuanya baru jelas ketika aku menemaninya rapat di sebuah café sejak pukul lima sore.” (209)
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa adanya keterangan waktu seperti sore hari. Kutipan
75
pertama terjadi pada saat Zubaidah dengan cowoknya, yang
bernama Joko sedang berduaan di sebuah cafe. Kutipan kedua
terlihat saat Aisyah datang ke rumah Risma. Selanjutnya pada
kutipan ketiga terlihat Zarika dan Ivan semakin dekat. Kutipan
terakhir Zarika rapat di cafe pada sore hari.
d) Malam hari
Peristiwa dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia terjadi pada malam hari. Hal itu dapat
dilihat dari kutipan di bawah ini.
“Suara salamnya kali ini tak mendapat sambutan tangan terkembang dari Ummi.perempuan setengah baya yang malam itu mengenakan daster batik dan jilbab sederhana, terus menatap tajam dengan sebersit kemarahan yang tersisa di wajah. Di sampingnya, Abah mengangguk kecil ke arah Zarika.” (120) “Semuanya baru jelas ketika aku menemaninya rapat di sebuah cafe sejak pukul lima sore. Dialog berlangsung alottugas meyakinkan klien belum juga menemukan titk usai ketika waktu magrib tiba. Aku terus melihat bergulirnya waktu lewat layar ponselberharap meeting kami segera selesai. Jika tidak, aku terpaksa berpamitan ke mushola, sebelum waktu sholat berakhir.” (209)
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat dilihat
bahwa adanya keterangan waktu seperti malam hari salah
satunya terjadi pada Zarika yang datang ke rumah Umminya
pada malam hari, untuk meminta maaf pada Umminya karena
Zarika sudah melakukan kesalahan yang membuat Umminya
76
marah, dan latar waktu malam hari dapat dilihat saat Zarika
rapat hingga magrib tiba, belum juga selesai.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa.
Latar waktu dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi antara
lain: pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari.
3) Latar Suasana
Latar suasana adalah apa saja yang terjadi ketika tokoh
melakukan sesuatu. Suasana yang tergambar dalam novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia sebagai berikut.
a) Sedih
Sedih merupakan salah satu emosi akibat berhadapan
dengan situasi yang mengecewakan dan muncul akibat
penderitaan karena luka, derita, dan sakit. Beberapa kutipan
suasana sedih yang terdapat dalam novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia sebagai berikut.
“Sejak kecil, Zubaidah bias melihat dialah itik buruk rupa dalam keluarga.satu –satunya di antara anak Ummi yang tidak cepat menangkap pelajaran, malah pernah tinggal kelas. Memecahkan rekor yang sebelumnya tak pernah dicatat saudara-saudaranya. Ketika tahun-tahun berlalu dan perbedaan yang ada semakin jelas,diam-diam perasaan sedih bercampur iri singgah di hati”. (11-12) “Allah,betapa ingin Zarika menangis. Menumpahkan semua keluh kesah seperti yang dulu biasa dilakukan sambil bersandar di bahu Ummi. Rindu dengan kalimat-
77
kalimat mujarab Ummi yang mengganti setiap keresahan dengan kedamaia.” (32) “Tangis Zarika pecah.setiap anak bias menjadi tiket ke surga atau neraka bagi orang tuanya. Mana yang akan dia pilih?Semakin deras titik air jatuh di wajahnya yang putih bersih saat Ummi menyitir ayat Al-Qura’an sambil memeluknya erat.” (41) “Zainal mengangguk. Dalam hati menahan perih melihat pengertian istrinya. Enam tahun pernikahan,satu putra, dan satu lagi menjelang lahir. Hidupnya belum beranjak. Masih di sini- sini juga. Untunglah dia tak salah memilih istri. Mungkin ridha Ummi dan Abah juga saat lelaki itu menyododorkan nama untuk untuk mereka pinang.” (51) “Air mata tumpah membasahi daster panjang yang dikenakan Ummi. Setiap kita punya ujian masih-masing menuju ridha-Nya. Ummi dan Abah berdoa kamu tidak pernah berhenti berjuang menjalani takdirmu. Dan takdir itu adalah menjadi laki-laki,bukan yang lain.Ummi paham itu sulit. Setiap perjuangan untuk tetap berada di jalan surga memang tidak ada yang mudah. Kan Zidan tahu surga memang dikelilingi hal-hal yang tidak mengenakan. Kebalikannya neraka..” (60-61) “Abah memandangi istrinya yang melangkah keluar kamar. Sekarang ketika Ummi sedih bagaimana dia bisa menambahkan persoalan lain?” (97) “Apa yang dilakukan putrinya membuka kembali lembaran lama. Sakit hati perempuan yang tersisih. Yang tak lagi mendapatkan tatapan cinta dari suami. Luka sumber kelemahan hati yang berusaha disembuhkan dengan dzikir dan rangkaian ibadah. Sambil dalam hati berdoa, agar tak satupun dari keturunannya menorehkan derita yang sama kepada perempuan lain. Sebab persoalan ini akan membuka
78
lorong kesedihan yang berpuluh tahun berusaha ditutup rapat-rapat.” (104) “Ummi dan air mata yang diam –diam tumpah di pipi setiap malam,ketika Bapak tak pernah pulang. Tetesan bening yang berusaha keras disembunyikan Ummi dari penglihatan anak-anak. Tetapi Aisyah menjadi saksi akan bentangan panjang sujud-sujud ibunya yang menyembunyikan sedu sedan dengan menempelkan wajah pada sajadah, agar Umar dan Aisyah tak terbangun. Tetapi suara isak yang tertahan dan bahu Ummi yang bergerak-gerak dalam guncangan kecil,menyampaikan getar luka begitu dalam.” (110) “Pertahanan gadis berkerudung itu kandas. Zarika menyerah. Tersedu-sedu di meja. Menangis cinta yang harus berakhir sebelum dimulai.” (115) Berdasarkan kutipan–kutipan di atas, dapat disimpulkan
suasana sedih yang dirasakan Zubaidah, Ummi, Zainal, dan
Zarika karena permasalahan yang sedang dihadapi mereka. Semua
masalah yang dihadapi tokoh-tokoh di atas terlihat saat tokoh itu
menangis, mengeluh. Tokoh Zubaidah sedih karena dia tidak
seperti saudara-saudaranya yang cantik dan pandai. Dia merasa
tidak percaya diri dengan keadaannya. Tokoh Ummi merasa sedih
karena putrinya hampir saja merebut suami orang, hal itu
mengingatkannya pada luka yang pernah Ummi rasakan dulu.
b) Bahagia
Bahagia adalah perasaan senang yang dirasakan dan
dimiliki seseorang. Beberapa kutipan suasana bahagia yang
79
terdapat dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia sebagai berikut.
“Zubaidah sendiri tak memedulikan profesi,tetapi tak bisa menyembunyikan kegembiraan jika bisa bersanding dengan lelaki tampan yang membanggakan.” (15) “Dia bahagia menikah dengan seorang pekerja keras,sosok sederhana yang tak mendadak minta dihormati ketika di rumah. Lelaki yang senantiasa mengenakan kopiah itu selalu mendahulukan istri dan anaknya. Ketika Kak Zarika atau Bang Umar datang dan membawa sedikit oleh-oleh misalnya, dia akan memisahkan sepotong dua potong kue untuk keluarga kecilnya. Bahkan tanpa perlu Rini minta.” (52) “Sore tadi,anak gadisnya menelepon dengan suara dipenuhi keriangan. Setelah beberapa bulan sebagian cahaya di wajah cantiknya hilang akibat menanggung kesedihan berpisah dengan Ivan. Katanya,mohon doa Ummi, siapa tahu yang sekarang akan menjadi jodoh Zarika. Amin…Amin. Dia dan Abah akan berdoa sungguh-sungguh tentang ini.” (192-193) Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan
bahwa suasana bahagia yang dirasakan tokoh–tokoh dalam novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi di antaranya Zarika, Zubaidah,
dan Rini. Kebahagiaan yang dirasakan mereka antara lain bahagia
jika bersanding dengan orang yang disayang, itu harapan
Zubaidah dan Zarika selama ini. Kebahagiaan juga dirasakan oleh
Rini yang mendapatkan suami orang yang baik, dan bertanggung
jawab seperti Zainal.
80
c) Tegang
Beberapa kutipan Susana tegang yang terdapa dalam
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia sebagai
berikut.
“Tiba-tiba pandangan Ziah berhenti di satu kalimat,twit dari seseorang yang tidak dikenal. Tuti_ajah Tuti Tamborin. Anak gadis ustadzah Ummi Aminah merebut suami orang!.” (72-73) “Suara salamnya kali ini tak mendapat sambutan tangan terkembang dari Ummi. Perempuan setengah baya yang malam itu mengenakan daster batik dan jilbab sedehana, terus menatap tajam dengan sebersit kemarahan yang tersisa di wajah. Di sampingnya, Abah mengangguk kecil kea rah Zarika. Benar apa yang ramai dibicarakan orang, Zarika?Ummi tak menunda. Pikir Zarika. Langsung ke inti persoalan. Zarika bisa menjelaskan, Ummi. Tidak seburuk itu. Ummi berdiri dari kursinya. Suaranya terdengar menahan emosi saat mengulang pertanyaan, sementara anak gadisnya tergugu beberapa detik hanya bisa diam. Jawab saja pertanyaan Ummi. Benar atau tidak.kalau fitnah berarti tidak ada yang perlu dipersoalkan.kecuali jika ternyata…Ummi menarik napas panjang,yang digunjingkan mereka itu benar.” (120) “Suara langkah-lngkah tegap,bergegas. Penjelasan bernada panik dari putranya yang sholih terdengar tak beraturan ditingkahi tarikan-tarikan bernada memerintah.” (150) Dari kutipan-kutipan di atas, terlihat ketegangan Ziah
saat membaca twit dari seseorang yang tidak dia kenal.
Ketegangan juga dirasakan Zarika saat berkunjung untuk
meminta maaf kepada Ummi yang tidak mendapat sambutan
salam padahal ada Ummi di rumah. Dan ketegangan saat ada
81
orang bergegas dan menarik sambil bernada memerintah
Zainal.
d) Sepi
Suasana sepi yang terjadi di dalam novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia yaitu pada saat rumah
Abah sepi hanya Abah, Ummi, dan Mak Inah karena Ziah,
Zubaidah, Zainal dan keluarga kecilnya sedang pergi dengan
urusannya masing-masing. Hal itu dapat diketahui melalui
kutipan berikut ini.
“Suasana rumah Abah sepi. Ziah tadi hanya muncul sebentar bersama Zubaidah,katanya ada perlu ke ATM. Zainal sedang mengambil sepatu di Bogor sekalian mengajak istri dan anaknya jalan-jalan, kata Ummi. Jadi hanya mereka dan Mak Inah yang belum lama keluar dengan tiga cangkir teh manis dan sepiring singkong goreng.” (78) “Barangkali hidup kami berdua lambat laun semakin terasa sepi bagi perempuan yang melahirkanku. Terlebih setelah kesibukan di kantor yang bergerak di bidang advertising semakin menyita waktu, dan seolah merebut anak satu-satunya dari pandangannya.” (202) Dari kutipan di atas, terlihat suasana sepi di rumah
Ummi. Hanya Abah, Ummi, dan Mak Inah pembantu di rumah
Ummi Aminah. Karena anak-anak Ummi sedang pergi dengan
urusannya masing-masing. Suasana sepi juga dirasakan
Umminya Laras karena sering ditinggal Laras bekerja, di
rumah hanya mereka berdua.
82
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
latar suasana berhubungan dengan keadaan hati/ suasana hati
saat itu, yang dirasakan oleh tokoh. Latar suasana dalam novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi antara lain: sedih, bahagia,
tegang, dan sepi.
e. Sudut pandang
Dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
sudut pandang yang digunakan adalah pusat pengisahan persona
ketiga, pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang pesona
ketiga, gaya “dia”Berikut ini adalah kutipan novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia yang digambarkan sudut pandang
persona ketiga.
“Dia tak pernah bisa menolak permintan dari perempuan paruh baya dengan raut wajah yang selalu menyiratkan ketulusan. Sembilan bulan lebih perempuan itu mengandung . Mustahil menghitung jasa yang sudah ditanamkan ke diri Aisyah hingga usia hampir empat puluh ini.” (21) Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang
yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga mahatahu.
Pengarang bertindak sebagai narator yang mengetahui semua hal
tentang tokoh, peristiwa,dan tindakan, termasuk motivasi yang
melatarbelakaginya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan
mendeskripsikan tindakan Aisyah yang tidak bisa menolak permintaan
Umminya.
83
f. Bahasa
Bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat dalam
seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, sarana, yang diolah
untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih” daripada
sekedar bahannya itu sendiri. Bahasa merupakan sarana pengungkapan
sastra. Dipihak lain sastra lebih dari sekedar bahasa, deretan kata,
namun unsur kelebihannya itu pun hanya dapat diungkapkan dan
ditafsirkan melalui bahasa.
1. Bahasa kiasan
Bahasa kiasan dibentuk dengan mengiaskan dan
menyamarkan sesuatu hal dengan yang lain. Berfungsi untuk
menarik perhatian, dan menimbulkan kejelasan gambaran. Berikut
ini kutipan bahasa kiasan dalam novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi.
“Pagi tadi, semua cerah.Sama sekali tak ada pertanda awan gelap akan tiba-tiba membungkus hamparan biru yang menghiasi langit.” (7) “Ketika jawaban itu akhirnya berada dalam gengaman, kesiapan yang kubangun ternyata pecah berkeping- keping.Aku berlari,terbang menjauh seperti merpati yang sayapnya terluka.” (220) Dari kutipan di atas, frasa membungkus hamparan biru
berarti mendung. Selanjutnya kutipan kedua pada frasa pecah
berkeping-keping berarti gagal.
84
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa kiasan
yang digunakan antara lain: membungkus hamparan biru, pecah
berkeping-keping.
2. Bahasa Asing
Bahasa asing adalah bahasa milik bangsa lain yang dikuasai
biasanya melalui pendidikan formal dan yang secara sosiokultural
tidak di anggap sebagai bahasa sendiri. Berikut ini kutipan bahasa
asing dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi.
“Zubaidah terkesiap kaget,juga malu membayangkan Ziah, Mak Inah, dan pastinya juga Ummi yang baru pulang dari ceramah ikut mengeryitkan alis melihat apa yang dilakukannya di cafe sederhana di pinggir jalan.” (17)
“Zarika terdiam. Shock. Otak cerdasnya dengan cepat membalik logika yang disampaikan Herman.” (36) Barangkali hidup kami berdua lambat laun semakin terasa sepi bagi perempuan yang melahirkanku. Terlebih setelah kesibukan di kantor yang bergerak di bidang advertising semakin menyita waktu, dan seolah merebut anak satu-satunya dari pandanganya. Presentasi , meeting dengan client, mencari konsep paling tepat termasuk menemukan jargon yang mudah diingat, hingga kalah dengan biro tetangga.” (202)
Dari kutipan di atas, cafe merupakan bahasa inggris yang
berarti tempat minum yang pengunjungnya di hibur dengan musik.
Shock dalam kutipan kedua berarti terkejut, Selanjutnya pada
kutipan ketiga advertising dalam bahasa Indonesia berari
85
periklanan, meeting yang berarti pertemuan dan client yang berarti
pelangan.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa asing
yang digunakan antara lain: cafe, shook, advertising, meeting, dan
client.
g. Amanat
Amanat merupakan pesan positif dari pengarang yang
disampaikan kepada penikmat sastra melalui karya sastranya agar di
akhir cerita pembaca dapat memetik hikmah dibalik peristiwa tersebut.
Amanat yang terdapat dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia dapat dilihat dari kutipan di berikut ini.
“Tapi jilbab itu identitas muslimah, sayang. Iya Idah. Menuruti orang tua nggak bakal rugi, kok!imbun salah satu kakaknya mendengar gerutan sang adik. Jilbab menjaga kita dari pandangan nakal lelaki tak bertanggung jawab!tutur abangnya , Zainal, yang ke mana-mana tak lepas kopiah.” (13) “Berangsur kubuka lagi catatan memori atas ridha Ummi: Tidak terlibat narkoba,tidak pernah dipenjara,muslim, dan menegakkan sholat. Alhamdulillah, semuanya terpenuhi. Hari-hariku kembali cerah. Aku jatuh cinta lagi.” (212-213)
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengarang
menyampaikan amanat yang sangat baik. Amanat dalam novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia antara lain: (1) memakai
jibab itu keharusan bagi muslimah, sebagai orang tua sangat baik
mengharuskan putrinya untuk memakai jibab, dan (2) ridha orang tua
86
adalah ridha Allah, maka dari itu memilih jodoh yang baik dan yang
diridhai orang tua akan membuahkan kebahagian kedepannya nanti.
2. Nilai Moral dalam Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia
Pembahasan data ini akan dibahas sesuai dengan uraian tabel yang
telah dikemukakan pada penyajian data nilai moral sastra dalam novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia yang meliputi aspek
nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, nilai moral hubungan
manusia dengan manusia lain, dan nilai moral hubungan manusia dengan
Tuhan-Nya.
a. Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri disebutkan cara-
caranya di dalam ayat-ayat takwa dan dicontohkan dengan keteladanan
Nabi Muhammad. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri dalam
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia dapat dilihat
dalam uraian berikut ini.
1) Menghargai Waktu
Menghargai waktu adalah ketika seseorang dapat
menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan hal-hal yang
bermanfaat. Dalam kutipan novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia tentang ajaran menghargai waktu dapat dilihat
dari kutipan berikut ini.
“Pulang! Udah mau maghrib masih di rumah laki-laki. Cepetan pulang!” (138)
87
“Aku terus melihat bergulirnya waktu lewat layar ponsel. Berharap meeting kami segera selesai.Jika tidak, aku terpaksa berpamitan ke mushola, sebelum waktu sholat berakhir”. (209) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Zainal menghargai
waktu maghrib, menyurub Zubaidah pulang karena sudah maghrib
dan tokoh Zarika yang sangat menghargai waktu salat, walaupun
sedang meeting. Zarika tetap menyepatkan diri untuk pergi ke
mushola salat magrib.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai moral
hubungan manusia dengan diri sendiri dapat dilakukan dengan cara
menghargai waktu. Zarika adalah perempuan yang baik maka dari
itu waktu magrib, ia harus menjalankan kewajibannya sebagai
seorang muslim, walaupun sedang meeting.
2) Jujur
Perbuatan benar atau jujur merupakan lawan dari dusta atau
bohong. Kejujuran pertama yang terdapat dalam novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia digambarkan oleh
Zubaidah menjawab pertanyaan Ziah dengan jujur. Kejujuran
kedua yang terdapat dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan oleh tokoh Zarika, Zarika
mengatakan dengan jujur bahwa ia tidak merebut Ivan dari istrinya.
Hal tersebut terlihat dari kutipan berikut ini.
“Berawal dari keributan pagi ini. Zubaidah yang emosi tidak terima tuduhan yang dialamatkan Ziah.Adiknya yang
88
cerdas dan bermata lentik itu mencecarnya setelah berhari-hari memendam kerisauan sendiri. Enak aja Mas Joko masih single, kok. Nggak mungkin !buktinya… Apa buktinya?biar bodoh gini-gini aku tahu mana yang bujangan dan mana yang bajingan! Ssshhh! Aku nggak mungkin ngerebut suami oraaang! Mungkin saja Zarika, kan?” (92) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Zubaidah telah jujur
mengatakan yang sebenarnya kepada Ziah. Ziah adalah adik dari
Zubaidah. Zubaidah mengatakan dengan jujur kepada Ziah bahwa ia
tidak merebut suami orang dengan isu bahwa anak perempuan Ummi
Aminah merebut suami orang. Kejujuran yang kedua adalah kejujuran
Zarika kepada Umminya. Dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
“Ummi, Zarika tidak bermaksud begitu. Hubungan Zarika dan Ivan belum sampai ke tahap membicarakan pernikahan..” (122)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Zarika berkata jujur
tentang hubungannya dengan Ivan. Mereka tidak berhubungan dan
tidak membicarakan ingin menikah.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai moral
hubungan manusia dengan diri sendiri dapat dilakukan dengan cara
jujur karena kejujuran sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari. Zubaidah yang di tanya adiknya menjawabnya dengan jujur,
dan Zarika yang jujur kepada Umminya tentang hubungannya
dengan Ivan.
89
3) Tanggung Jawab
Allah Swt memikulkan ke atas pundak manusia tugas-tugas
yang wajib manusia laksanakan, baik dalam hubungan dengan
Allah Swt maupun dengan sesama manusia dan makhluk lainnya.
Tanggung jawab dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia digambarkan oleh tokoh Umar. Hal tersebut
dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
“Suaminya memang bukan orang berada, meski ibunya seorang daiyah terkenal. Orang luar mungkin sulit membayangkan kesederhanaan keluarga mereka, tetapi Zainal sudah sejak awal bersikap terbuka tentang ini dan Rini menerima. Bukan kemapanan harta yang dicari muslimah itu dari calon suaminya. Tapi tekad dan tanggung jawab, serta kesungguhan membimbing keluarga kecil mereka.” (52) “Dia anak tertua di keluarga Ummi. Tulang punggung. Istrinya harus bisa memahami itu. Meski Abah dan Ummi tak pernah meminta, Umar merasa berkewajiban mengirimkan uang setiap bulan untuk biaya sekolah dan les adik-adiknya.” (79)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tanggung jawab yang
dilakukan Zainal terhadap keluarga kecilnya sangat dihargai
istrinya dan tanggung jawab Umar sangatlah besar. Ia akan
memperjuangkan adik-adiknya sekolah. Maka dari itu, istrinya
harus memahami hal itu.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Zainal
sangat bertanggung jawab dengan keluarga kecilnya, ia kerja keras
demi anak dan istrinya. Tokoh Umar juga sangat menyayangi adik-
90
adiknya, ia ingin tanggung jawab memberikan sebagian uangnya
untuk adiknya karena ia merasa anak yang paling tua.
b. Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Manusia Lain
Hubungan antar manusia ini dapat dibina dan dipelihara, antara
lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan
nilai dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan
Negara yang sesuai dengan nilai dan norma agama. Berikut ini
diuraikan tentang aspek hubungan manusia dengan manusia lain.
1) Tolong Menolong
Islam bukanlah agama yang mengedepankan dimensi
vertikal semata (hubungan dengan Allah) dan melupakan persoalan
duniawi, Islam sangat memperhatikan dimensi horisontal antara
umat manusia (hubungan manusia dengan manusia), salah satunya
ditunjukkan oleh sikap tolong menolong. Dalam interaksi sosialnya
manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Allah memberi
penjelasan mengenai hal ini dalam surat Al Ma-Idah ayat 2 :
$pκ š‰ r'̄≈ tƒ t⎦⎪Ï% ©!$# (#θãΖtΒ# u™ Ÿω (#θ=Ït éB uÈ∝̄≈ yèx© «!$# Ÿωuρ töκ ¤¶9 $# tΠ# tpt ø:$# Ÿωuρ y“ô‰oλù; $#
Ÿωuρ y‰Í× ¯≈ n=s) ø9 $# Iωuρ t⎦⎫ÏiΒ!# u™ |M øŠ t7 ø9 $# tΠ# tpt ø:$# tβθäótGö6 tƒ WξôÒsù ⎯ ÏiΒ öΝ ÍκÍh5 §‘
$ZΡ≡ uθôÊ Í‘ uρ 4 # sŒ Î) uρ ÷Λ ä⎢ ù=n=ym (#ρߊ$sÜ ô¹$$sù 4 Ÿωuρ öΝ ä3̈ΖtΒÌøg s† ãβ$t↔ oΨ x© BΘöθs% βr&
öΝ à2ρ‘‰|¹ Ç⎯ tã ωÉfó¡ yϑø9 $# ÏΘ# tpt ø:$# βr& (#ρ߉tG÷ès? ¢ (#θçΡuρ$ yè s?uρ ’ n?tã ÎhÉ9ø9 $#
3“uθø) −G9 $# uρ ( Ÿωuρ (#θçΡuρ$yès? ’ n?tã ÉΟ øOM}$# Èβ≡ uρô‰ãèø9 $# uρ 4 (#θà) ¨?$# uρ ©!$# ( ¨βÎ) ©!$#
߉ƒ ωx© É>$s) Ïèø9 $# ∩⊄∪
91
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (menganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) menganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karuniadan keridhoan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Qs. Al-Maidah : 2)
Dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia sikap tolong menolong digambarkan oleh beberapa tokoh.
Hal tersebut terlihat dari kutipan berikut ini.
“Pliz ya, Zi, jangan bilang Ummi. Kakak butuh banget. Pelan kepala Ziah mengangguk. Zubaidah tersenyum dan melompat-lompat kegirangan di tempat tidur sebelum meninggalkan kamar Ziah”. (71) “Keheningan beberapa saat lalu kini berganti kepanikan. Abah dan Zidan pontang-panting untuk pertama kali kekompakan keduanya dibutuhkan. Mereka harus bergerak cepat. Abah memberi instruksi Zidan berlari ke kamar Rini untuk mengambil perlengkapan bayi, juga baju ganti ala kadarnya bagi kakak iparnya. Lalu memapah Rini yang terlihat begitu lemah ke dalam mobil. Saking panik, mereka nyaris melupakan Rizki yang tertidur pulas di kamar.” (169) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Ziah menolong
kakaknya yang membutuhkan pertolongan. Ziah meminjamkan
uang kepada kakaknya. Tokoh Zidan dan Abahnya juga menolong
92
Rini untuk dibawa ke rumah sakit. Karena Rini akan segera
melahirkan putranya yang kedua.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa nila moral
hubungan manusia dengan manusia dapat kita lakukan dengan
tolong menolong. Kita sebagai manusia harus saling membantu
atau menolong siapa saja, baik dalam bentuk material maupun
dalam bentuk tenaga. Tanpa membeda-bedakan.
2) Dermawan
Dermawan adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
atau seseorang yang bersikap pemurah hati. Dalam kutipan novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia tentang sikap
dermawan dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
“Ayah tirinya sosok sholih. Shalat berjama’ah di masjid tak pernah terlewat. Uang yang di peroleh dari usaha kos-kosan dan kontrakan yang dirintisnya, selain digunakan untuk keluarga,juga bersedekah ke sekitar mereka yang memerlukan uluran tangan..” (24)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Abah adalah orang yang
dermawan dan baik hati. Ia tidak hanya mementingkan
keluarganya. Ia juga bersedekah kepada orang yang membutuhkan.
Abah selalu membantu orang yang membutuhkan, tanpa membeda-
bedakannya.
3) Adil
Adil merupakan sikap tidak membeda-bedakan antara satu
dengan yang lain. Bersifat sama rata. Adil dapat ditunjukkan
93
dengan berbagai hal. Salah satu contoh adil yang ada dalam novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia dapat dilihat dari
kutipan berikut ini.
“Meski bukan anak kandung, Abah tak pernah membeda-bedakan Aisyah dan Bang Umar.semua dikasihi dan dicintai.Dari soal uang jajan,sekolah,sampai pakaian. Abah tak pilih kasih.” (24) “Seingatnya, selama ini dia sudah berusaha memberikan kebahagiaan dan kehidupan mewah kepada istrinya. Seandainya Risma menghitung apa yang dia miliki, dibandingkan dengan nilai yang telah diberikan suaminya kepada Abah, Ummi maupun adik-adik yang enam orang itu. Satu rumah yang mereka tempati saja angkanya sudah jauh melebihi.” (83)
Dari kutipan di atas, sikap adil terlihat pada Abah yang
tidak membedakan anak kandungnya atau anak tirinya. Semuanya
sama rata dari uang jajan sampai sekolah. Abah sudah menggangap
mereka seperti anak kandung Abah semua. Tokoh Umar juga
sangat adil masalah uang antara istri dan adik-adiknya. Umar tidak
membeda-bedakan jika adiknya atau orang tuanya membutuhkan
uang. Umar pasti memberikannya.
4) Peduli
Peduli merupakan sikap yang ditunjukkan seseorang
kepada orang lain sebagai wujud memperhatikan atau memberi
perhatian. Peduli dapat ditunjukkan dengan berbagai hal. Salah satu
contoh kepedulian yang ada dalam novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
94
“Tugas abang menjaga idah sebagai adik. Anak perempuan nggak baik nyamperin lelaki. Malu. Entar digosipin lagi di twitter kayak kak Zarika kemarin.” (139) “Kupandangi Ryan kali kedua pertemuan kami. Postur tinggi tegap yang entah bagaimana mengulurkan payung saat aku membuka pintu taksi di hari berhujan. Padahal kami tidak saling kenal.” (217)
Dari kutipan di atas, sikap peduli digambarkan oleh tokoh
Zainal yang peduli kepada Zubaidah sebagai adiknya dan sikap
peduli juga ditunjukkan oleh tokoh Ryan yang peduli terhadap
Laras, ia memberi Laras payung saat Laras membuka pintu taksi.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepedulian
Zainal kepada adiknya yang bernama Zubaidah, karena ia sebagai
kakak laki-laki harus melindungi adiknya, dan kepedulian Ryan
terhadap Laras, saat turun hujan, Ryan membawakan Laras paying
agar Laras tidak kehujanan.
c. Hubungan Manusia dengan Tuhan-Nya
Ketakwaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat
dilakukan antara lain dengan cara beriman kepada Allah menurut cara-
cara yang diajarkan melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya,
beribadah kepada-Nya, mensyukuri nikamat-Nya, bersabar menerima
cobaan dari Allah, memohon ampunan atas segala dosa dan tobat
dalam makna sadar. Berikut ini merupakan contoh aspek nilai moral
hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
95
1) Berdoa
Berdoa merupakan permintaan terhadap Allah supaya apa
yang sedang di harapkan bisa terkabulkan atau terwujud sesuai
dengan yang di harapkan. Salah satu contoh berdoa kepada Allah
dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Sejak remaja, Zarika rutin melantunkan doa berkenaan dengan jodoh dan keturunan, seperti diajarkan Ummi. Robbana hablanamin azwajina wa dzuriyatina qurrota a’yun waj’alna lil muttaqiina imaama. Semoga Allah memberinya pendamping dan keturunan yang sholih,dan menjadi cahaya mata serta pemimpin orang-orang yang bertakwa.” (34-35) “Ya Allah jadikanlah aku,anak-anakku, dan keluargaku termasuk dari golongan orang yang baik. Dan janganlah Engkau jadikan aku dan mereka dalam golongan orang yang jahat dan orang yang membuat mudharat. Berilah rezeki kepadaku dan kepada mereka berupa ilmu yang bermanfaat, akhlak yang baik, dan taufik untuk ketaatanku, juga pemahamaan para Nabi. Amin….” (127)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Zarika dan Ummi
sedang berdoa. Zarika berdoa semoga diberi jodoh yang baik. Dan
Ummi berdoa agar keluarganya menjadi orang-orang golongan
yang baik.
2) Ibadah
Ibadah adalah perbuatan menyatakan bakti kepada Allah Swt
yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
96
larangan-Nya. Salah satu ibadah yang digambarkan dalam novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
“Ayah tirinya sosok sholih. Shalat berjama’ah di masjid tak pernah terlewat.” (24) “Sepekan melakukan Tahajud dan menenggelamkan diri dalam lautan huruf-huruf hijaiyah,Zarika akhirnya tahu keputusan apa yang harus disampaikan kepada Wisnu. Dia sudah memilih.” (41-42) “Ambil wudhu, shalat dan lapor sama Allah, Mi. Tiga puluh enam tahun pernikahan Berbagi kebahagiaan juga kesedihan. Kebersamaan mereka adalah sumber ketenangan yang menguatkan satu sama lain dalam melalui hari-hari yang kadang terasa begitu berat”. (96) “Abah dan Ummi terlihat lebih tenang setelah melakukan shalat Tahajud. Jari keduanya terus bergerak dalam dzikir.” (177) “Ummi Aminah masih menekuri sajadah.Lepas shalat malam, didirikannya shalat masing-masing satu rakaat bagi anak-anaknya.” (194) “Malam-malam Ummi lebih banyak dihiasi ibadah dan ibadah. Tak sendiri, Abah menemani. Mereka bergantian membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an sambil sesekali berpandangan.” (195) Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh
dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
selalu beribadah kepada Allah. Seperti yang di lakukan Abah dan
Ummi yang selalu salat dan membaca al quran. Baik salat wajib
97
maupun salat sunah. Abah dan Ummi adalah orangtua yang panut
diteladani.
3) Bersyukur
Syukur merupakan memuji pemberi nikmat atas kebaikan
yang telah dilakukan. Salah satu contoh bersyukur kepada Allah
dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Alhamdulillah, segala sesuatunya cukup. Mak Inah yang sering bersama Ziah mendampingi Ummi ceramah,setiap memasak pasti memperhatikan menu yang disukai Rizki, hingga bocah lelaki itu selalu menghabiskan makannya. Tidak jarang Mak Inah membuat kue-kue kesukaan Rizki dengan uangnya sendiri. Perempuan itu sebatangkara. Anak dan cucu Ummi sudah dianggap seperti darah dagingnya sendiri.” (48) “Dorongan untuk terjun ke lembah dosa begitu kuat. Alhamdulillah, sampai detik ini Zidan masih sanggup melawan hawa nafsu. Bukan disebabkan alasan agama seperti yang diceramahkan Zainal. Tetapi karena hatinya yang lembut tak sanggup membayangkan air mata Ummi menitik karena dia.” (62) “Alhamdulilah, meski hanya mengiringi, Ziah berharap setiap langkahnya bisa ikut menambah catatan kebaikan disisi Allah. Dia tak keberatan kehilangan waktu untuk bertemu orang dan mencari jodoh, seperti yang sering dirisaukan Zubaidah. Lagipula keinginan untuk bersekolah tanpa memberatkan Ummi dan Abah, masih menjadi agenda utama yang mengisi mimpi-mimpinya, bukan urusan mencari suami.” (72) “Satu istri itu amanah luar biasa.Apalagi bersama deretan anak .Anugerah dari Allah yang jika tidak disyukuri akan berat pertanggungjawabannya di akhirat nanti.
98
Dan mensyukuri berarti menjaga,merawat, mendidik dan membimbing mereka. Membangun kelayakan demi kelayakan untuk sampai ke surge-Nya.” (91)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh dalam novel Antara
Cinta dan ridha Ummi karya Asma Nadia selalu bersyukur atas
karunia Allah. Anugerah dari Allah yang diberikan untuk umatnya
selalu yang terbaik.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ummi sangat
bersyukur karena ia kerja selalu cukup, tidak merasa kekurangan,
begitupun tokoh Zidan yang bersyukur walaupun penampilannya
seperti perempuan ia tidak pernah mabuk-mabukan ataupun
narkoba, ia selalu menjaga agar tetap menjadi orang baik.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia di Kelas XI SMA
Pembelajaran di sekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara
peserta didik dengan lingkungan belajar yang di atas guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Pembelajaran sastra merupakan suatu rangkaian
pembelajaran yang melibatkan berbagai komponen-komponen di
dalamnya yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pengajaran sastra dapat dikatakan sebagai wahana untuk belajar
menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra yang diajarkan
dan peserta didik dapat mengembangkan imajinasi sesuai dengan dunianya
sehingga dapat mengangkat kreatifitas peserta didik.
99
Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu membimbing dan
mengarahkan peserta didiknya ke arah gemar membaca terhadap karya
sastra terutama novel yang isinya mengandung nilai pendidikan, niali
moral, dan pengalaman yang positif. Oleh karena itu, pembelajaran sastra
harus lebih ditingkatkan agar tercapai tujuan pendidikan.
Pembelajaran sastra sangat penting diajarkan di sekolah, karena
dapat membantu meningkatkan ketrampilan berbahasa, meningkatkan
pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjukkan
pembentukan kepribadian peserta didik. Pembelajaran sasrta hendaknya
dilakukan secara tepat sehingga dapat membantu peserta didik dalam
mengekspresikan karya sastra dan mempertajam perasaan, penalaran, dan
khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Dalam pembelajaran sastra, seorang pendidik tidak hanya
mengajarkan teori-teori saja. Selain teori-teori sastra yang diajarkan,
seorang pendidik harus mengenakan karya sastra dan menerapkan teori-
teori tersebut untuk mengekspresikan karya sastra tersebut. Dengan
mengekspresikan karya sastra, dapat melatih peserta didik mempertajam
perasaan, penalaran, dan daya khayal. Serta kepekaan terhadap
masyarakat, budaya, agama, dan lingkungan hidup. Oleh karena itu,
pembelajaran sastra sangat penting untuk diajarkan di lembaga pendidikan
khususnya di Sekolah Menengah Atas. Pembelajaran sastra di SMA
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai
berikut.
100
a. Standar Kompetensi
Standar kompetensi dalam silabus SMA tentang pembelajaran
sastra, khususnnya kompetensi dasar novel, yaitu memahami wacana
sastra melalui membaca novel Indonesia. Dalam pembelajaran ini,
peserta didik diharapkan mampu memahami isi yang terkandung
dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi adalah 7.2 ( membaca) memahami berbagai hikayat,
novel Indonesia/ terjemahan.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan perincian dari standar kompetensi.
Dalam sebuah standar kompetensi terdapat beberapa kompetensi dasar.
Kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah memahami unsur-unsur
intrinsik novel. Dalam kegiatan diskusi, diharapkan peserta didik
mampu dalam menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam
novelAntara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia. Kompetensi
dasar dalam pembelajaran ini adalah 7.2 menganalisis unsur-unsur
intrinsic dan ekstrinsik novel Indonesia / terjemahan.
c. Indikator
1) Mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia.
2) Mampu menganalisis nilai moral yang meliputi aspek nilai moral
hubungan manusia dengan diri sendiri, nilai moral hubungan
101
manusia dengan manusia lain, dan nilai moral hubungan manusia
dengan Tuhan-Nya pada novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia.
3) Mampu mendeskripsikan hubungan antar aspek nilai moral yang
terdapat dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia.
d. Tujuan Pembelajaran
Berdasarkan kompetensi dasar menemukan nilai-nilai novel
diperoleh tujuan pembelajaran, yaitu :
1) menganalisis unsur-unsur intrinsik novel;
2) menentukan nilai-nilai moral dalam novel;
3) menganalisis nilai moral yang meliputi tiga aspek nilai moral
hubungan manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan
dengan Tuhan-Nya novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya
Asma Nadia;
4) mendeskripsikan hubungan antara aspek moral yang terdapat
dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
e. Bahan Pembelajaran
Pembelajaran novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadiaini melatih peserta didik untuk menemukan dan menganalisis
unsur intrinsik dan nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut.
Kriteria novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
102
sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA dilihat dari
segi: a) segi bahasa, b) segi psikologi, c) segi latar belakang budaya.
1) Segi bahasa
Novel sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA
hendaknya novel tersebut menggunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh siswa. Dari segi bahasa, novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia menggunakan bahasa Indonesia.
2) Segi psikologi
Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia sebagai
bahan pembelajaran sastra mengandung permasalahan hidup dan
persoalan nilai-nilai kehidupan. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia ini sudah sesuai apabila diberikan untuk anak pada
tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya) sudah tidak lagi
hanya berminat pada hal-hal praktis saja, tetapi juga untuk
menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu
fenomen.
3) Segi latar belakang budaya
Latar belakang dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya
Asma Nadia mengisahkan tokoh yang sangat berbakti kepada kedua
orang tuanya. Di dalam novel ini terdapat unsur intrinsik sastra yang
menarik dan bermanfaat bagi para siswa dalam mengembangkan nilai
moral dan sikap dalam kehidupan bermasyarakat.
103
f. Metode Pembelajaran
Pembelajaran sastra mengutamankan apresiasi karya sastra
sebagai kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus memilih
metode pembelajaran sastra sesuai dengan bahan ajar yang disajikan.
Dalam pembelajaran sastra, guru menggunakan metode yang beragam,
yaitu metode active learning (belajar aktif) yaitu sistem pembelajaran
melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri.
Model pembelajaran active learning (belajar aktif) merupakan
suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-
cara belajar yang aktif menuju yang mandiri. Kemampuan belajar
mandiri ini merupakan tujuan akhir dari pembelajaran aktif. Kegiatan
pembelajaran mesti dirancang dengan baik agar bermakna bagi peserta
didik. Belajar yang bermakna terjadi bila peserta didik mampu
memutuskan apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
g. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama
1) Kegitan awal (15 menit)
a) Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa.
b) Guru memotivasi tentang pentingnya materi yang akan dibahas.
c) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
perencanaan yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran
berakhir.
104
d) Guru bertanya kepada siswa mengenai kehidupan sehari-hari
yang ada kaitannya dengan materi yang akan dibahas dan
tujuannya untuk memotivasi dan menciptakan empati siswa
terhadap materi yang akan dibahas.
e) Guru menceritakan sedikit tentang novel.
2) Kegiatan inti (60 menit)
Kegiatan ini berupa penerapan model active learning (belajar aktif)
dengan metode ingkuiri dan diskusi yang melalui langkah-langkah
berikut ini.
a) Sebelum pembelajaran siswa terlebih dahulu membaca novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
b) Guru membagi kelompok berdasarkan jumlah siswa untuk
berdiskusi tentang nilai moral yang terdapat pada novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
c) Tiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda-beda untuk
dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud meliputi unsur intrinsik
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia yang
dikerjakan oleh beberapa kelompok.
d) Guru menjelaskan materi yang mengenai unsur intrinsik karya
sastra dan memberikan peraturan diskusi.
e) Siswa mulai berdiskusi tentang unsur intrinsik dan hubungan
antar unsur novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia, dengan dipimpin oleh ketua kelompok.
105
f) Guru secara aktif memantau jalannya diskusi kelompok dan
memberikan bantuan kepada siswa apabila mereka mengalami
kesulitan.
g) Setelah siswa memecahkan permasalahan dalam diskusi, siswa
ditugaskan untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada
kelompok lain.
h) Kelompok lain menanggapi dan memberi masukan dalam
presentasi tersebut.
i) Guru merangkum semua temuan siswa dan menambah jawaban
yang belum ditemukan siswa dengan berdiskusi atau guru
menguatkan hasil diskusi dari jawaban setiap kelompok (siswa
diharapkan dengan sendirinya akan menemukan, jawabannya
yang mendeteksi teks novel tersebut setelah persentasi tersebut
sampai presentasi selesai).
3) Kegiatan akhir (15 menit)
a) Siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab yang berkaitan
dengan kesulitan dan kendala yang dialami dalam
mengapresiasikan novel.
b) Memberi tugas rumah kepada siswa agar menuliskan hasil diskusi
kelompok dan di kumpulkan pada pertemuan mendatang.
c) Guru memberikan kesimpulan tentang pembelajaran novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.
106
Pertemuan kedua
1) Kegiatan awal (15 menit)
a) Siswa dan guru bertanya jawab tentang kegiatan diskusi pada
pertemuan yang lalu.
b) Siswa berkelompok sesuai kegiatan sebelumnya.
2) Kegiatan Inti (60 menit)
a) Guru menjelaskan materi mengenai unsur intrinsik (nilai
moral) yang terkandung di dalam novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia.
b) Siswa mulai berdiskusi tentang unsur intrinsik (nilai moral)
yang terkandung di dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia.
c) Siswa ditugaskan untuk menyampaikan hasil diskusinya
kepada kelompok lain.
d) Kelompok lain menanggapi dan memberi masukan dalam
presentasi tersebut.
e) Guru menguatkan hasil diskusi dari jawaban setiap kelompok.
3) Kegiatan akhir ( 15 menit)
a) Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan unsur-unsur
intrinsik (nilai moral) yang terdapat dalam novel.
b) Siswa dan guru merancang pembelajaran berikutnya
berdasarkan pengalaman pembelajaran saat itu.
107
h. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks/ materi ajar
yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Sumber
belajar dalam pembelajaran ini, yaitu:
1) novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia;
2) buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro;
3) buku tentang nilai moral sastra;
4) modul pembelajaran bahasa Indonesia untuk kelas XI SMA.
i. Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran sastra ini meliputi penilaian dalam
aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif
(sikap). Evaluasi dalam aspek kognitif berhubungan dengan akal
pikiran dalam mengerjakan soal teks dan substasi tugas, penilaian
dalam aspek psikomotorik berupa keterampilan bahasa siswa (dapat
dievaluasi dari penggunaan bahasa dalam mengerjakan tugas).
Sedangkan penilaian dalam aspek afektif berhubungan dengan
perubahan sikap sesuai dengan nilai-nilai moral yang dicapai selama
proses belajar megajar.
a. Penilaian kognitif
Jenis tagihan : tugas individu
Bentuk : uraian
Instrumen soal
1. Jelaskan tema novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia!
108
2. Sebutkan unsur-unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia!
3. Siapa tokoh utama dalam novel karya Asma Nadia?
4. Sebutkan nilai moral yang terdapat pada novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia!
5. Nilai moral hubungan manusia dengan orang lain yang terdapat pada
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia meliputi apa
saja?
KUNCI JAWABAN
1. Tema novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia adalah
masalah keluarga, dan masalah percintaan.
2. Unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
meliputi tema, penokohan, alur, latar, bahasa, amanat, dan sudut pandang.
3. Tokoh utama dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia adalah Zarika dan Laras
4. Nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
meliputi tiga aspek, yaitu: nilai moral hubungan manusia dengan diri
sendiri, nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain, dan nilai
moral hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
5. Nilai moral hubungan manusia dengan orang lain pada novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia meliputi: dermawan, tolong
menolong, setia kawan, dan perduli.
Kriteria skor =
Soal nomor 1 = 2
Soal nomor 2 = 2
Soal nomor 3 = 2
Soal nomor 4 = 2
Soal nomor 5 = 2
Total nilai = jumlah skor x 10 = 100
109
b. Penilaian psikomotorik
No Aspek yang dinilai Skor
1. Presentasi kelompok memaparkan secara lisan unsur
instrinsik dan nilai moral novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia!
Kriteria Skor
a) Penjabaran mengenai unsur intrinsik,
Menyampaikan 5 unsur atau lebih skor =40
Menyampaikan 3-4 unsur skor = 20-30
Menyampakan 1-2 unsur skor = 10
b) Penjabaran mengenai nilai moral,
Menyampaikan 4 nilai moral skor =40
Menyampaikan 2-3 nilai moral skor =20
Menyampaikan 1 nilai moral skor = 10
c) Kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
Penggunaan Bahasa Indonesia baku skor = 20
Penggunaan Bahasa Indonesia kurang baku = 10
Penggunaan Bahasa Indonesia tidak baku = 5
Skor Total: a+b+c = 100
c. Penilaian afektif
NO Hal Yang Dinilai Skor 1. Hal yang dinilai 2. Kemampuan mendengarkan pendapat orang lain 3. Partisipasi dalam diskusi
Jumlah skor Kriteria skor penilaian :
A=85-100 D=50-59
B= 72-84 E= 40 ke bawah
C= 69-70
110
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban singkat atas
masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukan penulis yang berkaitan
dengan hasil penelitian.
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan hasil analisis data yang bersumber dari
rumusan masalah, dapat diambil simpulan sebagai berikut.
1. Unsur-unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia meliputi: (1) alur dalam novel ini menggunakan alur maju; (2)
tokoh dan penokohan: a) Zarika: cerdas dan cantik, b) Laras:
cerdas,berbakti kepada Umminya, tidak peduli dengan hal yang tidak
penting, c) Ziah: cerdas, d) Umi Aminah: tegar, bijaksana, e )Aisyah:
peduli, sopan, f) Risma: ketus dan kikir, g) Umar: baik, bijaksana, h)
Herman: egois, i) Wisnu: baik, cerdas, j) Zainal: baik, penyayang, k)
Zubaidah:iri, tidak cerdas, l) Zidan: putus asa, baik, m) Abah: penyayang,
sabar; (3) tema: masalah keluarga, dan masalah percintaan; (4) latar: a)
latar tempat: di café, di kantor, di salon, di masjid besar di wilayah Jawa
Barat, b) latar waktu: pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari, c)
latar suasana: sedih, bahagia,tegang dan sepi; (5) Sudut pandang dalam
novel ini menggunakanpesona ketiga yaitu “Dia”; (6) Bahasa: bahasa
kiasan dan bahasa asing; dan (7) amanat: a) keharusan memakai jilbab
bagi muslim agar terhindar dari pandangan laki-laki yang tidak baik, b)
111
ridha orang tua adalah ridha Allah, maka dari itu berbakti kepada orang
tua agar hidup bahagia kedepannya nanti.
2. Nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
meliputi: (1) nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri terdiri dari:
jujur, menghargai waktu, dan tanggung jawab; (2) nilai moral hubungan
manusia dengan manusia lain terdiri dari: dermawan, tolong menolong, adil,
dan peduli; dan (3) nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan-Nya terdiri
dari: berdoa, beribadah, dan bersyukur.
3. Rencana Pelaksanaan pembelajaran novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia disesuaikan dengan KTSP terdiri atas beberapa
komponen, yaitu : standar kompetensi, kompetensi dasarnya siswa mampu
menemukan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, latar, bahasa,
amanat, dan sudut pandang) dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
dan siswa mampu menemukan unsur-unsur ekstrinsik (nilai moral hubungan
manusia dengan diri sendiri, nilai moral hubungan manusia dengan manusia
lain, nilai moral hubungan manusia dengan TuhanNya), indikator, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, alokasi waktu, sumber pembelajaran dan evaluasi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap novel Antara
Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia dapat diambil saran yang berkaitan
dengan hasil penelitian. Saran tersebut berisi usulan yang bermanfaat bagi
guru, bagi siswa, dan bagi peneliti.
112
1. Bagi siswa
Penelitian ini dapat dijadikan media untuk meningkatkan apresiasi
terhadap karya sastra sehingga dapat memberi makna dan menilai karya
sastra khususnya novel. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan dan mengembangkan pemahaman siswa
terhadap karya sastra ini.
2. Bagi peneliti
Untuk meningkatkan apresiasi sastra, bagi peneliti lain hendaknya
mengkaji dan meneliti lebih dalam lagi dari perkembangan sastra yang
berupa novel Antara Cinta dan Ridha Ummi dengan menggunakan
pendekatan lainnya.
3. Bagi guru
Novel Antara Cinta da Ridha Ummi dapat dijadikan bahan
pembelajaran sastra karena novel tersebut mengandung amanat yang baik
para siswa, selain itu guru harus mempunyai peran yang sangat penting
dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu
menumbuhkan minat siswa terhadap dunia sastra.
DAFTAR PUSTAKA Aji, Hotamah. 2015. “Analisis Nilai Moral dalam Novel Hafalan Shalat Delisa
Karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA”. Purworejo: Skripsi Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Ali, Muhammad Daud. 2002. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Alwi, Hasan dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Darmadi, Hamid. 2012. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta. Faruk. 2014. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ginanjar, Nurhayati. 2012. Apresiasa Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media. _______. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala media. Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.
Surakarta: Yuma Pustaka. Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Muslich, Masnur. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Angkasa. Moleong, J. Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja. Nadia, Asma. 2016. Antara Cinta Dan Ridha Ummi. Depok: Asma Nadia
Publiching House.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
_______. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. _______. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada. Nurfajriah, Siti. 2014. “Nilai Moral dalam Novel Orang Miskin dilarang Sekolah
Karya Wiwid Prasetyo dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah”. Jakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Satoni, Djam’an. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Darma University Press. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman Yang Efektif. Purworejo: UMP
Press. Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zuriah, Nurul. 2015. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Lampiran 1
Sinopsis Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi Karya Asma Nadia Judul : Antara Cinta dan Ridha Ummi Penulis : Asma Nadia Penerbit : AsmaNadia Publishing House Tebal : 256 hal Terbit : 2016 Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia menceritakan tentang
kehidupan tokoh utama bernama Zarika dan Laras. Hidup sebagai seorang anak perempuan yang cantik dan mempunyai karir yang bagus, sangat banyak hal yang dihadapi dari laki-laki. Salah satunya tokoh Zarika yang tidak direstui oleh orangtuanya dengan berbagi laki-laki. Orangtuanya tidak merestui karena masalah berbeda agama, perokok berat. Zarika sangat menghormati orang tuannya. Oleh karena itu, Zarika menuruti semua larangan orang tuanya untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Herman dan Wisnu. Begitupun tokoh Laras.Bagi Laras, tak ada orang yang lebih penting dalam hidupnya selain Ummi. Bahkan soal memilih pendamping hidup yang semestinya menjadi hak dan wilayah yang siapa pun tak boleh memasukinya, tak akan ia putuskan tanpa ridha dan restu Ummi.
Apa itu menunjukkan bahwa sebagai wanita dewasa Laras kehilangan hak-haknya? Apakah Laras sedemikian tergantung pada sosok Ummi? Atau sebaliknya, Ummi yang terlalu dominan dan tak ingin kehilangan kekuasaannya atas anak gadis satu-satunya? Bukan.
Satu-satunya alasan atas semua itu adalah karena Ummi, perempuan yang sangat ia hormati dan membesarkannya dengan kecintaan yang melampaui batas-batas kecintaan seorang anak, selalu membingkai nasihat-nasihatnya dengan keikhlasan dan doa. Ummi sama sekali bukan ingin mencampuri hidup Laras. Ummipun tak ingin mengekang mimpi-mimpi Laras. Satu yang Ummi inginkan, Laras mendapatkan imam bagi hidupnya, yang bisa membawanya menuju keridhaan Ilahi. Maka dari itu Ummi memilih Ryan duda dengan dua anak sebagai imam Laras, karena Ryan adalah sosok laki- laki yang menurut Ummi Laras baik untuk putri satu-satunya.
Lampiran 2
Biografi Pengarang Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
Asma Nadia adalah seorang pengarang novel dan cerpen yang lahir di
Jakarta pada tanggal 26 Maret 1972. Setelah lulus dari SMA 1 Budi Utomo,
Jakarta, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian di Institut
Pertanian Bogor. Ia tidak menyelesaikan kuliah yang dijalaninya, karena ia harus
beristirahat karena penyakit yang dideritanya. Ia mempunyai obsesi untuk terus
menulis. Ketika kesehatannya menurun, ia tetap bersemangat menulis. Di samping
itu, dorongan dan semangat yang diberikan keluarga dan orang yang
menyayanginya memotivasi untuk terus menulis. Asma tetap aktif mengirimkan
tulisannya ke majalah Islam. Sebuah cerpennya yang berjudul Imut dan Koran
Gondrong pernah meraih juara pertama Lomba Menulis Cerita Pendek Islami
(LMCPI) tingkat nasional yang diadakan majalah Aninda pada tahun 1994 dan
1995.
Selain menulis cerita fiksi, ia juga aktif menulis lirik lagu. Sebagian lirik
lagunya terdapat di album Bestari I (1996), Bestari II (1997), dan Bestari III
(2003), Snada The Prestation, Air Mata Bosnia, Cinta Ilahi, dan Kaca Diri. Ia
pernah mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara XI di Brunei Darusalam,
bengkel kerja kepenulisan novel yang diadakan Majelis Sastra Asia Tenggara
(Mastera). Dari hasil kegiatan kepenulisan Mastera, ia menghasilkan novel yang
berjudul Derai Sunyi. Sebagai anggota ICMI, Asma Nadia juga pernah diundang
untuk mengisi acara bengkel kerja kepenulisan yang diadakan ICMI, orsat Kairo.
Kesibukannya selain sebagai penulis fiksi, ia memimpin Forum Lingkar Pena,
sebuah forum kepenulisan bagi penulis muda yang anggotanya hampir ada di
seluruh provinsi di Indonesia. Asma juga sering menjadi pemandu acara pada
acara yang bernuansa keislaman. Kini, Asma juga aktif dengan pekerjaannya
sebagai direktur Yayasan Prakasa Insan Mandiri (Prima). Ia juga sibuk
mengadakan berbagai paket kegiatan anak melalui prime kids dan memberi kursus
bahasa Inggris.
Karena karya-karyanya, ia pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain
menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai
lokakaryayang berkaitan dengan penulisan dan feminisme, baik di dalam dan di
luar negeri. Pada tahun 2009 dalam perjalanannya keliling Eropa setelah
mendapatkan undangan writers in residence dari Le Chateau de Lavigny (Agustus
- September 2009), ia sempat diundang untuk memberikan seminardan
wawancara kepenulisan di PTRI Jenewa, Masjid Al Falah Berlin (bekerja sama
dengan FLP dan KBRI di sana), KBRI Roma, Manchester (dalam acara KIBAR
Gathering), dan Newcastle.
Ia menggemari seni fotografi, dan telah menjelajah 59 negara dan 270 kota
di dunia. Melalui Yayasan Asma Nadia, ia merintis Rumah Baca Asma Nadia
yang tersebar di seluruh Indonesia, rumah baca sederhana yang beberapa di
antaranya memiliki sekolah dan kelas komputer serta tempat tinggal bagi
anakyatim secara gratis untuk membaca dan beraktivitas bagi anak-anak dan
remaja yang kurang mampu. Saat ini, ada 140 perpustakaan yang dikelola
bersama relawan untuk kaum yang kurang beruntung dan tidak mampu.
Lampiran 3
SILABUS
Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Semester : XI/1 Standar Kompetensi : 7. 2 Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia / novel terjemahan Aspek : kemampuan Bersastra-Membaca
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu
Sumber Belajar
7.2. menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ter-jemahan
Novel Indonesia/ter- jemahan • Unsur-unsur
intrinsik (tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat)
• Unsur ekstrinsik novel Indonesia /terjemahan (nilai budaya, sosial, moral, dll)
• Membaca novel Indonesia/terjemah-an
• Menganalisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik novel Indonesia/terjemah-an
• Membandingkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik novel Indonesia/ter- jemahan
• Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia
• Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel terjemahan
• Membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia dengan novel ter- jemahan
Jenis tagihan: • Tugas
individu • Tugas
kelompok • Ulangan
Bentuk instrumen:
• Uraian bebas • Pilihan
ganda • Jawaban
singkat
4 x 45 Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. IDENTITAS MATA PELAJARAN
1. Nama Sekolah : SMA
2. Kelas : XI
3. Semester : 1
4. Program : Umum
5. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
6. Alokasi Waktu : 4 x 45 menit ( 2x pertemuan)
B. STANDAR KOMPETENSI
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan
C. KOMPETENSI DASAR
7.2 menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/
terjemahan.
D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Siswa mampu menyampaikan isi cerita dari novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia
2. Siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur,
latar, bahasa, amanat, dan sudut pandang) novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia
3. Siswa mampu menemukan nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah KBM diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummikarya
Asma Nadia
2. Mengemukakan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, alur, latar,
bahasa, amanat, dan sudut pandang) novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia
3. Menjelaskan nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya
Asma Nadia
F. MATERI PEMBELAJARAN
1. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
2. Unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
3. Nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
G. METODE PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal : ceramah dan diskusi
2. Kegiatan akhir : penugasan
3. Model pembelajaran yang diterapkan, yaitu metode active learning
(belajar aktif) inquiri dan diskusi
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 (2x45 menit)
No Kegiatan Pembelajaran Waktu Life Skill/
Karakter
1. Kegiatan awal
A. Guru mengucapkan salam dan
menanyakan kehadiran siswa
15 (menit) Religius
B. Guru memotivasi tentang pentingnya
materi yang akan dibahas
Disiplin
No Kegiatan Pembelajaran Waktu Life Skill/
Karakter
C. Guru menyampaikan kompetensi
dasar dan indikator perencanaan
yang harus dikuasai siswa setelah
pembelajaran berakhir
Siswa
konsentrasi
D. Guru bertanya kepada siswa
mengenai kehidupan sehari-hari
yang ada kaitannya dengan materi
yang akan dibahas dan tujuannya
untuk memotivasi dan menciptakan
empati siswa terhadap materi yang
akan dibahasnya.
Tanggung
jawab
E. Guru menceritakan sedikit tentang
novel
kesungguhan
2. Kegiatan inti
A. Guru membagi kelompok
berdasarkan jumlah siswa. Untuk
berdiskusi tentang aspek-aspek nilai
moral yang terdapat pada novel
Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia
60 (menit) Serius
B. Tiap kelompok diberikan
permasalahan yang berbeda-beda
untuk dipecahkan. Permasalahan
yang dimaksud meliputi unsur
intrinsik novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi yang dikerjakan oleh
beberapa kelompok
No Kegiatan Pembelajaran Waktu Life Skill/
Karakter
C. Guru menjelaskan materi berdiskusi
tentang unsur intrinsik karya sastra
dan memberikan peraturan berdiskusi
Ketrampilan
menyampaikan
informasi
D. Siswa mulai berdiskusi tentang unsur
intrinsik dan hubungan antar unsur
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
dengan dipimpin oleh ketua
kelompok
Kesungguhan
E. Guru secara aktif memantau jalannya
diskusi kelompok dan memberikan
bantuan kepada siswa apabila mereka
mengalami kesulitan
F. Setelah siswa memecahkan
permasalahan dalam diskusi, siswa
ditugaskan untuk menyampaikan
hasil diskusinya kepada kelompok
lain.
G. Kelompok lain menanggapi dan
memberikan masukan dalam
presentasi tersebut
H. Guru merangkum semua temuan
siswa dan menambah jawaban yang
belum ditemuakan siswa dengan cara
berdiskusi atau guru menguatkan
hasil diskusi dari jawaban setiap
kelompok, (siswa diharapkan dengan
sendirinya akan menemukan
jawabannya yang mendeteksi teks
No Kegiatan Pembelajaran Waktu Life Skill/
Karakter
novel tersebut setelah presentasi
selesai)
3. Kegiatan penutup
A. Siswa dan guru melakukan kegiatan
tanya jawab yang berkaitan dengan
kesulitan dan kendala yang dialami
dalam mengapresiasi novel
15 (menit) Tanggung
jawab
B. Memberi tugas rumah kepada siswa
agar menulis hasil diskusi kelompok
dan dikumpulkan pada pertemuan
mendatang
C. Guru memberikan kesimpulan
tentang pembelajaran novel Antara
Cinta dan Ridha Ummikarya Asma
Nadia
D. Siswa menjawab salam dari guru
Pertemuan 2
No Kegiatan Pembelajaran Waktu Life Skill/
Karakter
1. Kegiatan awal
A. Siswa dan guru bertanya jawab
tentang kegiatan diskusi pada
pertemuan yang lalu
15 (menit) Disiplin
B. Siswa berkelompok sesuai kegiatan
sebelumnya
Tanggung
jawan
2. Kegiatan inti
A. Guru menjelaskan materi mengenai 60 (menit) Disiplin
No Kegiatan Pembelajaran Waktu Life Skill/
Karakter
unsur intrinsik (nilai moral) yang
terkandung dalam novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
B. Siswa mulai berdiskusi tentang unsur
ekstrinsik (nilai moral) yang
terkandung dalam novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
Disiplin
C. Siswa ditugaskan untuk
menyampaikan hasil diskusinya
kepada kelompok lain
Tanggung
jawab
D. Kelompok lain menanggapi hasil dan
memberi masukan dalam prenstasi
tersebut
Ketrampilan
menyampaikan
informasi
E. Guru menguatkan hasil diskusi dari
jawaban setiap kelompok
Ketrampilan
menyampaikan
informasi
3. Penutup
A. Siswa dan guru merangkum dan
menyimpulkan unsur-unsur intrinsik
dan ekstrinsik (nilai moral) yang
terdapat dalam novel
15 (menit) Jawab
B. Siswa dan guru merancang
pembelajaran berikutnya berdasarkan
pengalaman pembelajaran saat itu.
keseriusan
I. SUMBER BELAJAR
1. Novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
2. Sinopsis novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
3. Buku-buku sastra yang sesuai
J. EVALUASI
d. Penilaian kognitif
Jenis tagihan : tugas individu
Bentuk : uraian
Instrumen soal
6. Jelaskan tema novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia!
7. Sebutkan unsur-unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi
karya Asma Nadia!
8. Siapa tokoh utama dalam novel karya Asma Nadia?
9. Sebutkan nilai moral yang terdapat pada novel Antara Cinta dan Ridha
Ummi karya Asma Nadia!
10. Nilai moral hubungan manusia dengan orang lain yang terdapat pada
novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia meliputi apa
saja?
K. KUNCI JAWABAN
6. Tema novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia adalah
masalah keluarga, dan masalah percintaan.
7. Unsur intrinsik novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
meliputi tema, penokohan, alur, latar, bahasa, amanat, dan sudut pandang.
8. Tokoh utama dalam novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma
Nadia adalah Zarika dan Laras
9. Nilai moral novel Antara Cinta dan Ridha Ummi karya Asma Nadia
meliputi tiga aspek, yaitu: nilai moral hubungan manusia dengan diri
sendiri, nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain, dan nilai
moral hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
10. Nilai moral hubungan manusia dengan orang lain pada novel Antara Cinta
dan Ridha Ummi karya Asma Nadia meliputi: dermawan, tolong
menolong, setia kawan, dan perduli.
Kriteria skor =
Soal nomor 1 = 2
Soal nomor 2 = 2
Soal nomor 3 = 2
Soal nomor 4 = 2
Soal nomor 5 = 2
Total nilai = jumlah skor x 10 = 100
e. Penilaian psikomotorik
No Aspek yang dinilai Skor
1. Presentasi kelompok memaparkan secara lisan unsur
instrinsik dan nilai moral novel Antara Cinta dan
Ridha Ummi karya Asma Nadia!
Kriteria Skor
d) Penjabaran mengenai unsur intrinsik,
Menyampaikan 5 unsur atau lebih skor =40
Menyampaikan 3-4 unsur skor = 20-30
Menyampakan 1-2 unsur skor = 10
e) Penjabaran mengenai nilai moral,
Menyampaikan 4 nilai moral skor =40
Menyampaikan 2-3 nilai moral skor =20
Menyampaikan 1 nilai moral skor = 10
f) Kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
Penggunaan Bahasa Indonesia baku skor = 20
Penggunaan Bahasa Indonesia kurang baku = 10
Penggunaan Bahasa Indonesia tidak baku = 5
Skor Total: a+b+c = 100
f. Penilaian afektif
NO Hal Yang Dinilai Skor
4. Hal yang dinilai
5. Kemampuan mendengarkan pendapat orang lain
6. Partisipasi dalam diskusi
Jumlah skor
Kriteria skor penilaian :
A=85-100 D=50-59
B= 72-84 E= 40 ke bawah
C= 69-70
Lampiran 5
KARTU PENCATAT DATA
No Unsur Intrinsik 1. Alur
a. Tahap Penyituasian “Baiknya Rika tanya, deh, pendapat Ummi sebelum semuanya terlalu jauh. Zarika menggeleng. Perasaan cinta kepada Mas Wisnu telah begitu dalam. Dia bahkan tak bisa membayangkan hidup tanpa lelaki itu. Dan di menit menceritakan Mas Wisnu kepada Ummi, cinta begitu indah yang mereka miliki akan selesai.” (37-38) “Nasihat Aisyah, kakak yang paling mewarisi garis wajah Ummi,baru dituruti ketik hubungan mereka makin serius dan Mas Wisnu mengajak menikah. Seandainya tak ada perbedaan itu, mungkin proposal cinta ini akan disambut dengan lonjakan riang seperti kelakuan Zubaidah, adik yang walau bertubuh bongsor tetapi kadang masih bersikap kekanakan” (38) “Ya Allah, kenapa aku tidak bisa memberikan Ummi calon menantu sempurna untuk meraih ridhanya? Mungkin kesempurnaan itu kadang belum tertangkap manusia, scenario Allah selalu sempurna”. (221) “Rahasia yang selama ini disimpan Rian dan tak ingin dibaginya kepadaku. Tanggung jawab yang harus dipikul. Beban dan kewajiban yang tak terlintas di benakku sebelumnya. Mimpi buruk para gadis yang menanti pangeran sempurna.” (222)
b. Tahap Pemunculan Konflik “Jangan sedih dulu, siapa tahu Ummi punya solusi, sebelum semuanya diluar jangkauan Rika. Tampan, cerdas, dan bukan perokok. Religius pula. Mas Wisnu taat beribadah. Masalahnya tempat ibadah lelaki itu dan Zarika berbeda.” (38) “Kenapa Tuhan member kita cinta jika tidak ada pelajaran di baliknya? Zarika mencari jawaban atas pertanyaan itu selama berhari-hari sejak Mas Wisnu melamar.” (40)
No Unsur Intrinsik “Ceritalah,Laras. Awalnya teramat sulit membuka mulut. Detik berikutnya,kalimatku meluncur seperti rentetan peluru yang di muntahkan. Rahasia yang selama ini disimpan Ryan dan tak ingin dibaginya kepadaku.tanggung jawab yang harus dipikul. Beban dan kewajiban yang tak terlintas di benakku sebelumnya. Mimpi buruk para gadis yang menanti pangeran sempurna.” (221-222) “Jika Allah tak malu dengan apa yang dilakukannya, lalu kenapa kamu?” aku terhenyak. Jadi Ummi tidak apa-apa? Ummi mengangguk. Ummi tidak malu kalau putri satu-satunya Ummi menikah dengan …” (222-223)
c. Tahap Peningkatan Konflik “Bukan persoalan mencari agama mana yang benar.Tetapi bagaimanapun setiap orang terikat dengan aturan agamanya sendiri. Dalam Al Qur’an, kita tidak di perkenankan menikah dengan non muslim, kecuali apa yang terjadi di masa lalu. Sebelum perkara ini diatur dalam kitab suci” (40-41) “Anehnya,reaksi Ummi wajah saja.paras cantik di usianyayang senja sama sekali tak beriak. Apakah menurutmu kondisinya saat ini merupakan dosa di mata Allah?Aku menggeleng. Tidakkah upayanya bertanggung jawab merupakan akhlak terpuji? Berapa banyak laki-laki mau melakukan itu di usia ketika kebanyakan pemuda masih bersenang- senang tanpa ikatan? Ya. Perlu keberanian untuk mengambil tanggung jawab seberat itu. Dan aku ternyata begitu sempurna di matanya,hingga dia kehilangan keberanian untuk membuka tabir masa lalu lebih dini dalam hubungan kami” (222)
d. Tahap Klimaks “Ketika semua terasa overload …tak lagi bisa ditanggung, Zarika pergi mencari Ummi, bersimpuh memohon maaf perempuan itu juga nasehatnya. Cinta memang anugrah tapi kita diberi akal sehat untuk memaknai setiap anugrah dengan sebaik-baiknya.” (40) “Tetapi secara pribadi,Abah dan Ummi mohon Rika tidak pernah meninggalkan islam,agar bisa menjadi tiket ke surge buat Abah dan Ummi.
No Unsur Intrinsik Tangis Zarika pecah. Setiap anak bisa menjadi tiket ke surga atau neraka bagi orangtuanya. Mana yang akan dia pilih?” (41) “Jadi Ummi tidak apa-apa ? Ummi mengangguk. Ummi tidak malu kalau putri satu-satunya Ummi menikah dengan… Kuliah panjang Ummi segera terdengar. Betapa mulia seseorang yang memutuskan menikah dan bukan pacaran di usia muda. Tidakkah itu keputusan berani yang harus kamukagumi,Laras?laki-laki yang memilih menikah dari pada melakukan zina” (222-223)
e. Tahap Penyelesaian “Sepekan melakukan tahajud dan menenggelamkan diri dalam lautan huruf-huruf hijaiyah, Zarika akhirnya tahu keputusan apa yang harus disampaikan kepada Wisnu.” (41) “Dan Zarika memilih cinta. Bukan cinta yang di tawarkan Mas Wisnu,tetapi cinta lebih besar yang dimiliki pemilik langit dan bumi.cinta pemilik segala kehidupan. Cinta yang sama yang akan membawanya kepada ridha orang tua.” (42) “Jadi Ummi ridha,sekalipun dari pernikahan itu.. Wajah tulus Ummi sedikitpun tak menyiratkan keraguan.” (223)
2. Tokoh dan Penokohan a. Zarika “Zarika terdiam. Shock. Otak cerdasnya dengan cepat membalik
logika yang disampaikan Herman.” (36) “Abah menggeleng. Anak mereka yang bernama Zarika terbilang paling cantik,cerdas,IP-nya selalu tertinggi selama kuliah. Zarika juga punya karir bagus.” (94)
b. Laras “Barangkali hidup kami berdua lambat laun semakin terasa sepi bagi
perempuan yang melahirkanku. Terlebih setelah kesibukan di kantor yang bergerak di bidang advertising semakin menyita waktu, dan seolah merebut anak satu-satunya dari pandanganya. Presentasi, meeting dengan client, mencari konsep paling tepat termasuk menemukan jargon yang mudah diingat, hingga kalah dengan biro tetangga.” (202)
No Unsur Intrinsik “Jadi Ummi ridha, sekalipun dari pernikahan itu… Wajah tulus Ummi sedikitpun tak menyiratkan keraguan.” (223) “Berat hidup dalam kenangan perempuan lain. Istri pertama Ryan yang sudah meninggal. Duda dengan tiga anak, bayangkan! Bibirku mengulas senyum. Seperti kukatakan di awal. Aku bukan jenis manusia yang gampang di sibukkan dengan isi pikiran orang lain. Baik tetanggaku, orang-orang yang ada disekitarku, atau siapa saja yamg sama sekali tak bersentuhan denganku. Terlepas beredar di lingkungan rumah, antara tetangga,kampus, atau tempatku bekerja. Selama hati Ummi,sedikit dari yang kupedulikan dalam hidup ini, sepenuhnya ridha” (223-224)
c. Ziah “Ziah mengangguk tersenyum tipis. Tidak lama kembali meneruskan
aktivitas di depan komputer. Sebagai asisten Ummi, Diah merasa berita-berita terkait Ummi dengan blog walking atau memasukkan kata kunci Ummi Aminah di berbagai social media. Seperti Facebook atau Twitter.” (71-72) “Kata Ziah,seterusnya Zubaidah yang akan mendampingi Ummi ceramah. Ziah sendiri akan melanjutkan kuliah S2 dari beasiswa yang diterimanya.” (195)
d. Ummi Aminah “Ummi berusaha keras agar terliha tegar. Tapi kalimat –kalimat yang
meluncur seolah berbalut luka,kesedihan, dan rasa tak percaya pada apa yang terbentang di depannya” (121) “Jemari Ummi mengelus lembut kerudung anak gadisnya. Berangsur kemarahan mereda. Zarika, jika kamu sudah menyakiti istrinya,mungkin dia tahu atau bisa membaca situasi. Datangi, mohon ikhlas dan maafnya. Untuk Ummi, mau Rika melakukan itu?.” (125)
e. Aisyah “Aisyah, Ummi minta tolong kamu bantu Abah, ya? Temui Umar.
Dia tak pernah bisa menolak permintaan dari perempuan paruh baya dengan raut wajah selalu menyiratkan ketulusan.” (21)
No Unsur Intrinsik “Aisyah berjuang keras agar nada suanya tetap sopan. Di sisinya, Hasan sudah siap angkat kaki.” (25)
f. Risma “Langsung aja bilang berapa,nggak usah basa-basi!
Kalimat Risma lagi.” (25) “Dua ratus juta, Bang ! Semudah itu Abang memberikan ke Abah?Dua ratus juta itu banyak bagi keluarga kita!Risma kembali berteriak.” (27)
g. Umar “Dengar Risma, kalau bukan karena Abah, Abang mungkin tidak
bisa melanjutkan sekolah dan menjadi seperti sekarang. Abang memang bukan anak kandung Abah. Tapi bahkan jika tiap sen harta yang Abang punya diberikan ke Abah atau Ummi, Abang belum bisa membalas kebaikan mereka. Pahamitu?.” (27) “Asal kamu tahu Risma, Abang tak akan sanggup menelan nasi sesuap pun kalau tahu Abah, Ummi, atau adik-adik Abang kesusahan di rumah mereka. Dengar itu!.” (27-28)
h. Herman “Aku nggak bisa Rika.
Kamu belum coba…rayu Zariaka disertai senyum manis. Herman menggeleng. Tarikan napasnya penuh keyakinan. Aku kira cinta itu menerima seseorang apa adanya. Dari dulu aku begini, kenapa hanya gara-gara urusan remeh hubungan kita harus dipertaruhkan.” (36) “Waktu dan waktu setelahnya, Zarika merasakan jarak diantara dia dan Herman makin terbentang, hingga akhirnya tak mungkin dipersatukan lagi. Zarika menyibukkan hatinya yang patah kalah oleh rokok dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaan.” (37)
i. Wisnu “Posisi yang disyukuri, tetapi juga mendatangkan ujian lain. Bertemu
Mas Wisnu, profil sempurna untuk dia yang mendambakan lelaki cerdas dan tidak merokok.” (37)
No Unsur Intrinsik “Aku nggak memaksa kamu masuk agamaku. Aku tahu Aku percaya, cinta bisa mengalahkan segala hambatan. Dan agama apapun mengajak manusia untuk menebar cinta, bukan permusuhan. Selintas kalimat-kalimat itu terasa benar. Cinta seharusnya cukup. Tak ada yang perlu berubah,Rika. Kalimat-kalimat Mas Wisnu menetap di kepala Zarika selama berhari-hari.” (39)
j. Zainal “Sebagai suami, dia ingin menjadi sosok yang memberi ketenangan
dan dapat diandalkan istri. Mampu memberikan yang terbaik bagi keluarga yang telah Allah amanahnya.” (49) “Mata Rini berbinar lebih terang dari biasa. Itu hadiah untuk istri Abang yang cantik. Beneran,untuk Rini? Zainal mengangguk. Lagian udah lama Abang nggak beliin sepatu baru, kan? .” (53)
k. Zubaidah “Sejak kecil, Zubaidah bisa melihat dialah itik buruk rupa dalam
keluarga satu–satunya di antara anak Ummi yang tidak cepat menangkap pelajaran, malah pernah tinggal kelas. Memecahkan rekor yang sebelumnya tak pernah dicatat saudara-saudaranya. Ketika tahun-tahun berlalu dan perbedaan yang ada semakin jelas, diam-diam perasaan sedih bercampur iri singgah di hati.” (11-12)
l. Zidan “Zidan juga pengen jadi cowok macho, perkasa…
Kayak Zainal atau Bang Umar. Tapi kan Ummi tahu sendiri. Sampai kapan pun Zidan kagak bakalan bisa membuat Abah bangga. Keluh pemuda yang senang mengenakan kaus-kaus warna menyala itu, bernada frustasi melaporkan sikap dingin Abah ke Ummi..” (59) “Zidan senang gaya Ummi menasehat tanpa menghakimi. Sumpah, berat sekali melawan kecenderungan diri. Selama ini Zidan bisa menampik godaan rokok, minuman keras bahkan narkoba. Tetapi tak sanggup menjadi sosok yang bukan dirinya.” (61)
m. Abah “Di hadapan Abah, Ummi masih tersedu sedan.
Abah mengeser duduknya,hingga cukup dekat dan bisa memeluk
No Unsur Intrinsik istrinya. Pertama,prasangka baik dulu,kan. Ummi sendiri yang bilang. Harus mencari sampai empat puluh prasangka baik, sebelum berprasangka buruk sama orang ya, kan? Iya, dulu Abah yang ajarin ummi haditsnya. Abah tersenyum .” (93) “Abah menghapus air mata yang mengembun di kelopak Ummi. Jangan marah, tanyakan baik-baik. Siapa tahu berita itu hanya fitnah. Fitnah atau sesuatu yang belum tentu benar tidak boleh meredupkan kebahagiaan istri Abah.” ( 95)
3. Tema a. Masalah Keluarga
“Kalau urusan keluarga Abang,selalu didahulukandua ratus juta itu besar,Banglagian... Lagian kan,Abah... Lagian Abah kenapa? Lagian kenapa? Abang kan, Cuma anak tiri Abah.bukan anak kandung! Dengar Risma,kalau bukan karena Abah,Abang mungkin tidakbisa melanjutkan sekolah dan menjadiseperti sekarangAbang memang bukan anak kandung Abah.tapi bahkan jika tiap sen harta yang Abang punya diberikan ke Abang atau Ummi,Abang belum bisa membalas kebaikan mereka.paham itu? Abang nggak adil!teriak Risma semakin keras,kalau untuk keluarga Risma,Abang selalu berhitung. Dua ratus juta,Bang!semudah itu Abang memberikan ke Abah?dua ratus juta itu banyak bagi keluarga kita!Risma kembali berteriak. Asal kamu tahu Risma,Abang tak akan sanggupmenelan nasi sesuap pun kalau tahu Abah,Ummi,atau adik-adik Abang kesusahan di rumah mereka.Dengar itu.” (26-28)
b. Masalah percintaan “Kalau Zarika percaya dengan Ummi dan Abah,”kali ini Abah buka suara,jangan menikah kecuali Wisnu bersedia masuk Islam. Abah kira keluarganya jika taat akan berpikiran yang sama juga.jangan menikah jika harus berpindah agama.tetapi secara pribadi,Abah dan Ummi mohon Rika tidak pernah meninggalkan Islam,agar bisa menjadi tiket ke surga buat Abah dan Ummi.” (41) “Ummi nggak ridha, Zarikatidak akan pernah ridha! Hancur hati Ummi.
No Unsur Intrinsik Zarika menubruk ummi lalu memeluknya eratbeberapa waktu,ibu dan anak itu melebur air mata. Maafkan Rika,Mi ridha Ummi,ridhanya Allah..... Zarika takut. Jemari Ummi mengelus lembut kerudung anak gadisnyaberangsur kemarahan mereda. Zarika,jika kamu sudah menyakiti istrinya,mungkin dia tahu atau bisa membaca situasi. Datangi,mohon iklas dan maafnyauntuk Ummi,mau Rika melakukan itu? Zarika mengangguk kebaikan apapun akan dia lakukan untuk Ummidemi menebus kesalahan yang telah melukai perempuan terkasih itu.” (174)
4. Latar Latar Tempat
a. “Zubaidah terkesiap kaget,juga malu membayangkan Ziah,Mak Inah, dan pastinya juga Ummi yang baru pulang dari ceramah ikut mengeryitkkan alis melihat apa yang dilakukannya di cafe sederhana di pinggir jalan.” (17)
b. “Semuanya baru jelas ketika aku menemaninya rapat di sebuah cafe
sejak pukul lima soredialog berlangsung alottugas meyakinkan klien belum juga menemukan titik usai ketika waktu Magrib tiba.” (209)
c. “Karir gadis berjilbab yang penampilannya modern itu melesat pesat. Bertambah,tidak instan,tapi tahu-tahu sudah duduk di kursi direksi.” (37)
d. “Barangkali hidup kami berdua lambat laun semakin terasa sepi
bagi perempuan yang melahirkanku.terlebih setelah kesibukan di kantor yang bergerak di bidang advertisingsemakin menyita waktu,dan seolah merebut anak satu-satunya dari pandangannya.” (202)
e. “Zidan hafal betul kebiasaan Zubaidah menyenangkan laki-laki yang sedang didekatinyakakaknya itu memang paling royal kalau urusan cowok. Mulai mentraktir, membawanya ke salon gratisan karena milik adik sendiri atau apapun agar cowok disukai membalas perasaannya.” (58)
f. “Seperti mendapatkan ide baru Zubaidah berjalan cepat-cepat meninggalkan Zidan yang termangu di pelataran salon.” (65)
No Unsur Intrinsik g. “Kalau boleh, saya ambil lagi Bang. Besok sebelum Dzuhur, Ummi
mau ngisi pengajian di masjid daerah Kalideres. Doain rame”. (140)
h. “Zainal menyebutkan nama sebuah Masjid cukup besar di wilayah Jakarta Barat, sambil memasukkan tiga kotak sepatu titipan Bang Iyan ke dalam kantung plastik hitam agar tidak bercampur dengan barang–barang dagangannya.” (141)
Latar Waktu a. Pagi Hari
“Pagi-pagi, Zubaidah sudah mampir ke salonnya, berboncengan motor dengan cowok hitam manis yang dipanggil Mas Joko. (57) “Dini hari pukul tiga lewat tiga puluh menit. Tetes bening dari mata akhirnya jatuh.membasahi ujung sajadah tempat dia bersujudtujuh wajah berkelebat, lalu berputar mengisi ruang imajinasinya,makin lama makin cepatsetiap wajah membuat dadanya memompa air mata hingga mengalir lebih deras.” (104)
b. Siang Hari “Peristiwa di hadapannya sulit dipercaya.masih mungkinkah berharap ini cuma mimpi? Tetapi semua nyatasejelas cahaya matahari yang hampir tegak lurus di atas kepala.” (5) “Cerocos Mak Inah sambil menyapu halaman, saat siangnya gadis itu curhat ke perempuan tua yang tak pernah lepas dari kain batik.” (135)
c. Sore Hari “Zubaidah tersipu. Mengamati Mas Joko lebih cermat. Semoga lelaki yang wajah gantengnya telah menghipnotisnya sesoren ini, belum beristri, bisik Zubaidah dalam hati.” (15) “Seperti sore ini. Dua ratus juta itu nggak sedikit, lho, Aisyah. Kalimat kedua dari mulut Risma setelah sambutan. Khas : pasti ada keperluan, nih, makanya kemari.” (23)
No Unsur Intrinsik “Percakapan sore itu mengakhiri perang yang sebelumnya dikobarkan Zarika. Dia dan Ivan semakin dekat. Tidak ada kata cinta yang diumbar atau jadian! Gadis berwajah bulat telur itupun tak peduli jika hubungan mereka tak memiliki nama.” (115) “Semuanya baru jelas ketika aku menemaninya rapat di sebuah café sejak pukul lima sore.” (209)
d. Malam Hari “Suara salamnya kali ini tak mendapat sambutan tangan terkembang dari Ummi.perempuan setengah baya yang malam itu mengenakan daster batik dan jilbab sederhana, terus menatap tajam dengan sebersit kemarahan yang tersisa di wajah. Di sampingnya, Abah mengangguk kecil ke arah Zarika.” (120) “Semuanya baru jelas ketika aku menemaninya rapat di sebuah cafe sejak pukul lima sore. Dialog berlangsung alottugas meyakinkan klien belum juga menemukan titk usai ketika waktu magrib tiba. Aku terus melihat bergulirnya waktu lewat layar ponselberharap meeting kami segera selesai. Jika tidak, aku terpaksa berpamitan ke mushola, sebelum waktu sholat berakhir.” (209)
Latar Suasana a. Sedih
“Sejak kecil,Zubaidah bias melihat dialah itik buruk rupa dalam keluarga.satu –satunya di antara anak Ummi yang tidak cepat menangkap pelajaran, malah pernah tinggal kelas. Memecahkan rekor yang sebelumnya tak pernah dicatat saudara-saudaranya. Ketika tahun-tahun berlalu dan perbedaan yang ada semakin jelas,diam-diam perasaan sedih bercampur iri singgah di hati”. (11-12) “Allah,betapa ingin Zarika menangis. Menumpahkan semua keluh kesah seperti yang dulu biasa dilakukan sambil bersandar di bahu Ummi. Rindu dengan kalimat-kalimat mujarab Ummi yang mengganti setiap keresahan dengan kedamaia.” (32) “Tangis Zarika pecah.setiap anak bias menjadi tiket ke surga atau neraka bagi orang tuanya. Mana yang akan dia pilih?Semakin deras titik air jatuh di wajahnya yang putih bersih saat Ummi menyitir ayat Al-Qura’an sambil memeluknya erat.” (41)
No Unsur Intrinsik “Zainal mengangguk. Dalam hati menahan perih melihat pengertian istrinya. Enam tahun pernikahan,satu putra, dan satu lagi menjelang lahir. Hidupnya belum beranjak. Masih di sini- sini juga. Untunglah dia tak salah memilih istri. Mungkin ridha Ummi dan Abah juga saat lelaki itu menyododorkan nama untuk untuk mereka pinang.” (51) “Air mata tumpah membasahi daster panjang yang dikenakan Ummi. Setiap kita punya ujian masih-masing menuju ridha-Nya. Ummi dan Abah berdoa kamu tidak pernah berhenti berjuang menjalani takdirmu. Dan takdir itu adalah menjadi laki-laki,bukan yang lain.Ummi paham itu sulit. Setiap perjuangan untuk tetap berada di jalan surga memang tidak ada yang mudah. Kan Zidan tahu surga memang dikelilingi hal-hal yang tidak mengenakan. Kebalikannya neraka..” (60-61) “Abah memandangi istrinya yang melangkah keluar kamar. Sekarang ketika Ummi sedih bagaimana dia bisa menambahkan persoalan lain?” (97) “Apa yang dilakukan putrinya membuka kembali lembaran lama. Sakit hati perempuan yang tersisih. Yang tak lagi mendapatkan tatapan cinta dari suami. Luka sumber kelemahan hati yang berusaha disembuhkan dengan dzikir dan rangkaian ibadah. Sambil dalam hati berdoa, agar tak satupun dari keturunannya menorehkan derita yang sama kepada perempuan lain. Sebab persoalan ini akan membuka lorong kesedihan yang berpuluh tahun berusaha ditutup rapat-rapat.” (104) “Ummi dan air mata yang diam –diam tumpah di pipi setiap malam,ketika Bapak tak pernah pulang. Tetesan bening yang berusaha keras disembunyikan Ummi dari penglihatan anak-anak. Tetapi Aisyah menjadi saksi akan bentangan panjang sujud-sujud ibunya yang menyembunyikan sedu sedan dengan menempelkan wajah pada sajadah, agar Umar dan Aisyah tak terbangun. Tetapi suara isak yang tertahan dan bahu Ummi yang bergerak-gerak dalam guncangan kecil,menyampaikan getar luka begitu dalam.” (110) “Pertahanan gadis berkerudung itu kandas. Zarika menyerah. Tersedu-sedu di meja. Menangis cinta yang harus berakhir sebelum dimulai.” (115)
No Unsur Intrinsik b. Bahagia
“Zubaidah sendiri tak memedulikan profesi,tetapi tak bisa menyembunyikan kegembiraan jika bisa bersanding dengan lelaki tampan yang membanggakan.” (15)
“Dia bahagia menikah dengan seorang pekerja keras,sosok sederhana yang tak mendadak minta dihormati ketika di rumah. Lelaki yang senantiasa mengenakan kopiah itu selalu mendahulukan istri dan anaknya. Ketika Kak Zarika atau Bang Umar dating dan membawa sedikit oleh-oleh misalnya, dia akan memisahkan sepotong dua potong kue untuk keluarga kecilnya. Bahkan tanpa perlu Rini minta.” (52) “Sore tadi,anak gadisnya menelepon dengan suara dipenuhi keriangan. Setelah beberapa bulan sebagian cahaya di wajah cantiknya hilang akibat menanggung kesedihan berpisah dengan Ivan. Katanya,mohon doa Ummi, siapa tahu yang sekarang akan menjadi jodoh Zarika. Amin…Amin. Dia dan Abah akan berdoa sungguh-sungguh tentang ini.” ( 192-193)
c. Tegang “Tiba-tiba pandangan Ziah berhenti di satu kalimat,twit dari seseorang yang tidak dikenal. Tuti_ajah Tuti Tamborin. Anak gadis ustadzah Ummi Aminah merebut suami orang!.” (72-73)
“Suara salamnya kali ini tak mendapat sambutan tangan terkembang dari Ummi. Perempuan setengah baya yang malam itu mengenakan daster batik dan jilbab sedehana, terus menatap tajam dengan sebersit kemarahan yang tersisa di wajah. Di sampingnya, Abah mengangguk kecil kea rah Zarika. Benar apa yang ramai dibicarakan orang, Zarika?Ummi tak menunda. Pikir Zarika. Langsung ke inti persoalan. Zarika bisa menjelaskan, Ummi. Tidak seburuk itu. Ummi berdiri dari kursinya. Suaranya terdengar menahan emosi saat mengulang pertanyaan, sementara anak gadisnya tergugu beberapa detik hanya bisa diam. Jawab saja pertanyaan Ummi. Benar atau tidak.kalau fitnah berarti tidak ada yang perlu dipersoalkan.kecuali jika ternyata…Ummi menarik napas panjang,yang digunjingkan mereka itu benar.” (120)
No Unsur Intrinsik “Suara langkah-lngkah tegap,bergegas. Penjelasan bernada panik dari putranya yang sholih terdengar tak beraturan ditingkahi tarikan-tarikan bernada memerintah.” (150)
d. Sepi
“Suasana rumah Abah sepi. Ziah tadi hanya muncul sebentar bersama Zubaidah,katanya ada perlu ke ATM. Zainal sedang mengambil sepatu di Bogor sekalian mengajak istri dan anaknya jalan-jalan, kata Ummi. Jadi hanya mereka dan Mak Inah yang belum lama keluar dengan tiga cangkir teh manis dan sepiring singkong goreng.” (78) “Barangkali hidup kami berdua lambat laun semakin terasa sepi bagi perempuan yang melahirkanku. Terlebih setelah kesibukan di kantor yang bergerak di bidang advertising semakin menyita waktu, dan seolah merebut anak satu-satunya dari pandangannya.” (202)
5. Sudut Pandang “Dia tak pernah bisa menolak permintan dari perempuan paruh baya dengan raut wajah yang selalu menyiratkan ketulusan. Sembilan bulan lebih perempuan itu mengandung . Mustahil menghitung jasa yang sudah ditanamkan ke diri Aisyah hingga usia hampir empat puluh ini.” (21)
6. Bahasa a. Bahasa Kiasan
“Pagi tadi, semua cerah.Sama sekali tak ada pertanda awan gelap akan tiba-tiba membungkus hamparan biru yang menghiasi langit.” (7) “Ketika jawaban itu akhirnya berada dalam gengaman, kesiapan yang kubangun ternyata pecah berkeping- keping.Aku berlari,terbang menjauh seperti merpati yang sayapnya terluka.” (220)
b. Bahasa Asing “Zubaidah terkesiap kaget,juga malu membayangkan Ziah, Mak Inah, dan pastinya juga Ummi yang baru pulang dari ceramah ikut mengeryitkan alis melihat apa yang dilakukannya di cafe sederhana di pinggir jalan.” (17)
No Unsur Intrinsik “Zarika terdiam. Shock. Otak cerdasnya dengan cepat membalik logika yang disampaikan Herman.” (36) Barangkali hidup kami berdua lambat laun semakin terasa sepi bagi perempuan yang melahirkanku. Terlebih setelah kesibukan di kantor yang bergerak di bidang advertising semakin menyita waktu, dan seolah merebut anak satu-satunya dari pandanganya. Presentasi , meeting dengan client, mencari konsep paling tepat termasuk menemukan jargon yang mudah diingat, hingga kalah dengan biro tetangga.” (202)
7. Amanat
“Tapi jilbab itu identitas muslimah, sayang. Iya Idah. Menuruti orang tua nggak bakal rugi, kok!imbun salah satu kakaknya mendengar gerutan sang adik. Jilbab menjaga kita dari pandangan nakal lelaki tak bertanggung jawab!tutur abangnya, Zainal, yang ke mana-mana tak lepas kopiah.” (13) “Berangsur kubuka lagi catatan memori atas ridha Ummi: Tidak terlibat narkoba,tidak pernah dipenjara, muslim, dan menegakkan sholat. Alhamdulillah, semuanya terpenuhi. Hari-hariku kembali cerah. Aku jatuh cinta lagi.” (212-213)
KARTU PENCATAT DATA
No Nilai Moral 1. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri a. Menghargai waktu
“Pulang! Udah mau maghrib masih di rumah laki-laki. Cepetan pulang!” (138) “Aku terus melihat bergulirnya waktu lewat layar ponsel. Berharap meeting kami segera selesai.Jika tidak, aku terpaksa berpamitan ke mushola, sebelum waktu sholat berakhir”. (209)
b. Jujur “Berawal dari keributan pagi ini. Zubaidah yang emosi tidak terima tuduhan yang dialamatkan Ziah.Adiknya yang cerdas dan bermata lentik itu mencecarnya setelah berhari-hari memendam kerisauan sendiri. Enak aja Mas Joko masih single, kok. Nggak mungkin !buktinya… Apa buktinya?biar bodoh gini-gini aku tahu mana yang bujangan dan mana yang bajingan! Ssshhh! Aku nggak mungkin ngerebut suami oraaang! Mungkin saja Zarika , kan?” (92)
c. Tanggung jawab“Suaminya memang bukan orang berada, meski ibunya seorang daiyah terkenal. Orang luar mungkin sulit membayangkan kesederhanaan keluarga mereka, tetapi Zainal sudah sejak awal bersikap terbuka tentang ini dan Rini menerima. Bukan kemapanan harta yang dicari muslimah itu dari calon suaminya. Tapi tekad dan tanggung jawab, serta kesungguhan membimbing keluarga kecil mereka. (52) “Dia anak tertua di keluarga Ummi. Tulang punggung . Istrinya harus bisa memahami itu. Meski Abah dan Ummi tak pernah meminta,Umar merasa berkewajiban mengirimkan uang setiap bulan untuk biaya sekolah dan les adik-adiknya.” (79)
2. Hubungan Manusia dengan Manusia Lain a. Tolong menolong “Pliz ya, Zi, jangan bilang Ummi. Kakak butuh banget.
Pelan kepala Ziah mengangguk. Zubaidah tersenyum dan melompat-lompat kegirangan di tempat tidur sebelum meninggalkan kamar Ziah”. (71)
No Nilai Moral “Keheningan beberapa saat lalu kini berganti kepanikan. Abah dan Zidan pontang-panting untuk pertama kali kekompakan keduanya dibutuhkan. Mereka harus bergerak cepat. Abah memberi instruksi Zidan berlari ke kamar Rini untuk mengambil perlengkapan bayi, juga baju ganti ala kadarnya bagi kakak iparnya. Lalu memapah Rini yang terlihat begitu lemah ke dalam mobil. Saking panik, mereka nyaris melupakan Rizki yang tertidur pulas di kamar.” (169)
b. Dermawan “Ayah tirinya sosok sholih. Shalat berjama’ah di masjid tak pernah terlewat. Uang yang di peroleh dari usaha kos-kosan dan kontrakan yang dirintisnya, selain digunakan untuk keluarga,juga bersedekah ke sekitar mereka yang memerlukan uluran tangan..” (24)
c. Adil “Meski bukan anak kandung, Abah tak pernah membeda-bedakan Aisyah dan Bang Umar.semua dikasihi dan dicintai.Dari soal uang jajan,sekolah,sampai pakaian. Abah tak pilih kasih.” (24) “Seingatnya, selama ini dia sudah berusaha memberikan kebahagiaan dan kehidupan mewah kepada istrinya. Seandainya Risma menghitung apa yang dia miliki, dibandingkan dengan nilai yang telah diberikan suaminya kepada Abah, Ummi maupun adik-adik yang enam orang itu. Satu rumah yang mereka tempati saja angkanya sudah jauh melebihi.” (83)
d. Perduli “Tugas abang menjaga idah sebagai adik. Anak perempuan nggak baik nyamperin lelaki. Malu. Entar digosipin lagi di twitter kayak kak Zarika kemarin. (139) “Kupandangi Ryan kali kedua pertemuan kami. Postur tinggi tegap yang entah bagaimana mengulurkan payung saat aku membuka pintu taksi di hari berhujan. Padahal kami tidak saling kenal.” (217)
3. Hubungan Manusia dengan Tuhan-Nya a. Berdoa
“Sejak remaja, Zarika rutin melantunkan doa berkenaan dengan jodoh dan keturunan, seperti diajarkan Ummi.Robbana hablanamin azwajina wa dzuriyatina qurrota a’yun waj’alna lil muttaqiina imaama. Semoga Allah memberinya pendamping dan keturunan yang sholih,dan menjadi cahaya mata serta pemimpin orang-orang yang bertakwa.” (34-35)
No Nilai Moral “Ya Allah jadikanlah aku,anak-anakku, dan keluargaku termasuk dari golongan orang yang baik. Dan janganlah Engkau jadikan aku dan mereka dalam golongan orang yang jahat dan orang yang membuat mudharat. Berilah rezeki kepadaku dan kepada mereka berupa ilmu yang bermanfaat,akhlak yang baik, dan taufik untuk ketaatanku, juga pemahamaan para Nabi. Amin….” (127)
b. Ibadah “Ayah tirinya sosok sholih. Shalat berjama’ah di masjid tak pernah terlewat.” (24) “Sepekan melakukan Tahajud dan menenggelamkan diri dalam lautan huruf-huruf hijaiyah,Zarika akhirnya tahu keputusan apa yang harus disampaikan kepada Wisnu. Dia sudah memilih.” (41-42) “Ambil wudhu, shalat dan lapor sama Allah, Mi. Tiga puluh enam tahun pernikahan Berbagi kebahagiaan juga kesedihan. Kebersamaan mereka adalah sumber ketenangan yang menguatkan satu sama lain dalam melalui hari-hari yang kadang terasa begitu berat”. (96) “Abah dan Ummi terlihat lebih tenang setelah melakukan shalat Tahajud. Jari keduanya terus bergerak dalam dzikir.” (177) “Ummi Aminah masih menekuri sajadah.Lepas shalat malam, didirikannya shalat masing-masing satu rakaat bagi anak-anaknya.” (194) “Malam-malam Ummi lebih banyak dihiasi ibadah dan ibadah. Tak sendiri, Abah menemani. Mereka bergantian membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an sambil sesekali berpandangan.” (195)
c. Bersyukur “Alhamdulillah, segala sesuatunya cukup. Mak Inah yang sering bersama Ziah mendampingi Ummi ceramah,setiap memasak pasti memperhatikan menu yang disukai Rizki, hingga bocah lelaki itu selalu menghabiskan makannya. Tidak jarang Mak Inah membuat kue-kue kesukaan Rizki dengan uangnya sendiri. Perempuan itu sebatangkara. Anak dan cucu Ummi sudah dianggap seperti darah
No Nilai Moral dagingnya sendiri.” (48) “Dorongan untuk terjun ke lembah dosa begitu kuat. Alhamdulillah, sampai detik ini Zidan masih sanggup melawan hawa nafsu. Bukan disebabkan alasan agama seperti yang diceramahkan Zainal. Tetapi karena hatinya yang lembut tak sanggup membayangkan air mata Ummi menitik karena dia.” (62)
“Alhamdulilah, meski hanya mengiringi, Ziah berharap setiap langkahnya bisa ikut menambah catatan kebaikan disisi Allah. Dia tak keberatan kehilangan waktu untuk bertemu orang dan mencari jodoh, seperti yang sering dirisaukan Zubaidah. Lagipula keinginan untuk bersekolah tanpa memberatkan Ummi dan Abah, masih menjadi agenda utama yang mengisi mimpi-mimpinya, bukan urusan mencari suami.” (72)
“Satu istri itu amanah luar biasa.Apalagi bersama deretan anak.Anugerah dari Allah yang jika tidak disyukuri akan berat pertanggungjawabannya di akhirat nanti. Dan mensyukuri berarti menjaga,merawat, mendidik dan membimbing mereka. Membangun kelayakan demi kelayakan untuk sampai ke surge-Nya.” (91)
Lampiran 6
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Alamat : Jalan K.H.A Dahlan No. 3 Telepon/Fax (0275) 321494 PURWOREJO 54111
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Desi Lestiana W. NIM : 112110014 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul Skripsi : ANALISIS NILAI MORAL NOVEL ANTARA CINTA DAN RIDHA UMMI KARYA
ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Alamat : Jalan K.H.A Dahlan No. 3 Telepon/Fax (0275) 321494 PURWOREJO 54111
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Desi Lestiana W. NIM : 112110014 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul Skripsi : ANALISIS NILAI MORAL NOVEL ANTARA CINTA DAN RIDHA UMMI KARYA
ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Alamat : Jalan K.H.A Dahlan No. 3 Telepon/Fax (0275) 321494 PURWOREJO 54111
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Desi Lestiana W. NIM : 112110014 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul Skripsi : ANALISIS NILAI MORAL NOVEL ANTARA CINTA DAN RIDHA UMMI KARYA
ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Alamat : Jalan K.H.A Dahlan No. 3 Telepon/Fax (0275) 321494 PURWOREJO 54111
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Desi Lestiana W. NIM : 112110014 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul Skripsi : ANALISIS NILAI MORAL NOVEL ANTARA CINTA DAN RIDHA UMMI KARYA
ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA