ISI CRS yg br nich

29
1 BAB I PENDAHULUAN Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak yang ditemukan dalam kasus kedokteran forensik.Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran  pernafasan disebut asfiksia mekanik.Asfiksia jenis inilah yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Mengetahui gambaran asfiksia, khususnya pada postmortem serta keadaan apa saja yang dapat menyebabkan asfiks ia, khususnya asfiksia mekanik mempunyai arti penting terutama dikaitkan dengan proses  penyidikan. Dalam penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban y ang diduga karena peristiwa tindak pidana, seorang penyidik berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Seorang dokter sebagaimana pasal 179 KUHAP wajib memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan di bidang keahliannya demi keadilan.Untuk itu, sudah selayaknya seorang dokter perlu mengetahui dengan seksama perihal ilmu forensik, salah satunya asfiksia. Makalah ini secara gari s besar akan membahas mengenai asfiksia, khususnya asfiksia mekanik.

Transcript of ISI CRS yg br nich

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 1/29

1

BAB I

PENDAHULUAN

Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak yang ditemukan dalam kasus

kedokteran forensik.Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran

 pernafasan disebut asfiksia mekanik.Asfiksia jenis inilah yang paling sering dijumpai dalam

kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Mengetahui gambaran asfiksia,

khususnya pada postmortem serta keadaan apa saja yang dapat menyebabkan asfiksia,

khususnya asfiksia mekanik mempunyai arti penting terutama dikaitkan dengan proses

 penyidikan.

Dalam penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban yang diduga

karena peristiwa tindak pidana, seorang penyidik berwenang mengajukan permintaan keterangan

ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Seorang dokter

sebagaimana pasal 179 KUHAP wajib memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang

sebenarnya menurut pengetahuan di bidang keahliannya demi keadilan.Untuk itu, sudah

selayaknya seorang dokter perlu mengetahui dengan seksama perihal ilmu forensik, salah

satunya asfiksia. Makalah ini secara garis besar akan membahas mengenai asfiksia, khususnya

asfiksia mekanik.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 2/29

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Kata Asphyxia berasal dari Yunani yaitu terdiri dari “a” yang berarti “tidak” dan “sphinx”

yang artinya “nadi”  jadi secara harfiah, asfiksia diartikan sebagai berhentinya denyut nadi.

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara

 pernafasan, yang mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan

 peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea) dengan organ tubuh mengalami kekurangan oksigen

(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Setiap kematian sebenarnya adalah asfiksia, tetapi pada

 patologi forensic, asfiksia merupakan terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida

dalam tubuh. Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang

memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik).

2.2. Etiologi

Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:

1.  Penyebab alamiah, misalnya:

-  Penyakit yang menyumbat saluran pernafasan.

-  Gangguan pergerakan paru –  paru.

2.  Penyebab mekanik atau trauma disebut asfiksia mekanik:

-  Trauma yang mengakibatkan hambatan dalam bernafas

-  Sumbatan atau halangan pada saluran nafas.

3.  Keracunan. Misalnya barbiturate dan narkotika

Penyebab Asfiksia Mekanik:

a.  Penutupan lubang saluran nafas bagian atas:

-  Pembekapan (Smothering )

-  Penyumbatan (Gagging and Choking )

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 3/29

3

 b.  Penekanan terhadap dinding saluran pernafasan:

-  Penjeratan (Strangulation)

-  Pencekikan ( Manual Strangulation, throttling )

-  Gantung ( Hanging )

c.  Penekanan dari luar pada dinding dada (Traumatic Asphyxia)

2.3. Patofisiologi

Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua golongan :

1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)

Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari asfiksia. Sel-

sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan O2. Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan

lebih banyak O2, dengan demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen.

Perubahan karakteristik yang terlihat pada sel-sel serebrum, serebelum dan ganglia basalis.

Disini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sehingga pada organ tubuh

yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan

O2 langsung atau primer tidak jelas.

2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)

Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah dengan

mempertinggi output nya, akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi. Karena oksigen dalam

darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung maka terjadi gagal jantung dan

kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini didapati pada :

a.  Penutupan mulut dan hidung (pembekapan)

 b.  Obstruksi jalan nafas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan korpus

alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena cairan menghalangi udara

masuk ke paru - paru.

c.  Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (traumatic asphyxia) 

d.  Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan, misalnya

 pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 4/29

4

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 fase,

yaitu :

1. Fase dispnoe

Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan

merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitude dan frekuensi

 pernafasan akan meningkat. Nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda -

tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.

2. Fase konvulsi

Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat

sehingga terjadi konvulsi ( kejang ), yang mula - mula berupa kejang klonik tetap kemudian

menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul episode opistotonik. Pupil mengalami dilatasi,

denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis

 pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.

3. Fase apnoe

Depresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan dapat berhenti.

Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin

dan tinja.

4. Fase akhir

Terjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah kontraksi

otomatis otot pernafasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah

 pernafasan berhenti.

2.4. Tanda Kardinal Asfiksia

Selama beberapa tahun dilakukan autopsy untuk mendiagnosis kematian akibat asfiksia, telah

ditetapkan beberapa tanda klasik (Knight, 1996), yaitu:

1.  Tardieu’s spot (Petechial Hemorrages)

Tardieus’s spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang menyebabkan

overdistensi dan rupturnya dinding prefer vena terutama pada jaringan longgar seperti

kelopak mata, bawah kulit dahi, kulit bagian belakang telinga, sirkum oral skin,

konjungtiva, dan sclera mata.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 5/29

5

Selain itu juga bisa terdapat di permukaan jantung, paru, dan otak. Bisa juga terdapat

dilapisan visceral dari pleura, pericardium, peritoneum, timus, mukosa larding dan faring,

dan jarang pada mesenterium dan intestinum.

2.  Kongesti dan Oedema

Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptechiae. Kongesti

adalah terbendungnya pembuluh darah vena sehingga terjadi akumulasi darah dalam

organ yang mengakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. Pada

kondisi vena yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravascular

(tekanan yang mendorong darah mengalir didalam vascular oleh kerja pompa jantung)

menibulkan perembesan cairan plasma kedalam ruang insterstitium. Cairan plasma ini

akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema).

3.  Sianosis

Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang terjadi

akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yangt idak berikatan dengan O2). Ini

tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram hemoglobin per 100 ml

darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti, terlepas dari jumlah total

hemoglobin. Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher, sianosis hampir

selalu diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah vena yang kandungan

hemoglobinnya berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan

menjadi lebih biru karena akumulasi darah.

4.  Tetap cairnya darah

Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. Gambaran tentang tetap cairnya

darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia adalah bagian

dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan sistem vena setelah

kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti akhirnya pencairan bekuan

tersebut diakibatkan oleh enzim fibrinolitik. Hal ini tidak relevan dalam diagnosisasfiksia.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 6/29

6

2.5. Tanda Khusus Asfiksia

Didapati sesuai dengan jenis asfiksia (Amir, 2007), yaitu:

1.  Pada pembekapan, kelainan terdapat disekitar lobang hidung dan mulut. Dapat berupa

luka memar atau lecet. Perhatikan bagian di belakang bibir luka akibat penekanan pada

gigi, begitu pula di belakang kepala atau tengkuk akibat penekanan. Biasanya korban

anak-anak atau orang yang tidak berdaya. Bila dilakukan dengan bahan halus, kadang-

kadang sulit mendapatkan tanda-tanda kekerasan.

2.  Mati tergantung. Kematian terjadi akibat tekanan di leher oleh pengaruh berat badan

sendiri. Kesannya lehernya sedikit memanjang, dengan bekas jeratan di leher. Ada garis

ludah di pinggir salah satu sudut mulut. Bila korban cukup lama tergantung, maka lebam

mayat didapati di kedua kaki dan tangan. Namun bila segera diturunkan maka lebam

mayat akan didapati pada bagian terendah tubuh. Maka korban lebuh sering pucat, karena

 peristiwa kematian berlangsung cepat, tidak sempat terjadi proses pembendungan. Pada

 pembukaaan kulit di daerah leher, didapati resapan darah di lokasi jeratan, demikan juga

di pangkal tenggorokan dan oesofagus. Tanda tanda pembendungan seperti pada keadaan

asfiksia yang lain juga di dapati. Yang khas disisni adalah adanya resapan darah berupa

garis yang letaknya melintang pada tunika intima dari arteri karotis interna, sejajar

dengan tekanan tali pada leher.

Tanda tanda di atas tidak didapati pada korban yang digantung setelah mati, kecuali bila

dibunuh dengan cara asfiksia. Namun tanda tanda di leher tetap menjadi petunjuk yang

 baik.

2.6. Pemeriksaan Jenazah

a. Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997):

1.  Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.

2.  Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda

klasik pada kematian akibat asfiksia.

3.  Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam

mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam

darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 7/29

7

4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas

 pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas.

Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang

kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler. Kapiler yang lebih mudah

 pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi,

 palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit wajah.

5.  Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva

 bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam

 pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia

dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan

 pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan yang dinamakan sebagai Tardieu’s spot.

Penulis lain mengatakan bahwa Tardieu’s spot ini timbul karena permeabilitas kapiler

yang meningkat akibat hipoksia.

 b. Pada pemeriksaan dalam jenazah dapat ditemukan (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997):

1.  Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat

 paska kematian.

2.  Busa halus di dalam saluran pernapasan.

3.  Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,

 berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.

4.  Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang

 jantung belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus

 bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama

daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.

5.  Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.

6.  Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung

atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus

vena submukosa dengan dinding tipis).

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 8/29

8

2.7. Penyebab Asfiksia Mekanik

2.7.1. Pembekapan

Pembekapan adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan

udara ke paru –  paru. Pembekapan menimbulkan kematian akibat asfiksia.

Cara kematian yang berkaitan dengan pembekapan dapat berupa:

1.  Bunuh diri (Suicide). Bunuh diri dengan cara pemebekapan masih mungkin terjadi

misalnya pada penderita penyakit jiwa, orang tahanan dengan menggunakan gulungan

kasur, bantal, pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut.

2.  Kecelakaan ( Accidental Smothering ). Kecelakaan dapat terjadi, misalnya pada bayi

dalam bulan - bulan pertama kehidupannya, terutama bila hidung dan mulut tertutup oleh

 bantal atau selimut. Anak –  anak atau dewasa muda yang terkurung dalam suatu tempat

yang sempit dengan sedikit udara, misalnya terbekap atau dalam kantung plastic. Orang

dewasa yang terjatuh waktu bekerja atau pada penderita epilepsi yang mendapat serangan

dan terjatuh sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir dan sebagainya.

3.  Pembunuhan ( Homicidal Smothering ). Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak

sendiri. Pada orang dewasa hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orang

tua, orang sakit berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras.

Pemeriksaan Jenazah

Bila pembekapan terjadi oleh benda benda lunak, maka pada pemeriksaan luar dari jenazah

tidak ditemukan tanda- tanda kekerasan. Tanda - tanda kekerasan tergantung dari jenis benda

yang di gunakan dan kekuatan menekan. Kekerasan yang mungkin terdapat adalah:

a.  Luka lecet, luka lecet bekas kuku, luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi, dan dagu

yaitu berupa luka lecet tekan atau geser akibat korban melawan.

 b.  Pada bagian dalam bibir ( akibat gigi ) gusi dan lidah dapat terjadi luka memar atau lecet

c.  Pada bagain belakang korban mungkin juga didapatkan tanda tanda kekerasan berupa

luka memar atau lecet akibat gesekan.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 9/29

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 10/29

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 11/29

11

2.7.4  Penjeratan (strangulation)

Terjadi akibat penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat, kabel dan lain

lain. Berikut ini sebab kematian pada kasus penjeratan:

a.  Asfiksia

 b.  Iskemia

c.  Vaso vagal reflex, perangsangan reseptor pada carotid body.

Jerat

Jerat masih dapat ditemukan melingkari leher saat korban ditemukan dan jerat harus

disimpan untuk bahan bukti. Simpul jerat ada dua macam: simpul hidup dan simpul mati.

Jejas jerat

Jejas jerat ditemukan mendatar dan melingkari leher dan letaknya lebih rendah

dibandingkan jejas jerat pada kasus bunuh diri. Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi

 bila jerat yang dipakai lunak dan lebar seperti handuk, kain dan lain lain, jejas akibat jerat ini

dapat tidak ditemukan dan pada otot  –   otot leher sebelah dalam sedikit ditemukan memar

 jaringan. Bila jerat kasar seperti tali, dan tali bergesek  –   gesek pada waktu korban melawan,

maka jejas jerat tampak jelas di kulit berupa kulit yang mencekung berwarna cokelat, perabaan

seperti kertas perkamen, tali yang kasar menyebabkan luka  –   luka lecet yang hebat dengan

disertai perdarahan. Pada otot –  otot sebelah dalam terdapat banyak resapan darah.

Cara kematian:

1.  Bunuh diri

-  Jarang dan menyulitkan diagnosis

-  Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban

-  Simpul hidup

2.  Pembunuhan

-  Ikatan biasanya dengan simpul mati

-  Sering terlihat bekas luka pada leher

3.  Kecelakaan

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 12/29

12

-  Orang bekerja dengan menggunakan selendang yang dililitkan pada leher, salah satu

ujungnya masuk mesin.

2.7.5  Gantung (Hanging)

Mati gantung (hanging ) merupakan suatu bentuk kematian akibat pencekikan dengan alat jerat,

di mana gaya yang bekerja pada leher berasal dari hambatan gravitasi dari berat tubuh atau

 bagian tubuh (Knight, 1996).

Ada 6 penyebab kematian pada penggantungan (Modi,1988), yaitu:

a. Asfiksia

Merupakan penyebab kematian yang tersering. Alat penjerat biasanya berada di atas tulang

rawan tiroid yang menyebabkan penekanan pada leher, sehingga saluran pernafasan menjadi

tersumbat.

 b. Kongesti Vena

Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi penekanan pada vena

 jugularis oleh alat penjerat sehingga sirkulasi serebral menjadi terhambat.

c. Kombinasi Asfiksia dan Kongesti Vena

Merupakan penyebab kematian yang paling umum, seperi pada kebanyakan kasus dimana

saluran napas tidak seluruhnya dihalangi oleh penjerat yang berada di sekitar leher.

d. Iskemik Otak (anoxia)

Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang berperan dalam menyuplai darah

ke otak, umunya pada arteri karotis dan arteri vertebralis.

e. Syok Vagal

Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan pada refleks vaso-

vagal secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena adanya tekanan pada saraf vagus atau sinus

karotid.

f. Fraktur atau Dislokasi dari Verterbra Servikal 2 dan 3

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 13/29

13

Biasanya terjadi pada kasus judicial hanging , hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 m

oleh berat badan korban dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi dari vertebra servikalis

yang selanjutnya dapat menekan atau merobek spinal cord sehingga terjadi kematian yang

tiba-tiba.

Jenis Penggantungan

a. Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi 2 tipe (Amir, 2008), yaitu:

1. Tergantung Total (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di atas lantai.

2. Setengah Tergantung ( partial ), dimana tidak seluruh bagian tubuh tergantung,

misalnya pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut, dalam posisi telungkup dan

 posisi lain.

 b. Dari letak jeratan dibedakan menjadi 2 tipe (Amir, 2008), yaitu:

1. Tipikal, dimana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris di samping

leher dan di bagian depan leher di atas jakun. Tekanan pada saluran nafas dan arteri

karotis paling besar pada tipe ini.

2. Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring

(fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri

vetebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar.

Pemeriksaan Jenazah

a. Pemeriksaan Luar

Pada pemeriksaan luar penting diperiksa bekas jeratan di leher (Amir,2008), yaitu:

1. Bekas jeratan (ligature mark ) berparit, bentuk oblik seperti V terbalik, tidak

 bersambung, terletak di bagian atas leher, berwarna kecoklatan, kering seperti kertas

 perkamen, kadang-kadang disertai luka lecet dan vesikel kecil di pinggir jeratan. Bila

lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit akan terlihat lebih gelap karena

adanya lebam mayat.

2. Kita dapat memastikan letak simpul dengan menelusuri jejas jeratan. Simpul terletak

di bagian yang tidak ada jejas jeratan, kadang di dapati juga jejas tekanan simpul di kulit.

Bila bahan penggantung kecil dan keras (seperti kawat), maka jejas jeratan tampak

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 14/29

14

dalam, sebaliknya bila bahan lembut dan lebar (seperti selendang), maka jejas jeratan

tidak begitu jelas.

3. Leher bisa didapati sedikit memanjang karena lama tergantung, bila segera diturunkan

tanda memanjang ini tidak ada. Muka pucat atau bisa sembab, bintik perdarahan

Tardieu’s spot tidak begitu jelas, lidah terjulur dan kadang tergigit, tetesan saliva

dipinggir salah satu sudut mulut, sianose, kadang-kadang ada tetesan urin, feses dan

sperma.

4. Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati di kaki dan tangan

 bagian bawah. Bila segera diturunkan, lebam mayat bisa di dapati di bagian depan atau

 belakng tubuh sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan. Kadang penis tampak

ereksi akibat terkumpulnya darah.

 b. Pemeriksaan Dalam

Pada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan (Amir, 2008):

1. Jaringan otot setentang jeratan didapati hematom, saluran pernafasan congested ,

demikian juga paru- paru dan organ dalam lainnya. Terdapat Tardieu’s spot di permukaan

 paru-paru, jantung dan otak. Darah berwarna gelap dan encer

2. Patah tulang lidah (os hyoid ) sering didapati, sedangkan tulang rawan yang lain jarang

3.  Didapati adanya robekan melintang berupa garis berwarna merah (red line) pada

tunika intima dari arteri karotis interna.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 15/29

15

Alat Penjerat; Pemeriksaan Korban

Pembunuhan Bunuh Diri

Alat Penjerat:

3  Simpul

4  Lilitan

5  Arah

6  Jarak titik tumpu dan

simpul

7  Mati

8  Hanya sekali

9  Mendatar

10  Pendek

11  Hidup

12  Berulang Kali

13  Serong ke atas

14  Jauh

Korban:

15  Jejas Jerat

16  Luka perlawanan

17  Luka –  luka lain

18  Jarak dengan lantai

19  Berjalan mendatar

20  Ada

21  Ada (sering pada

leher)

22  Jauh

23  Meninggi di bagian

simpul

24  Tidak ada

25  Biasanya tidak ada

26  Dekat

Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Pembunuhan Bunuh Diri

Lokasi Variabel Tersembunyi

Kondisi Tak teratur Teratur

Pakaian Tak teratur (robek) 15apid an baik

Alat Berasal dari

 pembunuh

Alat yang ada di

TKP

Surat Peninggalan Tidak Ada Ada

Ruangan Tak teratur; terkuncidi luar

Terkunci dari dalam

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 16/29

16

BAB II

LAPORAN KASUS

Padang, 25 Agustus 2012

PROJUSTITIA

 VISUM ET REPERTUM

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Rika Susanti, dokter

spesialis forensik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M.Djamil

Padang, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari KepalaKepolisian Sektor Koto Baru , tertanggal Agustus tahun dua ribu

dua belas dengan nomor R/ 02/ VIII/ 2012 /Polsek, maka pada

tanggal dua puluh lima Agustus dua ribu dua belas pukul tujuh

lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia Bagian Barat bertempat di

Bagian Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang,

telah dilakukan pemeriksaaan luar dan dalam atas jenazah dengan

keterangan sebagai berikut :-----------------------------------

Nama : Suwarni.----------------------------------

Jenis kelamin : Perempuan.--------------------------------

Umur : + 45 tahun. ------------------------------

Agama : Islam.------------------------------------

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga. ------------------------

Alamat : Jorong Banjar Makmur Nagari Sungai Langkok

Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya.-----

HASIL PEMERIKSAAN:----------------------------------------------

1.  Label : tidak ada.-----------------------------------------

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 17/29

17

2.  Tutup / bungkus mayat :------------------------------------

a.  Mayat berada didalam sebuah kantong jenazah berwarna

kuning dengan tulisan Departemen Kesehatan RI, ukuran dua

ratus lima belas sentimeter kali sembilan puluh tujuh

sentimeter.---------------------------------------------

b.  Penutup pertama sehelai kain panjang berwarna cokelat

berbahan katun dengan motif batik cokelat dengan bunga

merah hijau, ukuran dua ratus dua puluh delapan sentimeter

kali seratus sentimeter dan terdapat noda darah.----------

3.  Perhiasan mayat :tidak ada.---------------------------------4.  Pakaiaan mayat :--------------------------------------------

a. Satu buah baju lengan panjang berbahan katun, berwarna

abu-abu bermotif bunga – bunga bordir berwarna abu-abu ,

terdapat saku pada bagian samping bawah kiri dan kanan

yang kosong, ukuran baju L, merk baju tidak ada, pada

punggung baju terdapat tanah yang menempel.---------------

b. Pakaian dalam (bra) berwarna merah salam , bahan kaos,

ukuran nomor tiga puluh delapan dan merek sport lutty.----

5.  Benda di samping mayat: ------------------------------------a.  Satu buah jilbab sorong, bahan kaos, warna coklat, motif

bunga pada bagian depan, ukuran dan merk tidak ada.------

b.  Satu buah anak jilbab, bahan kaos, warna hitam, merek danukuran tidak ada.----------------------------------------

6.  Kaku mayat: kaku mayat terdapat pada kedua siku dan kedua

lutut ,mudah dilawan. Pada jari dan pergelangan kaki serta

jari tangan kaku mayat sulit dilawan--------------------------

Lebam mayat: terdapat pada daerah punggung, berwarna merah

keunguan, tidak hilang pada penekanan.----------------------

7.  Mayat adalah seorang perempuan, berumur antara empat puluh

tahun sampai empat puluh lima tahun, ras mongoloid, kulit

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 18/29

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 19/29

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 20/29

20

- dua sentimeter dari GPD, sepuluh sentimeter di bawah

liang telinga kiri, berukuran dua belas sentimeter kali

satu sentimeter.----------------------------------------

- lima sentimeter dari GPD, satu koma lima sentimeter daripuncak bahu kiri, berukuran lima sentimeter kali dua

sentimeter.---------------------------------------------

- tujuh sentimeter dari GPD, hingga puncak bahu kiri,

berukuran Sembilan sentimeter kali satu sentimeter.------

- sebelas sentimeter dari GPD, hingga puncak bahu kiri,

berukuran enam sentimeter nol koma lima sentimeter.-------

d. Pada lengan kiri bagian bawah sisi luar, tujuh

sentimeter dari lipat siku, terdapat beberapa luka lecet

dengan tepi tidak rata. Ukuran terbesar tiga sentimeter

kali tiga sentimeter dan ukuran terkecil satu millimeter

kali satu milimeter. Meliputi area seluas dua puluh

sentimeter kali enam sentimeter. -------------------------

e. Pada punggung bawah, tepat pada garis pertengahanbelakang, dua puluh sentimeter di atas lipat bokong,

terdapat beberapa luka lecet dengan tepi tidak rata dengan

ukuran terbesar satu koma lima sentimeter kali satu koma

lima sentimeter dan ukuran terkecil nol koma lima

sentimeter kali nol koma dua sentimeter. Meliputi area

seluas tiga belas sentimeter kali lima sentimeter.--------

f. Pada pinggang belakang sebelah kanan, tiga sentimeterdari garis pertengahan belakang, tiga belas koma lima

sentimeter dari lipat bokong, terdapat beberapa luka lecet

dengan tepi tidak rata, dengan ukuran terbesar empat

sentimeter kali satu sentimeter dan ukuran terkecil nol

koma satu sentimeter kali nol koma satu sentimeter.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 21/29

21

Meliputi area seluas enam belas sentimeter kali empat

sentimeter.----------------------------------------------

g. Tepat pada lipat lutut kiri, terdapat beberapa luka

lecet dengan tepi tidak rata. Ukuran terbesar enamsentimeter kali dua sentimeter dan ukuran terkecil nol

koma satu sentimeter nol koma satu sentimeter. Meliputi

area seluas sembilan sentimeter kali tujuh sentimeter.----

h. Tepat pada lipat lutut kanan sampai tungkai bawah dua

puluh satu sentimeter dari pergelangan kaki, terdapat

beberapa luka lecet dengan dengan tepi tidak rata. Ukuran

terbesar tujuh sentimeter kali dua koma lima sentimeterdan ukuran terkecil satu sentimeter kali satu sentimeter.

Meliputi area seluas dua belas sentimeter kali enam

sentimeter.---------------------------------------------

i. Pada tungkai bawah kanan sisi luar, dua puluh sentimeter

dari pergelangan kaki, terdapat beberapa luka lecet dengan

tepi tidak rata. Ukuran terbesar tujuh sentimeter kali

empat sentimeter dan ukuran terkecil nol koma limasentimeter kali nol koma tiga sentimeter. Meliputi area

seluas sembilan belas sentimeter kali empat sentimeter.---

j. Pada tungkai kiri bawah sisi luar, dua sentimeter dari

pergelangan kaki, terdapat beberapa luka lecet dengan tepi

tidak rata. Ukuran terbesar satu koma lima sentimeter kali

nol koma delapan sentimeter dan ukuran terkecil nol koma

tiga sentimeter kali nol koma tiga sentimeter. Meliputiarea seluas delapan sentimeter kali enam sentimeter.-----

k. Pada tungkai kanan bawah sisi luar, empat sentimeter

dari pergelangan kaki, terdapat dua luka lecet dengan tepi

tidak rata. Dengan ukuran masing - masing satu koma lima

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 22/29

22

sentimeter kali satu sentimeter dan satu koma lima

sentimeter kali satu sentimeter. Meliputi area seluas tiga

sentimeter kali dua sentimeter.-------------------------

l. Tepat pada pergelangan kaki kanan sisi luar terdapatluka lecet dengan tepi tidak rata. Ukuran satu koma lima

sentimeter kali satu koma lima sentimeter.----------------

15.  Patah tulang : Tidak ada.---------------------------------

16.  Lain-lain :-----------------------------------------------

a. Kain kasa berwarna putih, ukuran lima puluh kali delapansentimeter sebagai pengikat ibu kaki.--------------------

b. Kain kasa berwarna putih, ukuran enam puluh tujuhsentimeter kali enam sentimeter sebagai pengikat

pergelangan tangan.---------------------------------------

c. Kain kasa berwarna putih, ukuran lima puluh enam

sentimeter kali enam sentimeter sebagai pengikat

pergelangan kaki.-----------------------------------------

II. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)---------------------------

15.  Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna

kuning kecoklatan, tebal daerah dada dua puluh millimeter,

dan daerah perut lima puluh millimeter. Otot - otot

berwarna merah tua dan cukup tebal. ----------------------

16.  Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga ke lima

dan yang kiri setinggi sela iga ke enam.-------------------

17.  Tulang dada utuh dan iga– iga utuh.-----------------------

18.  Dalam rongga dada kanan dan kiri tidak terdapat apa – apa.

Kandung jantung tampak empat jari diantara kedua paru

berisi cairan berwarna kekuningan sebanyak dua ratus

sentimeter kubik.-----------------------------------------

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 23/29

23

19.  Jaringan ikat bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak

ada kelainan.----------------------------------------------

20.  Selaput dinding perut tampak licin warna kelabu. Otot

dinding perut berwarna merah tua. Dalam rongga perut tidak

terdapat darah maupun cairan.------------------------------

21.  Lidah berwarna kelabu, perabaan kenyal, tidak terdapat

bekas tergigit maupun resapan darah. Kelenjar gondok

berwarna coklat merah, tidak membesar dan penampangnya

tidak menunjukkan kelainan, berat dua puluh gram.---------

22.  Batang tenggorok dan cabangnya kosong. Selaput lendirnya

berwarna kemerahan dan terdapat bintik – bintik perdarahan

di bagian depan.-------------------------------------------

23.  Kerongkongan kosong, selaput lendirnya berwarna kemerahan

dan tidak ada bintik perdarahan.---------------------------

24.  Jantung tampak sebesar satu kali tinju kanan mayat,

berwarna merah keunguan, perabaan kenyal, terdapat bintik

perdarahan. Ukuran lingkaran katub serambi kanan sepuluh

sentimeter, kiri sembilan sentimeter, pembuluh nadi paru

enam sentimeter dan batang nadi enam koma dua sentimeter.

Tebal otot bilik kanan empat millimeter dab kiri dua belas

millimeter. Pembuluh nadi jantung tidak tersumbat. Sekat

jantung tidak ada kelainan, berat dua ratus lima puluh

gram.------------------------------------------------------

25.  Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna merah

kehitaman, perabaan seperti spons, penampang berwarna merah

kehitaman, pada irisan keluar sedikit darah dan busa, berat

empat ratus dua puluh gram.-------------------------------

Paru kiri terdiri atas dua baga, berwarna merah kehitaman,

perabaan seperti spons, penampang berwarna merah kehitaman,

pada irisan keluar sedikit darah dan busa, berat tiga ratus

sembilan puluh gram.--------------------------------------

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 24/29

24

26.  Limpa berwarna merah tua, permukaan licin, perabaan kenyal

padat, penampang berwarna merah tua, gambaran limpa pada

penekanan keluar cairan merah kehitaman, berat seratus

gram.-----------------------------------------------------

27.  Hati berwarna merah tua, permukaan rata, tepi tajam,

perabaan kenyal padat, penampang berwarna merah kehitaman,

gambaran hati tampak jelas, berat seribu tiga ratus gram. —  

28.  Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat. Selaput

lendirnya berwarna hijau seperti beludru. Saluran empedu

menunjukkan penyumbatan oleh batu sebesar kelereng berwarna

hijau kehitaman.-------------------------------------------

29.  Kelenjar liur perut berwarna putih kekuningan, permukaan

berbaga-baga dan penampangnya berwarna kekuningan, gambaran

kelenjar tidak menunjukkan kelainan, berat delapan puluh

lima gram.------------------------------------------------

30.  Lambung berisi cairan berwarna merah kehitaman. Selaput

lendirnya berwarna coklat dan menunjukkan lipatan yang

biasa, tidak terdapat kelainan.----------------------------

Usus dua belas jari, usus halus, dan usus besar tidak

menunjukkan kelainan.--------------------------------------

31.  Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapesium, berwarna

kekuningan, penampang berwarna kekuningan, berat tidak

ditimabang.------------------------------------------------

Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, berwarna

kekuningan, penampang berwarna kekuningan, berat tidak

ditimbang.-------------------------------------------------

32.  Ginjal kanan simpai lemak tipis, simpai ginjal tampak rata

dan licin, permukaan ginjal licin tidak terdapat

perdarahan, berwarna merah kehitaman, penampang berwarna

merah kehitaman, gambaran ginjal jelas, piala ginjal

terdapat perdarahan, berat seratus sepuluh gram.-----------

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 25/29

25

Ginjal kiri simpai lemak tipis, simpai ginjal tampak rata

dan licin, permukaan ginjal licin tidak terdapat

perdarahan, berwarna merah kehitaman, penampang berwarna

merah kehitaman, gambaran ginjal jelas, piala ginjal

terdapat perdarahan, berat seratus sepuluh gram.-----------

33.  Kandung kemih berisi cairan berwarna kekuningan dan selaput

lendirnya seperti beludru , tidak menunjukkan kelainan.---

34.  Indung telur kanan berukuran lima sentimeter kali tigs

sentimeter dan indung telur kiri berukuran lima sentimeter

kali tiga sentimeter, tidak terdapat kelainan.------------

Rahim berukuran tujuh sentimeter kali enam sentimeter kali

satu koma lima sentimeter, tidak ada selaput dara dan isi

tidak ada. Berat rahim dan indung telur Sembilan pulh lima

gram.------------------------------------------------------

35.  Kulit kepala bagian dalam tidak terdapat tanda –  tanda

kekerasan. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak utuh.

Selaput lunak otak utuh. Permukaan otak besar menunjukkan

gambaran lekuk otak yang biasa, tidak terdapat perdarahan.

Penampang otak besar tidak menunjukkan kelainan. Otak

kecil, batang otak, dan bilik otak tidak menunjukkan

perdarahan baik pada permukaan maupun penampangnya, berat

seribu seratus gram.--------------------------------------

36.  Pemeriksaan Laboratorium :

-  Histologi Forensik.-------------------------------------

Pada pemeriksaan swab vagina tidak ditemukan cairan mani

dan sel – sel sperma.---------------------------------

Kesimpulan:-----------------------------------------------------

Pada pemeriksaan mayat perempuan berusia kurang lebih empat

puluh sampai empat puluh lima tahun, ras mongoloid. Pada

pemeriksaan luar ditemukan luka lecet di leher, puncak hidung

kanan, lengan bawah kiri, punggung bawah, pinggang belakang

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 26/29

26

sebelah kanan, lipat lutut kiri dan kanan, tungkai bawah kanan,

dan pergelangan kaki kanan akibat kekerasan tumpul.-------------

Pada pemeriksaan dalam organ ditemukan tanda –  tanda mati

lemas.----------------------------------------------------------

Penyebab kematian pada korban adalah kekerasan tumpul pada leher

yang menybabkab mati lemas.------------------------------------

Perkiraan saat kematian dua belas jam sampai dua puluh empat jam

sebelum pemeriksaan.-------------------------------------------

Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya

dengan menggunakan keilmuan yang sebaik–  baiknya, mengingat

sumpah sesuai dengan Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana.--

Padang, 25 Agustus 2012

a.n. Dirut RSUP DR. M. Djamil Padang

Dokter yang memeriksa,

Dr.Rika Susanti, Sp.F

NIP.19760731200212200

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 27/29

27

BAB IV

DISKUSI

Tanda –  tanda kematian yang ditemukan pada korban ini adalah :

1.  Lebam mayat (livor mortis)

Pada korban ini ditemukan lebam mayat pada bagian punggung yang tidak hilang dengan

 penekanan, menandakan bahwa perkiraan waktu kematian korban lebih dari 12 jam pada

saat pemeriksaan. Lebam ini berwarna merah keunguan gelap yang sesuai dengan kasus

asfiksia.

2.  Kaku mayat (rigor mortis)

Kaku mayat terdapat pada kedua siku dan kedua lutut ,mudah dilawan, sedangkan pada

 jari dan pergelangan kaki serta jari tangan, kaku mayat sulit dilawan. Hal ini

menunjukkan perkiraan saat kematian lebih dari 24 jam pada saat pemeriksaan.

3.  Kekeruhan pada kornea

Kornea mata korban terlihat keruh yang terjadi 10 –  12 jam pasca kematian.

Pada pemeriksaan luar jenazah, didapati tanda  –   tanda yang berkaitan dengan kasus asfiksia,

yaitu :

1.  Ditemukan sianosis pada kuku korban. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar oksigen

dan peningkatan karbondioksida pada fase dispnea.

2.  Tampak tanda  – tanda pembendungan di wajah dan leher korban yang diakibatkan oleh

terhambatnya aliran darah pad pembuluh - pembuluh darah leher.

3.  Tanda pembendungan pada mata terlihat dengan merahnya selaput bola mata korban

yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah konjungtiva.

Dari pemeriksaan luar ditemukan jejas (luka lecet) yang mengarah pada kasus penjeratan,yaitu luka lecet pada leher yang mengarah dari leher depan ke samping kanan dan kiri sebatas

telinga. Pada bagian depan letak luka lecet tepat pada rawan jakun, hal ini membedakan dengan

kasus gantung dimana letak jejas biasanya berada di atas rawan jakun. Jejas ini menghilang di

kedua sisi leher sejajar telinga yang menandakan bahwa pada kasus ini tidak terdapat simpul

 pada jerat.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 28/29

28

Pada pemeriksaan dalam, ditemukan tanda asfiksia yaitu adanyan bercak perdarahan pada

trakea, jantung, ginjal yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah kapiler.

Dari semua temuan pada korban, baik pada pemerikasaan luar maunpun dalam, sebab

kematian korban sesuai dengan kasus asfiksia mekanik yang disebabkan oleh penjeratan.

8/13/2019 ISI CRS yg br nich

http://slidepdf.com/reader/full/isi-crs-yg-br-nich 29/29

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Arif Dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 1997

Shkrum, Michael J et all. Forensic Pathology of Trauma: Common Problems for the Pathologist .

 New Jersey: Humana Press. 2007

Gani, Husni M. Catatan Materi Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik Bagian Kedua. Padang: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 1996

Shepherd, Richard. Simpsons’s Forensic Medicine; 12th

 Edition. London: Arnold, a member of

the Hodder Headline Group. 2003