LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

176
LAMPIRAN A (HASIL PERHITUNGAN MIX DESIGN)

Transcript of LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

Page 1: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

LAMPIRAN A

(HASIL PERHITUNGAN MIX DESIGN)

Page 2: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

Perencanaan Campuran Beton F'c 25 Mpa

1 Slump 25-100 mm Tabel 1

2 Ukuran Maksimum Agregat 25 mm

3 Fc' 25 Mpa

4 Fcr 33,3 Mpa

Tabel

13

5 Modulus Kehalusan Agregt Halus 0,02596 Lab

6 Bulk Spesific Gravity Agregat Halus (SSD) 2,591 Lab

7 Bulk Spesific Gravity Agregat Kasar (SSD) 2,576 Lab

8 Berat Volume Agregat Kasar 1460,902 kg/m3

9 Penyerapan Air AK 0,026 Lab

10 Penyerapan Air AH 0,026 Lab

11 Massa Jenis Semen 3,168 Lab

12 kandungan air rencana 193 kg Tabel 2

13 Udara 1,5 Tabel 2

14 rasio W/C 0,61 Tabel 3

15 Berat Semen(10/12) 316,39 Kg

16 Volume Agregat Kasar 0,69 Tabel 5

17 Berat Agregat Kasar (8x14) 1008,02 Kg

18 Perkiraan awal berat beton segar 2380,00 kg Tabel 6

19 Perkiraan kadar agregat halus (16-15-13-10) 862,58 kg

20 Volume Semen 0,0999 m3

21 Volume Air 0,193 m3

22 Volume Udara 0,015 m3

23 Volume Agregat Kasar 0,39 m3

24 Volume Agregat Halus 0,30 m3

25 Berat Agregat Halus (22*6*1000) 779,37 kg

Perkiraan Komposisi Beton Awal

26

Atas

Massa

Volume

Absolute

27 Air 193 193 kg

28 Semen 316,39 316,39 kg

29 Agregat Kasar 1008,02 1008,02 kg

30 Agregat Halus 862,58 779,37 kg

Jumlah 2380,00 2296,79 kg

Koreksi Air Pada Kondisi Lapangan

31 Kadar Air Agregat Kasar 0,037 0,037 %

32 Kadar Air Agregat Halus 0,035 0,035 %

33 Berat Agregat Kasar (basah) 1045,79 1045,79 kg

34 Berat Agregat Halus (basah) 892,77 806,65 kg

Page 3: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

35 Kebutuhan Air Permukaan AK 0,011 0,011 kg

36 Kebutuhan Air Permukaan AH 0,009 0,009 kg

37 Perkiraan Air yang Ditambahkan 173,65 174,40 kg

Komposisi Material Beton /m3 Kondisi Lapangan

38 Air 198,00 174,40 kg

39 Semen 316,39 316,39 kg

40 Agregat Kasar 1045,79 1045,79 kg

41 Agregat Halus 892,77 806,65 kg

Jumlah 2452,96 2343,23 kg

Komposisi Beton Untuk Laboratorium

42 Air 6,928 6,102 kg

43 Semen 11,070 11,070 kg

44 Agregat Kasar 36,592 36,592 kg

45 Agregat Halus 31,238 28,224 kg

Jumlah 85,828 81,988 kg

Pencampuran Coba Massa 46 Volume Campuran 0,035 m3 47 Tambahan Air Pencampuran 198,000 kg 48 Penyesuaian Kadar Semen 324,590 kg 49 Penyesuaian Agregat Kasar (basah) 1045,790 kg 50 Penyesuaian Agregat Kasar (kering) 1008,023 kg 51 Penyesuaian Agregat Kasar (SSD) 1034,204 kg 52 Penyesuaian Agregat Halus (SSD) 884,578 kg 53 Penyesuaian Agregat Halus (Kering) 862,161 kg

Pencampuran Coba Volume Absolute 54 Volume Campuran 0,035 kg 55 Tambahan Air Pencampuran 193,000 kg 56 Penyesuaian Kadar Semen 316,393 kg 57 Penyesuaian Agregat Kasar (basah) 1045,790 kg 58 Penyesuaian Agregat Kasar (kering) 1008,023 kg 59 Volume Air 0,193 m3 60 Volume Semen 0,100 m3 61 Volume Agregat kasar 0,391 m3 62 Volume Agregat halus 0,316 m3 63 Penyesuaian Agregat Halus(kering) 818,230 kg

Komposisi Per m3 Beton

64 Air (berat bersih) 198,00 193,00 kg

65 Semen 324,59 316,39 kg

66 Agregat Kasar (kering) 1008,02 1008,02 kg

67 Agregat halus (kering) 862,16 818,23 kg

68 Jumlah 2392,77 2335,65 kg

Page 4: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id
Page 5: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

LAMPIRAN B (HASIL PENGUJIAN)

Page 6: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

LAPORAN DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENGUJIAN AGREGAT PROPERTIES

Nama Kegiatan : Pengujian Indeks Properties Agregat Halus (Pasir)

Tanggal : Juni 2021

Alamat : Laboratorium Teknik I, Institut Teknologi Sumatera

Pemeriksaan Kadar Air

Pemeriksaan Berat Jenis

Pemeriksaan Berat Volume

Page 7: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

Pemeriksaan Kadar Lumpur

Pemeriksaan Kadar Zat Organik

Pemeriksaan Analisa Saringan

Page 8: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

LAPORAN DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENGUJIAN AGREGAT PROPERTIES

Nama Kegiatan : Pengujian Indeks Properties Agregat Kasar (Split 10-20))

Tanggal :Juni 2021

Alamat : Laboratorium Teknik I, Institut Teknologi Sumatera

Pemeriksaan Kadar Air

Pemeriksaan Berat Jenis

Pemeriksaan Berat Volume

Page 9: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

Pemeriksaan Keausan Agregat (Los Angeles)

Pemeriksaan Analisa Saringan

Page 10: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

LAPORAN DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENGUJIAN CAMPURAN BETON DAN SEMEN

Nama Kegiatan : Pengujian Campuran Beton dan Semen

Tanggal : Juni 2021

Alamat : Laboratorium Teknik I, Institut Teknologi Sumatera

Pelaksanaan Mix Design

Pemeriksaan Slump Test

Pemeriksaan Kuat Tekan Beton

Page 11: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

LAPORAN DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENGUJIAN CAMPURAN BETON DAN SEMEN

Nama Kegiatan : Pengujian Campuran Beton dan Semen

Tanggal : Agustus 2021

Alamat : Laboratorium Teknik I, Institut Teknologi Sumatera

Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

Pemeriksaan Berat Jenis Semen

Page 12: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id
Page 13: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

LAMPIRAN C (SNI)

Page 14: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

Standar Nasional Indonesia

SNI 7656:2012

Tata cara pemilihan campuran untuk beton normal, beton berat dan beton massa

ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 15: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

© BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: [email protected] www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 16: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

i © BSN 2012

Daftar Isi Daftar Isi .................................................................................................................................... i

Prakata ..................................................................................................................................... ii

Pendahuluan............................................................................................................................ iii

1 Ruang lingkup ..................................................................................................................... 1

2 Acuan normatif .................................................................................................................... 1

3 Istilah dan definisi ............................................................................................................... 2

4 Data perencanaan campuran beton ................................................................................... 3

5 Prosedur ............................................................................................................................. 3

Lampiran A (informatif) Ketentuan beton massa ................................................................... 19

Lampiran B (informatif) Contoh perhitungan .......................................................................... 27

Lampiran C (informatif) Pengujian laboratorium .................................................................... 41 

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 17: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

ii © BSN 2012

Prakata Standar ini menjelaskan tata cara pemilihan campuran untuk beton normal, beton berat dan beton massa dengan menggunakan berbagai jenis/ tipe semen. Standar ini merupakan adopsi modifikasi dari ACI 211.1-91 ‘Standar practice for selecting proportion for normal, heavyweight, and mass concrete’. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Bahan Bangunan pada Subpanitia Teknis 91-01-S4 Bahan, Sains, Struktur dan Konstruksi Bangunan.

Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 8 Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 16 September 2009 di Bandung yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 18: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

iii © BSN 2012

Pendahuluan

Pada dasarnya, beton terdiri dari agregat, semen hidrolis, air, dan boleh mengandung bahan bersifat semen lainnya dan atau bahan tambahan kimia lainnya. Beton dapat mengandung sejumlah rongga udara yang terperangkap atau dapat juga rongga udara yang sengaja dimasukkan melalui penambahan bahan tambahan. Bahan tambahan kimia sering digunakan untuk mempercepat, memperlambat, memperbaiki sifat kemudahan pengerjaan (workability), mengurangi air pencampur, menambah kekuatan, atau mengubah sifat-sifat lain dari beton yang dihasilkan. Beberapa bahan bersifat semen seperti abu terbang, pozolan alam / tras, tepung terak tanur tinggi dan serbuk silika dapat digunakan bersama-sama dengan semen hidrolis untuk menekan harga atau untuk memberikan sifat-sifat tertentu seperti misalnya untuk mengurangi panas hidrasi awal, menambah perkembangan kekuatan akhir, atau menambah daya tahan terhadap reaksi alkali-agregat atau serangan sulfat, menambah kerapatan, dan ketahanan terhadap masuknya larutan-larutan perusak. Umumnya proporsi beton yang tidak mengandung bahan tambahan kimia dan atau bahan-bahan selain semen hidrolis, dicampur ulang dengan menggunakan bahan-bahan tersebut di atas atau semen yang berbeda. Karakteristik dari beton yang dicampur ulang ini harus diperiksa kembali dengan campuran percobaan di laboratorium atau di lapangan.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 19: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 20: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

1 dari 44 © BSN 2012

Tata cara pemilihan campuran untuk beton normal, beton berat dan beton massa

1 Ruang lingkup Tata cara ini menguraikan tentang metode pemilihan campuran beton dengan semen hidrolis yang dibuat dengan atau tanpa bahan-bahan bersifat semen atau bahan tambahan kimia lainnya. Beton ini terdiri dari agregat normal dan atau berat (untuk membedakannya dari agregat ringan) dengan sifat kemudahan pengerjaan (workability) yang sesuai untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi umumnya. Bahan pengikat hidrolis yang diacu dalam standar ini adalah Semen Portland (SNI 15-2049-2004), Semen Portland Pozzolan (SNI 15-0302-2004), Semen Portland Komposit (SNI 15-7064-2004), dan Semen Portland Campur (SNI 15-3500-2004). Standar ini tidak untuk menentukan pemilihan campuran yang menggunakan serbuk silika padat (condensed silica fume). Metode ini memberikan perkiraan awal pemilihan campuran yang diperiksa lebih lanjut dengan percobaan di laboratorium sesuai dengan lampiran D atau di lapangan, dan bila perlu disesuaikan, untuk mendapatkan karakteristik atau sifat-sifat khusus yang diinginkan dari beton yang dihasilkan. Dalam standar ini, digunakan satuan SI. 2 Acuan normatif SNI 1750, Mutu dan cara uji agregat.

SNI 1969, Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.

SNI 1970, Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus.

SNI 1968, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar.

SNI 1973, Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton.

SNI 2495, Spesifikasi bahan tambahan untuk beton.

SNI 2460, Spesifikasi abu terbang sebagai tambahan untuk campuran beton.

SNI 2493, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium.

SNI 3418, Metode pengujian kandungan udara pada beton segar.

SNI 4433, Spesifikasi beton siap pakai.

SNI 4804, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat.

SNI 3500, Semen portland campur.

SNI 2049, Semen portland.

SNI 7064, Semen portland komposit.

ACI 201, Guide to durable concrete.

ACI 226.1R, Ground granulated blast-furnace slag as a cementious constituent in concrete.

ACI 214, Recommended practice for evaluation of strength test results of concrete.

ACI 225R, Guide to the selection and use of hydraulic cements.

ACI 301, Specification for structural concrete for buildings.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 21: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

2 dari 44 © BSN 2012

ACI 302, Guide for concrete floor and slab construction.

ACI 318, Building code requirements for reinforced concrete.

ACI 345, Standard practice for concrete highway bridge deck construction. 3 Istilah dan definisi 3.1 semen portland semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain 3.2 semen portland jenis I semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain 3.3 semen portland jenis II semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kadar hidrasi sedang 3.4 semen portland jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi 3.5 semen portland jenis IV semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah 3.6 semen portland pozzolan semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan 3.7 pozolan bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen 3.8 semen portland komposit bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan antara satu atau lebih vahan organik bersama-sama terak semen portland dan gips, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 22: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

3 dari 44 © BSN 2012

(blast furnace slag), pozzolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35% dari massa semen portland komposit 3.9 bahan tambahan bahan berupa bubukan atau cairan, yang dibubuhkan ke dalam campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu untuk merubah beberapa sifatnya 3.10 beton campuran antara semen portland atau semen hidrolis yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan, membentuk massa yang padat, kuat, dan stabil 3.11 beton normal beton yang mempunyai berat isi 2 200 kg/m3 sampai dengan 2 500 kg/m3 3.12 beton berat beton yang mempunyai berat isi lebih besar dari 2 500 kg/m3 3.13 beton massa beton yang mempunyai ukuran penampang komponen besar, sehingga memerlukan perlakuan untuk mengatasi panas hidrasi dari semen serta menjaga perubahan volume yang dapat menimbulkan keretakan 4 Data perencanaan campuran beton Informasi yang diperlukan mengenai data dari bahan-bahan yang akan digunakan untuk penentuan proporsi campuran adalah sebagai berikut : a. Analisa ayak (gradasi) agregat halus dan agregat kasar; b. Bobot isi agregat; c. Berat jenis, penyerapan air, dan kadar air agregat; d. Air pencampur yang dibutuhkan beton berdasarkan pengalaman dengan menggunakan

agregat yang ada; e. Hubungan antara kekuatan dan rasio air-semen atau rasio air terhadap semen+bahan

bersifat semen lainnya; f. Berat jenis semen atau bahan bersifat semen lainnya bila digunakan. 5 Prosedur 5.1 Prosedur penentuan proporsi campuran Prosedur pemilihan proporsi campuran yang dijelaskan dalam pasal ini mencakup untuk beton normal, beton massa dan beton berat, dengan didukung oleh data-data bahan dasar yang akan digunakan. Tambahan informasi dan contoh perhitungan untuk jenis-jenis beton ini, masing-masing diberikan dalam Lampiran B. 5.2 Spesifikasi/persyaratan beton yang akan diproduksi dapat didasarkan sebagian atau

seluruh dari ketentuan berikut ini : a. Rasio air-semen maksimum atau rasio air-bahan bersifat semen;

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 23: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

4 dari 44 © BSN 2012

b. Kadar semen minimum; c. Kadar udara; d. Slump; e. Ukuran besar butir agregat maksimum; f. Kekuatan tekan yang ditargetkan; g. Persyaratan lain yang berkaitan dengan kekuatan yang berlebihan, bahan tambahan,

semen tipe khusus, bahan bersifat semen lainnya, atau agregat. 5.3 Karakteristik dari beton yang dipersyaratkan dalam spesifikasi untuk menentukan

proporsi campuran tiap m3 beton, dilakukan secara berurutan sebagai berikut : 5.3.1 Langkah awal penentuan pemilihan campuran beton normal dan beton berat 5.3.1.1 Langkah 1 Pemilihan slump Bila slump tidak disyaratkan, gunakan Tabel 1. Rentang nilai slump tersebut berlaku bila beton dipadatkan dengan digetar.

Tabel 1 - Nilai slump yang dianjurkan untuk berbagai pekerjaan konstruksi (*)

Tipe konstruksi

Slump (mm)

Maksimum† Minimum Pondasi beton bertulang (dinding dan pondasi telapak) 75 25 Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang pancang, dinding bawah tanah.

75 25

Balok dan dinding bertulang 100 25 Kolom bangunan 100 25 Perkerasan dan pelat lantai 75 25 Beton massa 50 25 * Slump dapat ditambah bila digunakan bahan tambahan kimia, asalkan beton yang diberi bahan tambahan tersebut memiliki rasio air-semen atau rasio air-bahan bersifat semen yang sama atau lebih kecil dan tidak menunjukkan segregasi yang berarti atau bliding berlebihan. † Slump boleh ditambah 25 mm untuk metode pemadatan selain dengan penggetaran 5.3.1.2 Langkah 2 Pemilihan ukuran besar butir agregat maksimum Ukuran nominal agregat kasar maksimum dengan gradasi yang baik memiliki rongga udara yang lebih sedikit dibandingkan dengan agregat berukuran lebih kecil. Dengan demikian, beton dengan agregat berukuran lebih besar membutuhkan lebih sedikit adukan mortar per satuan isi beton. Secara umum ukuran nominal agregat maksimum harus yang terbesar yang dapat diperoleh secara ekonomi dan tetap menurut dimensi komponen struktur/konstruksinya. Ukuran nominal agregat maksimum tidak boleh melebihi:

a) 1/5 dari ukuran terkecil dimensi antara dinding-dinding cetakan/bekisting, b) 1/3 tebalnya pelat lantai, c) ¾ jarak minimum antar masing-masing batang tulangan, berkas-berkas tulangan,

atau tendon tulangan pra-tegang (pretensioning strands). Bila diinginkan beton berkekuatan tinggi, maka hasil terbaik dapat diperoleh dengan ukuran nominal agregat maksimum yang lebih kecil karena hal ini akan memberikan kekuatan lebih tinggi pada rasio air-semen yang diberikan.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 24: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

5 dari 44 © BSN 2012

5.3.1.3 Langkah 3 Perkiraan air pencampur dan kandungan udara Banyaknya air untuk tiap satuan isi beton yang dibutuhkan agar menghasilkan slump tertentu tergantung pada : a) Ukuran nominal maksimum, bentuk partikel dan gradasi agregat; b) Temperatur beton; c) Perkiraan kadar udara, dan; d) Penggunaan bahan tambahan kimia. Slump tidak terlalu dipengaruhi oleh jumlah semen atau bahan bersifat semen lainnya dalam tingkat pemakaian yang normal, penggunaan sedikit bahan tambahan mineral yang halus dapat mengurangi kebutuhan air, perkiraan kebutuhan air untuk beberapa ukuran agregat dan target slump yang diinginkan lihat Tabel 2. Perbedaan dalam kebutuhan air tidak selalu ditunjukkan dalam kekuatan mengingat adanya faktor-faktor penyimpangan lainnya yang juga terlibat. Agregat kasar yang bundar dan bersudut, keduanya bermutu baik dan memiliki gradasi yang sama, dapat diharapkan menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang kira-kira sama untuk jumlah semen yang sama, sekalipun ada perbedaan dalam rasio air-semen atau rasio air-(semen+pozolanik) yang dihasilkan dari kebutuhan air pencampur yang berbeda. Bentuk partikel agregat tidak selalu merupakan indikator, baik lebih tinggi atau lebih rendah dari kekuatan rencana.

Tabel 2 - Perkiraan kebutuhan air pencampur dan kadar udara untuk berbagai slump

dan ukuran nominal agregat maksimum batu pecah

Air (kg/m3) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah Slump (mm)

9,5 mm*

12,7 mm*

19 mm*

25 mm*

37,5 mm*

50 mm†*

75 mm†‡

150 mm†‡

Beton tanpa tambahan udara25-50 207 199 190 179 166 154 130 113 75-100 228 216 205 193 181 169 145 124

150-175 243 228 216 202 190 178 160 - > 175* - - - - - - - -

banyaknya udara dalam beton (%)

3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3 0,2

Beton dengan tambahan udara25-50 181 175 168 160 150 142 122 107 75-100 202 193 184 175 165 157 133 119

150-175 216 205 197 184 174 166 154 - > 175* - - - - - - - -

Jumlah kadar udara yang disarankan untuk tingkat pemaparan sebagai berikut : ringan (%)

4,5

4,0

3,5

3,0

2,5

2,0

1,5**††

1,0**†† sedang (%) 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 3,5**†† 3,0**†† berat ‡‡ (%) 7,5 7,0 6,0 6,0 5,5 5,0 4,5**†† 4,0**†† * Banyaknya air pencampur untuk beton dengan tambahan udara didasarkan pada persyaratan kadar air total, khusus untuk “pemaparan sedang”. Jumlah air ini digunakan untuk menghitung banyaknya semen dalam campuran percobaan pada suhu (20-25)ºC. Agregat bentuk bulat umumnya membutuhkan lebih sedikit air sekitar 18 kg bagi beton tanpa tambahan udara dan sekitar 15 kg untuk beton dengan tambahan udara. Penggunaan bahan tambahan kimia, ASTM C 494, dapat pula mengurangi air pencampur sebanyak 5% atau lebih. Volume bahan tambahan cair dimasukkan

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 25: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

6 dari 44 © BSN 2012

sebagai bagian dari jumlah seluruh air pencampur. Slump dengan nilai lebih dari 175 mm hanya dapat dicapai dengan penggunaan bahan kimia tambahan untuk beton dengan ukuran nominal agregat maksimum 25 mm. †Nilai slump untuk beton dengan agregat lebih besar dari 40 mm didasarkan dari uji slump setelah partikel agregat lebih besar dari 40 mm dikeluarkan dengan cara disaring basah. ‡Jumlah air pencampur ini digunakan untuk menghitung campuran percobaan bila menggunakan agregat yang berukuran maksimum 75 mm atau 150 mm. Ini adalah nilai rata-rata untuk agregat dengan bentuk yang baik dan dengan susunan besar butir yang baik pula dari kasar hingga halus. ** Untuk beton dengan ukuran agregat lebih besar dari 40 mm sebelum dilakukan uji kadar udara harus disaring basah pada 40 mm, persen udara yang diharapkan pada bahan-bahan yang lebih kecil dari 40 mm termasuk nilai-nilai dalam kolom 40 mm. Namun demikian, perhitungan proporsi awal harus memasukkan kadar udara dalam persen dari keseluruhannya. †† Bila beton menggunakan agregat berukuran besar dan faktor air-semen rendah, tambahan udara tidak akan mengurangi kekuatannya. Dalam banyak kasus, jika air pencampur dikurangi cukup banyak untuk memperbaiki rasio air-semen maka ditambahkan udara untuk mengimbangi pengaruh berkurangnya kekuatan beton. Oleh karena itu, pada umumnya, untuk agregat-agregat berukuran nominal maksimum yang besar, kadar udara yang disarankan untuk pengaruh kondisi lingkungan yang berat haruslah dipertimbangkan, sekalipun kemungkinan pemaparannya terhadap kelembaban atau pembekuan adalah kecil atau sama sekali tidak terjadi. ‡‡ Nilai-nilai ini didasarkan pada kriteria bahwa diperlukan 9 % udara untuk fase mortar dari beton. Bila volume mortar berbeda dari yang dianjurkan dalam standar ini, mungkin diperlukan untuk menghitung kadar udara dengan memakai angka 9 % dari volume mortar sebenarnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukani perkiraan kebutuhan air, diantaranya adalah : Bahan tambahan kimia Bahan tambahan kimia dipakai untuk mengubah sifat-sifat beton, membuat beton lebih mudah dikerjakan; awet; lebih ekonomis; menambah atau mengurangi waktu pengikatan; mempercepat kekuatan dan atau mengontrol panas hidrasi. Bahan tambahan kimia digunakan setelah dilakukan evaluasi secara cermat. Bahan tambahan/aditif untuk mengurangi kadar air pencampur dan atau mengatur waktu pengikatan yang memenuhi syarat ASTM C 494, bila digunakan dengan atau tanpa campuran bahan tambahan kimia lainnya, akan banyak mengurangi jumlah air per satuan isi beton. Penggunaan sedikit bahan tambahan kimia, untuk slump yang sama, akan memperbaiki sifat beton seperti sifat pengerjaan, penyelesaian akhir (finishing), pemompaan, keawetan, dan kuat tekan serta kuat lenturnya. Penambahan bahan tambahan kimia cair dalam jumlah banyak harus dianggap sebagai bagian dari air pencampur. Nilai slump pada Tabel 1 dapat ditambah bila digunakan bahan tambahan kimia selama beton dengan bahan tambahan kimia tadi memiliki rasio air-semen yang sama atau lebih kecil dan tidak menunjukkan potensi segregasi dan bliding berlebihan.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 26: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

7 dari 44 © BSN 2012

Tingkat pemaparan ringan Tingkat pemaparan beton ini meliputi kondisi di dalam dan di luar bangunan di lingkungan iklim di mana beton tidak akan mengalami pembekuan dan tidak akan menerima zat-zat atau bahan-bahan pencair es. Bila penambahan udara diperlukan untuk mendapatkan sifat-sifat beton selain keawetannya seperti misalnya untuk memperbaiki sifat pengerjaan atau pengikatannya atau bagi beton dengan faktor semen yang rendah untuk memperbaiki kekuatannya, dapat dipakai kadar udara yang lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk menambah keawetan beton. Tingkat pemaparan sedang Tingkat pemaparan beton di daerah beriklim dingin yang dapat membuat air membeku, namun beton tidak akan terpapar uap air atau air bebas secara terus menerus untuk jangka waktu lama sebelum terjadinya pembekuan dan juga tidak akan terpapar pada bahan-bahan pencair (deicing agents) atau bahan-bahan kimia agresif lainnya. Beberapa contoh termasuk : balok-balok di luar bangunan; kolom; dinding; kusen; atau panel yang tidak kontak langsung dengan tanah dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengalami kontak langsung dengan garam-garam cair. Tingkat pemaparan berat Tingkat pemaparan berat adalah beton yang terpapar pada bahan-bahan kimia cair atau bahan-bahan kimia agresif lainnya atau beton yang secara langsung terendam uap air atau air bebas sebelum terjadinya pembekuan. Misalnya pelapis lantai; lantai jembatan; gili-gili (curbs); talang (gutters); batas tepi jalan (sidewalks); dinding saluran/kanal; atau tangki air di luar bangunan atau sumur. Penambahan udara dalam jumlah yang biasa digunakan pada beton dengan syarat kekuatan sekitar 35 MPa tidak mungkin karena setiap penambahan udara akan mengurangi kekuatan maksimum yang dapat dicapai dengan kombinasi beberapa bahan. Bila komponen beton tidak akan menjadi basah secara terus menerus dan tidak akan terpapar pada garam-garam cair, nilai kadar udara yang lebih rendah seperti tersebut dalam Tabel 2 untuk pemaparan tingkat sedang sudah cukup baik, sekalipun beton terpapar pada temperatur pembekuan dan pencairan. Untuk kondisi pemaparan dimana beton mungkin sudah jenuh sebelum terjadinya pembekuan, penggunaan tambahan udara tidak boleh diabaikan demi pencapaian kekuatan. Dalam beberapa pemakaian tertentu, ditemukan kadar udara yang lebih rendah daripada yang dipersyaratkan, padahal telah digunakan bahan tambahan kimia dalam jumlah yang umumnya memberikan hasil memuaskan. Hal ini akan terjadi jika dipakai kadar semen yang sangat tinggi. Pencapaian keawetan yang diharapkan dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan rongga udara di dalam pasta dari beton yang telah mengeras. Apabila dilakukan campuran percobaan untuk membuktikan hubungan-hubungan kekuatan atau menilai kembali kekuatan dari sebuah campuran, harus digunakan air pencampur dan kadar udara yang terkecil. Kadar udara harus yang maksimum yang diijinkan dan beton harus diukur untuk mencapai slump tertinggi yang diijinkan. Bila beton di lapangan memiliki kadar air dan atau kadar udara yang lebih rendah, maka proporsi bahan-bahan beton harus disesuaikan untuk menghasilkan beton yang diinginkan.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 27: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

8 dari 44 © BSN 2012

5.3.1.4 Langkah 4 Pemilihan rasio air-semen atau rasio air-bahan bersifat semen Rasio w/c atau w/(c+p) yang diperlukan tidak hanya ditentukan oleh syarat kekuatan, tetapi juga oleh beberapa faktor diantaranya oleh keawetan. Oleh karena agregat, semen, dan bahan bersifat semen yang berbeda-beda umumnya menghasilkan kekuatan yang berbeda untuk rasio w/c atau w/(c+p) yang sama, sangat dibutuhkan adanya hubungan antara kekuatan dengan w/c atau w/(c+p) dari bahan-bahan yang sebenarnya akan dipakai. Bila data ini tidak ada, maka perkiraan dan nilai lama dari beton yang menggunakan semen Portland tipe I, diberikan dalam Tabel 3. Dengan bahan-bahan tertentu, nilai w/c atau w/(c+p) akan memberikan kekuatan seperti dalam Tabel 3, berdasarkan hasil pengujian benda uji umur 28 hari yang dipelihara dalam kondisi baku di laboratorium. Kekuatan rata-rata harus melebihi kekuatan yang disyaratkan dengan perbedaan yang cukup tinggi untuk menggunakan hasil-hasil uji yang rendah dalam rentang batas tertentu.

Tabel 3 - Hubungan antara rasio air-semen (w/c) atau rasio air-bahan bersifat semen {w/(c+p)} dan kekuatan beton

Kekuatan beton umur 28 hari, MPa*

Rasio air-semen (berat) Beton tanpa tambahan

udaraBeton dengan tambahan

udara 40 0,42 - 35 0,47 0,39 30 0,54 0,45 25 0,61 0,52 20 0,69 0,60 15 0,79 0,70

* Nilai-nilai ini adalah perkiraan rata-rata kekuatan beton yang mengandung tidak lebih dari 2 % udara untuk beton tanpa tambahan udara dan 6 % kadar udara total untuk beton dengan tambahan udara. Untuk w/c atau w/(c+p) yang tetap, kekuatan beton berkurang bila kadar udara bertambah. Nilai kekuatan umur 28 hari adalah nilai lama dan dapat berubah bila digunakan berbagai bahan bersifat semen. Nilai kekuatan ini didasarkan pada benda uji silinder (150 x 300) mm yang dipelihara dalam kondisi lembab pada temperatur (23 ± 1,7) 0C sebelum diuji. Hubungan yang ditunjukkan dalam Tabel 3 adalah untuk ukuran nominal agregat maksimum (19 - 25) mm. Untuk agregat yang telah ditentukan, w/c atau w/(c+p) tertentu, kekuatan akan bertambah bila ukuran nominal maksimum agregat berkurang, lihat subpasal 1.4 dan subpasal 8.3.2. Untuk tingkat pemaparan yang sangat buruk, w/c atau w/(c+p) harus dipertahankan tetap rendah sekalipun persyaratan kekuatan mungkin dicapai dengan nilai lebih tinggi. Tabel 4 memberikan batasan nilai-nilainya.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 28: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

9 dari 44 © BSN 2012

Tabel 4 Maksimum rasio w/c atau rasio w/(c+p) yang dijinkan untuk beton tingkat pemaparan berat (severe exposures)*

Tipe struktur

Struktur selalu/seringkali basah dan terpapar pembekuan serta

pencairan

Struktur yang dipengaruhi air laut atau sulfat

Bagian tipis (pegangan tangga, gili-gili, sills, talang, ornamental work) dan bagian selimut beton kurang dari 25 mm. Struktur lain

0,45

0,50

0,40‡

0,45‡

* bahan bersifat semen selain semen portland harus sesuai dengan SNI 15-0302-2004 . ‡Jika digunakan semen Portland tahan sulfat (Tipe II atau Tipe V SNI 15-2049-2004), atau semen Portland Pozzolan tipe IPK (SNI 15-0302-2004), rasio w/c atau rasio w/(c+p) yang diijinkan dapat dinaikkan sebanyak 0,05. Bila beton menggunakan bahan-bahan bersifat pozolan (pozolanic materials), seperti pozolan alam, abu terbang, serbuk tanur tinggi (GGBF), serbuk silika, maka rasio air-semen ditambah bahan pengikat lainnya (dalam berat) harus digunakan sebagai pengganti rasio air-semen (dalam berat) tradisional. Ada 2 (dua) pendekatan yang biasanya dipakai untuk menentukan rasio w/(c+p) yang dianggap ekivalen dengan rasio air-semen w/c a) Berat ekivalen dari bahan-bahan bersifat pozolan, atau b) Isi atau volume absolut dari bahan-bahan pozolanik dalam campuran. Untuk pendekatan pertama, kesamaan berat, berat total dari bahan-bahan pozolanik tetap sama, (artinya, w/(c+p) = w/c); tetapi volume absolut total dari semen ditambah bahan pozolanik biasanya sedikit lebih besar. Pendekatan kedua, dengan menggunakan persamaan 2, rasio w/(c+p) dalam berat dihitung dengan memakai hubungan volume absolut yang sama, namun akan mengurangi berat total bahan pozolanik, karena berat jenis dari bahan-bahan pozolanik umumnya lebih kecil dari berat jenis semen. Persamaan untuk mengubah target rasio air-semen (w/c) ke dalam rasio air-semen plus bahan pozolanik w/(c+p) dengan (1) ekivalensi berat atau (2) ekivalensi volume, yaitu sebagai berikut : Ekivalensi berat

pcw

ratio berat, Ekivalensi berat = cw

.......................................................................(1)

dengan pengertian :

pc

w

= berat air dibagi berat semen + bahan pozolanik

cw

= target rasio air-semen dalam berat

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 29: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

10 dari 44 © BSN 2012

Apabila dipakai pendekatan ekivalensi berat, maka persentase atau fraksi dari bahan pozolanik yang dipakai dalam bahan-bahan bersifat semen dinyatakan dalam berat. Dengan demikian wF persentase bahan pozolanik dalam berat dari berat total semen ditambah bahan pozolanik, dinyatakan dalam faktor desimal adalah :

pc

pFw

..............................................................................................................(2)

Keterangan :

wF adalah persentase bahan pozolanik dalam berat yang dinyatakan dalam faktor desimal

p adalah berat bahan pozolanik c adalah berat semen

CATATAN Jika yang diketahui adalah faktor persentase bahan pozolanik dengan volume absolut vF ,

maka persamaan tersebut adalah sebagai berikut :

1115,3

1

1

vp

w

FG

F

……………………………………………………………………….(3)

Keterangan :

vF adalah persentase bahan pozolanik dalam volume absolut dari seluruh volume absolut campuran semen ditambah bahan pozolanik yang dinyatakan dalam faktor desimal

pG adalah berat jenis bahan pozolanik

3,15 adalah berat jenis semen (gunakan nilai sebenarnya, bila ternyata berbeda) Contoh perhitungan Ekivalensi berat Jika diperlukan rasio air-semen 0,60 dan pozolan abu terbang yang digunakan sebanyak 20% dari berat seluruh bahan pengikat dalam campuran ( wF = 0,20), maka rasio air-semen terhadap rasio air-semen plus bahan pozolanik yang diperlukan berdasarkan berat ekivalen adalah :

pc

w

= cw

= 0,60, dan

20,0

pc

pFw

Dengan perkiraan kebutuhan air pencampur sebesar 160,19 kg/m3, maka berat semen ditambah pozolan = 160,19 : 0,60 = 266,98 kg; berat pozolan = (0,20).266,98 = 53,40 kg. Dengan demikian, berat semen = 266,98 –53,40 = 213,58 kg. Bila yang disyaratkan adalah 20% volume absolut semen plus pozolan ( 20,0vF ) dan bukan 20% berat abu terbang, maka faktor berat yang sesuai dihitung berikut ini untuk abu terbang dengan anggapan berat jenis = 2,40 :

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 30: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

11 dari 44 © BSN 2012

16,024,6

1

24,51

1

4.31,11

1

120,0

1

40,2

15,31

1

1115,3

1

1

vp

w

FG

F

Dalam hal ini, 20% volume absolut adalah 16% berat, dan berat pozolan dalam campuran menjadi (0,16).(266,98) =42,72 kg, maka berat semen menjadi 266,98–42,72 =224,26 kg. Ekivalensi volume absolut

pcw

rasio berat, ekivalensi volume absolut = ypv FGFcw

115,3

.15,3 .......................(4)

Keterangan :

pcw

adalah berat air dibagi berat semen + bahan pozolan

cw

adalah rasio air-semen dalam berat

3,15 adalah berat jenis semen Portland (bila berbeda, gunakan nilai yang sebenarnya)

vF adalah persentase pozolan dalam volume absolut terhadap seluruh volume absolut dari semen + pozolan, dinyatakan dalam faktor desimal

CATATAN Bila diketahui presentase pozolan dalam berat, wF , maka persamaan tersebut dapat

diubah ke dalam vF sebagai berikut :

1

1

15,31

1

w

pv

F

GF .....................................................................(5)

Contoh perhitungan Ekivalensi volume absolut Penggunaan data yang sama dengan contoh 8.3.4.1 tetapi dengan syarat bahwa ekivalensi rasio air-(semen+pozolan) berdasarkan volume absolut, dalam campuran, rasio volume air terhadap volume bahan yang bersifat semen sama bila yang berubah hanya dari bahan semen ke semen+pozolan. Rasio air-semen yang diperlukan 0,60, dan asumsi awal abu terbang diinginkan sebanyak 20% volume absolut ( 20,0vF ).Berat jenis abu terbang dalam contoh ini = 2,40

63,000,3

89,1

48,052,2

89,1

20,040,280,0.15,3

60,0.15,3

115,3

15,3

vpv FGF-

cw

pcw

Jadi, target rasio untuk tetap mempertahankan ekivalensi volume absolut adalah

63,0 pcw/ . Jika air pencampur =160,19 kg/m3, maka berat semen plus pozolan adalah

160,19: 0,63 = 254,27 kg; dan karena faktor persentase berat yang sesuai untuk 20,0vF

adalah 16,0wF sebagaimana dihitung dalam contoh 8.3.4.1, maka berat abu terbang yang harus digunakan = (0,16).( 254,27) = 40,68 kg dan berat semen = 254,27–40,68 = 213,59

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 31: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

12 dari 44 © BSN 2012

kg. prosedur ekivalensi volume memberikan berat bahan bersifat semen dalam jumlah yang lebih rendah. Pemeriksaan volume absolut sebagai berikut

Abu terbang = 017,01000.40,2

68,40 m3

Semen = 068,01000.15,3

59,213

m3

Total = 0,017 + 0,068 = 0,085 m3

Persen pozolan dalam volume = 20100.085,0

017,0

persen

Jika persentase abu terbang 20% volume ( 20,0vF ), sedangkan yang disyaratkan adalah

20% beratnya ( 20,0wF ),maka dapat diubah ke dalam vF dengan menggunakan

40,2pG , yaitu :

247,0048,4

1

4762,01

1

12,0

1

15,3

40,21

1

11

15,31

1

w

pv

F

GF

Dalam hal ini, 20 % berat hampir sama dengan 25 % volume absolut. Rasio pcw/ dalam volume harus dihitung kembali sebagai berikut :

64,096,2

89,1

60,036,2

89,1

25,040,275,0.15,3

60,0.15,3

115,3

15,3

vpv FGF-

cw

pc

w

Jumlah bahan bersifat semen menjadi 160,19 : 0,64 = 250,30 kg. Dari berat ini 20% ( 20,0wF ) adalah abu terbang;maka berat abu terbang adalah ( 160,19).(0,20) = 32,04 kg dan berat semen adalah 250,30 – 32,04= 218,26 kg. 5.3.1.5 Langkah 5 Perhitungan kadar semen Banyaknya semen untuk tiap satuan volume beton diperoleh dari penentuan dalam contoh-contoh di langkah 3 dan langkah 4 tersebut di atas. Kebutuhan semen adalah sama dengan perkiraan kadar air pencampur (langkah 3) dibagi rasio air-semen (langkah 4). Namun demikian, bila persyaratannya memasukkan pembatasan pemakaian semen minimum secara terpisah selain dari persyaratan kekuatan dan keawetan, campuran haruslah didasarkan pada kriteria apapun yang mengarah pada pemakaian semen yang lebih banyak. Penggunaan bahan pozolanik atau bahan tambahan kimia akan mempengaruhi sifat-sifat dari beton baik beton segar maupun beton yang telah mengeras. 5.3.1.6 Langkah 6 Perkiraan kadar agregat kasar Agregat dengan ukuran nominal maksimum dan gradasi yang sama akan menghasilkan beton dengan sifat pengerjaan yang memuaskan bila sejumlah tertentu volume agregat (kondisi kering oven) dipakai untuk tiap satuan volume beton. Volume agregat kasar per satuan volume beton dapat dilihat pada Tabel 5. Atau dilakukan perhitungan secara analitis atau grafis . 5.3.1.6.1 Untuk beton dengan tingkat kemudahan pengerjaan yang lebih baik bila pengecoran dilakukan memakai pompa, atau bila beton harus ditempatkan ke dalam cetakan

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 32: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

13 dari 44 © BSN 2012

dengan rapatnya tulangan baja, dapat mengurangi kadar agregat kasar sebesar 10% dari nilai yang ada dalam Tabel 5. Namun demikian tetap harus berhati-hati untuk meyakinkan agar hasil-hasil uji slump, rasio air-semen atau rasio air-(semen+bahan bersifat semen), dan sifat-sifat kekuatan dari beton tetap memenuhi rekomendasi dalam 5.3.1.1 dan 5.3.1.4 serta memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang bersangkutan.

Tabel 5 Volume agregat kasar per satuan volume beton

Ukuran nominal agregat

maksimum (mm)

Volume agregat kasar kering oven* per satuan volume beton untuk berbagai modulus kehalusan† dari agregat

halus 2,40 2,60 2,80 3,00

9,5 0,50 0,48 0,46 0,44 12,5 0,59 0,57 0,55 0,53 19 0,66 0,64 0,62 0,60 25 0,71 0,69 0,67 0,65 37,5 0,75 0,73 0,71 0,69 50 0,78 0,76 0,74 0,72 75 0,82 0,80 0,78 0,76 150 0,87 0,85 0,83 0,81

*Volume berdasarkan berat kering oven sesuai SNI 03-4804-1998 †Lihat SNI 03-1968-1990 untuk menghitung modulus kehalusan. Volume ini dipilih dari hubungan empiris untuk menghasilkan beton dengan sifat pengerjaan untuk pekerjaan konstruksi secara umum. Untuk beton yang lebih kental (kelecakan rendah), seperti untuk konstruksi lapis lantai (pavement), nilainya dapat ditambah sekitar 10 %. 5.3.1.7 Langkah 7 Perkiraan kadar agregat halus Setelah selesai melakukan langkah 6, seluruh komponen bahan dari beton sudah dapat diperkirakan, kecuali agregat halus. Prosedur yang dapat digunakan untuk menentukan agregat halus adalah metoda berdasarkan berat (5.3.1.7.1) atau metoda berdasarkan volume absolut (5.3.1.7.2). 5.3.1.7.1 Bila berat per satuan volume beton dapat dianggap atau diperkirakan dari pengalaman, maka berat agregat halus yang dibutuhkan adalah perbedaan dari berat beton segar dan berat total dari bahan-bahan lainnya. Umumnya, berat satuan dari beton telah diketahui dengan ketelitian cukup dari pengalaman sebelumnya yang memakai bahan-bahan yang sama. Dalam hal informasi semacam ini tidak diperoleh, Tabel 6 dapat digunakan untuk perkiraan awal. Sekalipun bila perkiraan berat beton per m3 tadi adalah perkiraan cukup kasar, proporsi campuran akan cukup tepat untuk memungkinkan penyesuaian secara mudah berdasarkan campuran percobaan seperti yang akan ditunjukkan dalam contoh-contoh.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 33: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

14 dari 44 © BSN 2012

Tabel 6 Perkiraan awal berat beton segar

Ukuran nominal maksimum agregat

( mm)

Perkiraan awal berat beton, kg/m3* Beton tanpa tambahan

udara Beton dengan tambahan

udara 9,5 2280 2200 12,5 2310 2230 19 2345 2275 25 2380 2290 37,5 2410 2350 50 2445 2345 75 2490 2405 150 2530 2435

*Nilai yang dihitung memakai rumus 1 untuk beton dengan jumlah semen cukup banyak (330 kg semen per m3), dan dengan slump sedang dan berat jenis agregat 2,7. Untuk slump sebesar 75 mm sampai dengan 100 mm menurut Tabel 2. Bila informasi yang diperlukan cukup, maka berat perkiraan dapat diperhalus lagi dengan cara sebagai berikut : untuk setiap perbedaan air pencampur 5 kg dengan slump sebesar 75 mm sampai dengan 100 mm (Tabel 2), koreksi berat tiap m3 sebanyak 8 kg pada arah berlawanan; untuk setiap perbedaan 20 kg kadar semen dari 330 kg, koreksi berat per m3 sebesar 3 kg dalam arah bersamaan; untuk setiap perbedaan berat jenis agregat 0,1 terhadap nilai 2,7, koreksi berat beton sebesar 60 kg dalam arah yang sama. Untuk beton dengan tambahan udara, gunakan Tabel 2. Berat dapat ditambah 1 % untuk setiap 1 % berkurangnya kadar udara dari jumlah tersebut. Bila diinginkan perhitungan berat beton per m3, secara teoritis rumus berikut ini dapat digunakan

1110010 acaa Gw-/GG-cA-GU ……………………............…....……… (6)

Keterangan : U adalah berat beton segar, kg/m3

aG adalah berat jenis rata-rata gabungan agregat halus dan kasar, kering permukaan

jenuh (SSD adalah saturated surface dry)

cG adalah berat jenis semen (umumnya = 3,15)

A adalah kadar udara (%) w adalah syarat banyaknya air pencampur, kg/m3 c adalah syarat banyaknya semen, kg/m3

5.3.1.7.2 Untuk mendapatkan volume agregat halus yang disyaratkan, satuan volume beton dikurangi jumlah seluruh volume dari bahan-bahan yang diketahui, yaitu air, udara, bahan yang bersifat semen, dan agregat kasar. Volume beton adalah sama dengan berat beton dibagi densitas bahan. 5.3.1.8 Langkah ke 8 Penyesuaian terhadap kelembaban agregat Jumlah agregat yang harus ditimbang untuk beton harus memperhitungkan banyaknya kandungan air yang terserap dalam agregat. Umumnya, agregat ada dalam keadaan lembab, sehingga berat keringnya harus ditambah sebanyak persentase air yang dikandungnya baik yang terserap maupun yang ada dipermukaan. Banyaknya air pencampuran yang harus ditambahkan ke dalam campuran haruslah dikurangi sebanyak air bebas yang didapat dari agregat, yaitu jumlah air dikurangi air terserap. 5.3.1.8.1 Dalam beberapa hal mungkin diperlukan untuk mencampur agregat dalam keadaan kering. Jika penyerapan air (biasanya setelah direndam selama satu hari) lebih besar dari 1%, dan bila struktur pori-pori dalam butiran agregat sedemikian rupa hingga

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 34: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

15 dari 44 © BSN 2012

bagian yang cukup berarti dari penyerapan berlangsung dalam waktu sebelum terjadinya pengikatan awal, ada kemungkinan terjadi kehilangan slump yang lebih besar sebagai akibat berkurangnya air pencampur. Juga rasio air-semen akan berkurang akibat adanya air yang terserap sebelum terjadinya pengikatan, dengan anggapan bahwa partikel semen tidak terbawa masuk ke dalam agregat. 5.3.1.8.2 Menurut SNI 03-2493-1991, prosedur pembuatan campuran percobaan di laboratorium mengijinkan mencampur agregat dalam kondisi kering udara, bila penyerapannya kurang dari 1,0 % dengan kemungkinan diserapnya air dari beton yang belum menjalani proses pengikatan (unset concrete). Disarankan oleh SNI 03-2493-1991 bahwa jumlah yang diserap dapat dianggap sebesar 80 % dari perbedaan antara jumlah air sebenarnya yang terdapat dalam pori-pori agregat (kondisi kering udara) dan penyerapan jumlah nominal 24 jam yang ditentukan dalam SNI 03-1969-1990 atau SNI 03-1970-1990. Untuk agregat dengan penyerapan lebih besar, SNI 03-2493-1991 mensyaratkan pengondisian sebelumnya untuk memenuhi syarat penyerapan dengan pengaturan berat agregat yang didasarkan pada jumlah kadar air dan pengaturan termasuk air permukaan sebagai bagian dari air pencampur yang disyaratkan. 5.3.1.9 Pengaturan campuran percobaan Proporsi hasil perhitungan harus diperiksa melalui pembuatan campuran percobaan yang dipersiapkan dan diuji menurut SNI 03-2493-1991 atau sebanyak campuran di lapangan. Pemakaian air harus cukup untuk menghasilkan slump yang disyaratkan sewaktu memilih proporsi percobaan. Beton harus diperiksa berat isi dan jumlah yang dihasilkan / yield (SNI 03-1973-1990) dan kadar udara (SNI 03-3418-1994). Juga harus diperiksa sifat pengerjaannya, bebas dari segregasi, dan sifat penyelesaiannya (finishing-nya). Pengaturan yang sesuai harus pula dilakukan untuk campuran-campuran sebagai berikut. 5.3.1.9.1 Kebutuhan air pencampur untuk menghasilkan nilai slump yang sama seperti campuran percobaan adalah setara dengan jumlah bersih air pencampur dibagi dengan jumlah beton yang dihasilkan dari campuran percobaan dalam m3. Jika nilai slump campuran percobaan tidak sesuai, tambahkan atau kurangi jumlah kandungan air sebanyak 2 kg/m3 untuk setiap pertambahan atau pengurangan nilai slump sebesar 10 mm. 5.3.1.9.2 Langkah penyesuaian karena jumlah kandungan udara yang tidak tepat pada beton adalah dengan penambahan atau pengurangan jumlah kandungan air pencampur dari sub pasal 5.3.1.9.1 sebanyak 3 kg/m3 untuk setiap 1% penambahan atau pengurangan kandungan udara. 5.3.1.9.3 Perkiraan kembali berat beton segar untuk penyesuaian setara dengan berat beton segar dalam kg/m3 dari campuran percobaan, dikurangi atau ditambahkan oleh persentase perubahan kadar air campuran percobaan yang telah disesuaikan. 5.3.1.9.4 Hitunglah campuran percobaan yang baru ini dimulai dengan langkah 4 (5.3.1.4), jika perlu ubah volume agregat kasar dari Tabel 2, untuk menghasilkan sifat pengerjaan yang cocok. 5.3.2 Langkah awal pemilihan proporsi campuran beton massa Dengan ditentukannya sifat dari bahan-bahan dan diketahuinya sifat dari beton, maka prosedur dalam penyusunan campuran beton massa mengikuti langsung rangkaian langkah-langkah yang diuraikan dalam 5.3.2.1 sampai 5.3.2.12. Susunan campuran harus ditentukan untuk temperatur pengecoran maksimum yang ditetapkan untuk mengantisipasi pengaruh dari kecepatan hidrasi semen dan panas yang ditimbulkan. Dengan menggunakan agregat

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 35: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

16 dari 44 © BSN 2012

berukuran nominal maksimum 75 mm atau 150 mm, prosedurnya agak berbeda, terutama kesukaran dalam menentukan kerapatan (densitas)/berat satuan kering udara dari agregat ukuran besar dengan metoda pemadatan kering menggunakan batang besi. Untuk ukuran agregat nominal maksimum 37,5 mm atau lebih kecil, dapat digunakan metoda penyusunan campuran sebagai berikut:. 5.3.2.1 Langkah ke-1 – Tentukan semua persyaratan yang berhubungan dengan sifat-sifat beton, termasuk : a. Ukuran nominal maksimum dari agregat yang dapat digunakan; b. Rentang nilai slump; c. Batasan Rasio Air-Semen; d. Temperatur pengecoran maksimum beton yang diharapkan; e. Rentang nilai kadar udara; f. Kekuatan yang disyaratkan dan umur pengujian; g. Kondisi pemaparan (exposure) yang diharapkan; h. Kecepatan Arus Air yang diharapkan, bila beton terkena air yang mengalir; i. Persyaratan Mutu Agregat; j. Sifat-sifat dari Semen dan/atau Pozolan.

5.3.2.2 Langkah ke-2 – Menentukan sifat-sifat yang penting dari bahan jika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia. Contoh bahan-bahan yang mewakili yang akan dipakai dalam beton harus diambil dalam jumlah yang cukup untuk pengujian pemeriksaan melalui campuran percobaan. Banyaknya bahan-bahan yang diperlukan untuk pengujian lengkap ditunjukkan dalam Tabel A.9. Jika pozolan tersedia dan lebih murah, atau disyaratkan dalam spesifikasi, jumlah persentase penggunaan seperti ditunjukkan dalam Tabel A.1. Dari bahan yang direncanakan untuk pengujian, tentukan sifat-sifat seperti berikut ini: a. Analisa ayak dari semua agregat; b. Berat jenis agregat ; c. Penyerapan air agregat ; d. Bentuk partikel/butir dari agregat ; e. Modulus kehalusan agregat halus ; f. Berat jenis dari semen portland, dan/atau pozolan, dan semen campur ; g. Sifat-sifat fisik dan kimia dari semen portland, dan/atau pozolan, dan semen campur,

termasuk panas hidrasi pada umur 7 hari. 5.3.2.3 Langkah ke-3 –Pemilihan Rasio Air-Semen. Bila dalam dokumen proyek, rasio air-semen tidak ditentukan, pilih dari Tabel A.8 rasio air-semen maksimum yang diizinkan sesuai kondisi pemaparan tertentu. Bandingkan rasio air-semen ini dengan rasio air-semen maksimum dari Tabel A.7 untuk mendapatkan kekuatan rata-rata termasuk kekuatan yang disyaratkan plus toleransi untuk antisipasi variasi dan penggunaan rasio air-semen yang terendah. Rasio air-semen harus dikurangi sebesar 0,02 untuk menjamin agar rasio air-semen maksimum tidak dilampaui pada waktu penyesuaian di lapangan. Rasio air-semen ini, bila dibutuhkan dapat diubah ke dalam rasio air-semen plus pozolan {A / (S+P) } dengan menggunakan persamaan (1).

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 36: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

17 dari 44 © BSN 2012

5.3.2.4 Langkah ke-4 – Memperkirakan kebutuhan air pencampur. Perkirakan kebutuhan air pencampur dari Tabel 1 untuk slump dan ukuran agregat maksimum tertentu. Temperatur pengecoran awal mungkin berpengaruh terhadap kebutuhan air. 5.3.2.5 Langkah ke-5 – Pemilihan kadar udara. Pilih kadar udara total dari campuran seperti ditunjukkan dalam Tabel A.6. Pengukuran kadar udara dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan dibawah ini: a A = ----------------------------- ………………………………………………………….… (7) 1 + r { 1 - a /100 }

Keterangan : A adalah kadar udara campuran total, dalam % a adalah kadar udara dari fraksi agregat lebih kecil dari 37,5 mm, dalam % r adalah rasio dari volume absolut dari fraksi agregat yang lebih besar dari 37,5

mm terhadap volume absolut dari semua bahan lainnya dalam campuran kecuali udara. Jika 100% dari agregat lewat ayakan 37,5 mm, maka r = 0 dan A = a.

5.3.2.6 Langkah ke-6 – Hitung berat semen yang disyaratkan sesuai dengan pilihan rasio air-semen (5.3.2.3) dan syarat air pencampur dari (5.3.2.4)

5.3.2.7 Langkah ke-7 – Tentukan volume absolut untuk bahan-bahan bersifat semen, kadar air, dan kadar udara dari data yang diperoleh dalam langkah-langkah ke-4, ke-5, dan ke-6. Hitung volume absolut untuk masing-masing semen dan pozolan.

C (m3) V c+p = ---------------------- …………………….…………………………. (8a) G c (1000) V c = Vc+p ( 1 – Fv …………………………………………………… (8b) Vp = Vc+p ( Fv ) ……………………………………………………...(8c)

Keterangan : Cw adalah berat ekivalen semen portland seperti ditentukan dalam langkah ke-6. Gc adalah berat jenis semen portland Vc adalah volume semen (m3) Vp adalah volume pozolan (m3) Vc+p adalah volume semen dan pozolan (m3) Fv adalah persen pozolan terhadap volume absolut dari total volume absolut semen

tambah pozolan, dinyatakan sebagai faktor desimal. 5.3.2.8 Langkah ke-8 – Pilih persentase agregat dari Tabel A.5 dan berdasarkan modulus kehalusan dari agregat halus serta ukuran nominal maksimum dan tipe dari agregat kasar, tentukan persentase agregat kasar terhadap volume total dari agregat.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 37: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

18 dari 44 © BSN 2012

5.3.2.9 Langkah ke-9 – Tentukan volume absolut total agregat dengan cara pengurangan dari unit volume (satu satuan) dikurangi dari masing-masing volume absolut bahan seperti dalam langkah ke-7. Berdasarkan banyaknya agregat kasar dari Langkah ke-8, tentukan volume absolut dari agregat kasar. Sisa dari volume absolut agregat kasar merupakan jumlah volume absolute agregat halus dalam campuran. 5.3.2.10 Langkah ke-10 – Lakukan kombinasi yang diinginkan dari beberapa kelompok ukuran agregat kasar. Dengan menggunakan gradasi dari masing – masing kelompok agregat kasar, gabungkan seluruh agregat kasar ke dalam gradasi yang seragam yang mendekati gradasi pada Tabel A.4 untuk ukuran maksimum 150 mm atau 75 mm. Persentase dari setiap kelompok ukuran harus dibulatkan mendekati persentase angka bulat terdekat. 5.3.2.11 Langkah ke-11 – Ubahlah semua volume absolut ke dalam berat per satuan volume dari semua bahan penyusun dalam campuran. 5.3.2.12 Langkah ke-12 – Periksa kadar mortar - Dari volume absolut yang dihitung sebelumnya, hitunglah kadar mortar dan bandingkan hasilnya dengan nilai dalam Tabel A.6.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 38: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

19 dari 44 © BSN 2012

Lampiran A (informatif)

Ketentuan beton massa

A.1 Sifat-sifat beton massa Dalam perencanaan sebuah proyek disyaratkan kekuatan tekan dengan faktor keamanan yang cukup untuk berbagai bagian dari struktur. A.2 Sifat-sifat bahan yang berkaitan dengan timbulnya panas A.2.1 Bahan yang bersifat semen Bahan yang bersifat semen untuk pekerjaan beton massa terdiri dari semen Portland (SNI 15-2049-2004), semen Portland campur (SNI 15-3500-2004), semen Portland komposit (SNI 15-7064-2004) atau semen Portland pozolan (SNI 15-0302-2004). A.2.1.1 Semen portland Reaksi hidrasi dari semen Portland bersifat isotermis, yaitu panas akan keluar selama proses reaksi antara semen dan air. Banyaknya panas yang dikeluarkan tergantung pada komposisi kimia dari semen seperti ditunjukkan dalam Grafik 1 dan pada temperatur awalnya.

Gambar A.1 - Grafik temperatur beton massa yang mengandung 223 kg/cm3 semen

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 39: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

20 dari 44 © BSN 2012

Tabel A.1 Hubungan antara kehalusan dan panas hidrasi dari berbagi tipe semen

Tipe semen

Kehalusan (cm2/g) dengan alat Turbidimeter

ASTM C 115

Panas hidrasi umur 28 hari (cal/g)

I 1790 87

II 1890 76

III 2030 105

IV 1910 60

Semen tipe II adalah semen yang paling banyak digunakan dalam pembuatan beton massa, karena panas hidrasinya yang sedang dan memiliki sifat-sifat yang diinginkan pada pekerjaan konstruksi. Bila digunakan bahan tambahan pozolanik, panas hidrasi yang dihasilkan sebanding dengan semen tipe IV. Kehalusan semen juga berpengaruh pada kecepatan panas hidrasi, tetapi sedikit pengaruhnya pada awal timbulnya panas. Semen yang digiling halus akan menghasikan panas lebih cepat pada umur awal dibandingkan dengan semen yang digiling kasar, sementara sifat lainnya tetap sama. A.2.1.2 Semen portland campur Semen Portland campur yang digunakan harus memenuhi persyaratan dalam SNI 15-3500-2004. Semen Portland campur dibuat dari campuran semen portland dan terak tanur tinggi atau pozolan. Pemakaian tanda IP-K (panas hidrasi sedang) dan P-K (panas hidrasi rendah) dapat digunakan untuk menunjukkan persyaratan sesuai aplikasinya. A.2.1.3 Pozolan Pozolan digunakan untuk mengantisipasi kenaikan temperatur beton dan pertimbangan ekonomi. Pozolan mencakup beberapa bahan seperti tanah diatomae, opaline cherts, tras, abu gunung api, tufa, batu apung, lempung bekah dan sebagainya, baik yang memerlukan atau tidak memerlukan proses pembakaran untuk menghasilkan sifat-sifat yang diinginkan. Abu terbang yang didapat dengan menggiling halus sisa pembakaran batu bara atau yang keluar dari cerobong pembakaran batu bara juga termasuk pozolan. Penggunaan pozolan dalam beton massa merupakan penggantian sebagian dari semen yang umumnya mengeluarkan sedikit panas pada umur awal. Untuk berat yang sama penurunan panas pada umur awal dari pozolan dapat diperkirakan antara 15 – 50% dari yang dikeluarkan oleh semen. Pengaruh pozolan pada sifat-sifat beton segar bervariasi tergantung pada tipe dan kehalusan; sifat-sifat senyawa kimia, mineralogi, dan sifat fisik; kehalusan dan komposisi dari semen; rasio dari semen terhadap pozolan; dan berat dari semen ditambah pozolan yang digunakan. Penggunaan pozolan dalam campuran beton massa dapat mengurangi kebutuhan air sebesar 7 %, dan mengurangi kebutuhan bahan tambahan pembentuk udara hingga 20%. Mengingat bahan-bahan pozolan lainnya mungkin membutuhkan tambahan air sebanyak 15% dan lebih dari 60% bahan tambahan pembentuk udara, maka penting sekali untuk mengevaluasi pengaruh pozolan sebelum menentukan proporsi campuran.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 40: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

21 dari 44 © BSN 2012

Proporsi semen terhadap pozolan tergantung pada kekuatan yang diinginkan pada umur tertentu, pertimbangan panas, sifat fisik dan sifat kimia semen dan pozolan, dan pertimbangan harga dari masing-masing bahan. Proporsi dari berbagai tipe pozolan dan bahan lainnya yang dicampur dengan semen portland untuk mengurangi timbulnya panas ditunjukkan pada Tabel A.2.

Tabel A.2 Jumlah tertentu pozzolan dan bahan lain*

Bahan dan Kelas Bahan Persentase Banyaknya Volume Absolut Bahan Pengikat

Beton terlindungi/tak terpapar (unexposed)#

Beton tak ter lindungi/terpapar (exposed)##

Pozolan (ASTM C 618): Kelas F 35 25 Kelas N, semua tipe kecuali tanah diatomae tidak dibakar 30 20

Bahan-bahan lainnya: Terak atau semen alami 35 25

* Jumlah lainnya dari pozolan atau bahan lain dapat digunakan jika diterima setelah campuran diuji di laboratorium atau dari pengalaman terdahulu. Untuk Pozolan kelas C, belum ada jumlah tertentu.

# Beton terlindungi/tak terpapar (unexposed) untuk struktur massif (misal: bendungan gravity; saluran air/spillway, lock wall, dan struktur massif yang sejenis).

## Beton tak terlindungi/terpapar (exposed) untuk struktur-struktur massif (lihat catatan sebelumnya) dan beton struktur yang terpapar (misal; dinding penahan banjir/flood walls, pondassi bangunan, penutup lantai, dan struktur dengan ukuran sedang yang sama.

A.2.2 Agregat Ukuran nomimal maksimum dari agregat yang disyaratkan untuk berbagai kondisi pengecoran/penempatan ditunjukkan dalam Tabel A.3. Jika tersedia ukuran maksimum agregat sampai 150 mm harus dipertimbangkan terhadap nilai ekonomis, dan kemudahan pengerjaannya. Karena agregat yang besar memiliki luas permukaan yang lebih sedikit untuk dilapisi oleh pasta semen, maka berkurangnya jumlah semen dan air yang digunakan dapat diwujudkan dengan rasio air-semen yang sama. Hubungan ini ditunjukkan dalam Tabel 2. Gradasi agregat kasar ditunjukkan dalam Tabel A.4 dan gradasi agregat halus ditunjukkan didalam ASTM C 33. A.2.2.1 Kombinasi agregat kasar Sebelum menentukan ukuran agregat maksimum, masing-masing kelompok ukuran agregat harus dikombinasikan atau digabungkan untuk memperoleh suatu gradasi dengan maksimum kerapatan/densitas dan minimum rongga udara (voids). Hal ini akan menghasilkan beton dengan jumlah mortar atau pasta semen maksimum yang terkandung untuk kebutuhan pengecoran, kemudahan pengerjaan, dan penyelesaiannya. Metoda dengan berat satuan kering udara (dry rodded) biasanya dapat diterapkan untuk menggabungkan kelompok ukuran agregat hingga ukuran maksimum 37,5 mm; namun cara ini tidak praktis untuk menggabungkan kelompok dengan ukuran maksimum 75 mm atau 150 mm. Persamaan (A-1) memberikan perkiraan persen bahan yang lewat masing-masing ukuran saringan yang diperlukan untuk tipe agregat tertentu1. CATATAN 1 Persamaan ini dikembangkan dari pekerjaan oleh Fuller dan Thompson tentang karakteristik peyusunan bahan berbentuk butiran. Bentuk kurva parabola yang dikembangkan dari persamaan tersebut mendekati gradasi yang ideal untuk densitas maksimum dan rongga udara minimum berdasarkan bentuk partikel dari agregat. Penggabungan masing-masing kelompok ukuran agregat kasar agar mendekati kurva ideal merupakan prosedur yang disarankan untuk digunakan dengan ukuran nominal agregat maksimum 150 mm dan 75 mm untuk campuran agregat dengan metoda berat satuan kering udara.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 41: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

22 dari 44 © BSN 2012

d x - 0,1875 x P = ---------------------- (100) ………………………………..………(A-1) D x - 0,1875 x

Keterangan : P adalah jumlah kumulatif yang lewat ayakan ukuran d; d adalah ukuran ayakan, (mm) D adalah ukuran nominal agregat maksimum, (mm) x adalah koefisien 0,5 untuk agregat bulat, dan 0,8 untuk agregat batu pecah

Berdasarkan pada persamaan di atas, kombinasi gradasi agregat dengan ukuran 150 dan 75 mm, batu pecah dan bulat, adalah ditunjukkan pada Tabel A.4. Gradasi yang dapat diterima untuk agregat yang sebagian bulat atau sebagian batu pecah dapat diinterpolasikan dengan menggunakan Tabel A.4. Penggunaan gradasi dari masing-masing kelompok ukuran, 150 mm ke dalam 75 mm, 75 mm ke dalam 37,5 mm, 37,5 mm ke 19 mm, dan 19 mm ke 4,75 mm, diperlukan metoda uji-coba (trial and error method) dalam penentuan pilihan persentase masing-masing kelompok ukuran untuk menghasilkan gradasi gabungan dari seluruh kelompok ukuran yang mendekati gradasi keseluruhan yang ideal. Pemilihan persentase setiap kelompok ukuran dilakukan sedemikian rupa hingga gradasi gabungan sekitar 2 – 3% dari gradasi ideal, jika masing-masing kelompok gradasi masih dalam batas-batas yang ditunjukkan dalam Tabel A.3. Dimana batas-batas gradasi yang lain dari yang ada dalam Tabel A.3, diperlukan toleransi yang lebih besar pada beberapa ayakan/saringan tertentu. Selain itu, agregat alam dari beberapa daerah mungkin tidak cukup dalam beberapa bagian ukuran butiran, dalam hal ini dianjurkan adanya modifikasi dari gradasi ideal untuk memungkinkan digunakannya agregat tersebut.

Tabel A.3 Batas-batas tertentu gradasi agregat kasar

Ukuran ayakan (mm)

Pemisahan Ukuran Persen (%) berat yang lewat masing-masing ayakan

4,75 - 19 mm 19 – 37,5 mm 37,5 – 75 mm 75 – 150 mm 177 100 150 90 – 100 100 100 20 – 55 75 90 – 100 0 – 15 50 100 20 – 55 0 - 5

37,5 90 – 100 0 – 10 25 100 20 – 55 0 - 5 19 90 – 100 0 – 15 9,5 20 – 55 0 - 5

4,75 0 – 10 2,36 0 - 5

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 42: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

23 dari 44 © BSN 2012

Tabel A.4 Gradasi gabungan ideal untuk agregat berukuran nominal maksimum 150 mm dan 75 mm dari persamaan C-1

Ukuran ayakan, mm

150 mm 75 mm % lewat % lewat

Pecahan Bulat Pecahan Bulat 150 100 100 - - 125 85 89 - - 100 70 78 - - 75 54 64 100 100 50 38 49 69 75

37,5 28 39 52 61 25 19 28 34 44 19 13 21 25 33 9,5 5 9 9 14

A.2.2.2 Kadar agregat kasar Banyaknya bagian agregat halus untuk beton massa tergantung pada gradasi gabungan agregat kasar, bentuk partikel/butiran, modulus kehalusan agregat halus, dan banyaknya bahan pengikat. Jumlah agregat kasar yang digunakan dapat diperoleh dengan metoda b/b0 dari Tabel 5, jika berat satuan gembur telah diketahui. Tabel A.5 menunjukkan presentase penggunaan agregat pada berbagai modulus kehalusan agregat halus untuk agregat kasar ukuran nominal maksimum 75 mm dan 150 mm. A.2.3 Bahan tambahan Pada campuran beton massa, perlu selalu diperhatikan penggunaan bahan-bahan tambahan. Dua jenis bahan tambahan yang banyak dipakai dalam beton massa adalah bahan tambahan pembentuk gelembung udara dan bahan tambahan pengurang air. A.2.3.1 Bahan tambahan pembentuk gelembung udara Bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton massa diperlukan untuk menaikkan sifat kemudahan pengerjaan dari campuran beton kurus. Penggunaan tambahan udara dalam beton massa, sama halnya untuk beton lainnya, memungkinkan untuk memperbaiki tingkat keawetan, plastisitas, dan sifat pengerjaannya, serta mengurangi segregasi dan bliding. Pengaruh tambahan udara terhadap kekuatan dari beton massa dikurangi seminimum mungkin jumlah pasta semen dalam beton yang mengandung ukuran agregat nominal maksimum 75 mm dan 150 mm. Tetapi pengaruh seperti ini harus dipertimbangkan dalam perencanaan beton massa dengan agregat berukuran nominal maksimum sebesar 37,5 mm dan 19 mm. Pada campuran beton kurus, kekuatan tidak berkurang sebanyak bila digunakan bahan tambahan pembentuk gelembung udara; dalam beberapa kasus, kekuatan mungkin bertambah akibat berkurangnya kebutuhan air dengan tambahan udara. Kadar udara harus sesuai dengan Tabel A.6.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 43: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

24 dari 44 © BSN 2012

Tabel A.5 Perkiraan kadar agregat kasar bila menggunakan agregat halus alami (N) atau buatan (M) (persentase terhadap volume absolut total agregat)

Ukuran nominal maksimum dan

tipe agregat kasar

Modulus Kehalusan

2,40 2,60 2,80 3,00 Tipe pasir

N M N M N M N M

150 mm, pecahan 80 78 79 77 78 76 77 75 150 mm, bulat 82 80 81 79 80 78 79 77 75 mm, pecahan 75 73 74 72 73 71 72 70 75 mm, bulat 77 75 76 74 75 73 74 72

Tabel A.6 Perkiraan kadar udara dan mortar untuk berbagai

ukuran nominal maksimum agregat (37,5 mm slump dan 5 -6% kadar udara dalam porsi lebih kecil dari 37,5 mm)

Ukuran nominal maksimum dan tipe agregat kasar

Kadar mortar m3/m3 + 0,01

Kadar udara Total campuran (%)

150 mm, pecahan 0,39 3,0 – 4,0 150 mm, bulat 0,37 3,0 – 4,0

75 mm, pecahan 0,44 3,5 – 4,5 75 mm, bulat 0,43 3,5 – 4,5

Tabel A.7 Perkiraan kuat tekan beton dengan tambahan udara untuk berbagai rasio

air-semen (berdasarkan pada penggunaan silinder berukuran 150 x 300 mm)

Rasio air-semen berdasarkan berat*

Perkiraan kuat tekan pada umur 28 hari, Mpa*+ Agregat alam Agregat pecahan

0,40 31,0 34,5 0,50 23,4 26,2 0,60 18,6 21,4 0,70 14,5 17,2 0,80 11,0 13,1

* Nilai Rasio Air/Semen ini dapat diubah ke dalam Rasio Air/(Semen+Pozolan) dengan menggunakan persamaan dalam subpasal 5.3.1.4. ;

*+ 90 hari bila menggunakan pozolan.

Tabel A.8 Rasio air-semen yang diperbolehkan untuk penampang yang massif

Letak/lokasi Struktur

Rasio Air-Semen, berdasarkan berat

Cuaca sedang dan berat

Cuaca ringan, sedikit salju atau

beku Pada aliran air dalam struktur hidrolik atau muka air dimana kadang - kadang terjadi kejenuhan.

0,50 0,55

Struktur massif yang terlindung tidak terbatas* tidak terbatas* Struktur biasa tidak terlindung 0,50 0,55 Sepenuhnya selalu terendam air 0,58 0,58 Beton yang dibangun di air 0,45 0,45 Terpapar pada air tanah mengandung sulfat atau pada cairan korosif, garam, atau air laut.

0,45 0,45

Beton yang dibangun di aliran air deras (> 12 m/det)

0,45 0,45

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 44: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

25 dari 44 © BSN 2012

CATATAN Nilai-nilai Rasio Air/Semen ini dapat diubah ke dalam Rasio Air/(Semen+Pozolan) dengan menggunakan persamaan dalam 5.3.1.4. * Batas harus didasarkan pada nilai minimum yang disyaratkan bagi sifat pengerjaan dalam Tabel C.7 untuk mencapai kekuatan. A.2.3.2 Bahan tambahan pengurang-air Bahan tambahan pengurang-air yang memenuhi persyaratan SNI 03-2495-1991 terbukti efektif dalam campuran beton massa. Berkurangnya jumlah air memungkinkan dikuranginya kadar semen dengan nilai rasio air-semen yang sama. Banyaknya pengurangan air akan bervariasi dengan nilai 5 – 8%. A.3 Kekuatan dan keawetan Prosedur dalam penyusunan campuran beton massa digunakan terutama untuk pengontrolan timbulnya panas dan naiknya temperatur, tetapi masih memenuhi persyaratan kekuatan dan keawetan. Sifat-sifat kekuatan dan keawetan terutama ditentukan oleh rasio air-semen. Rasio air-semen adalah rasio atau perbandingan berat sejumlah air bebas diluar dari air yang diserap oleh agregat terhadap banyaknya semen dalam campuran beton atau mortar. Kecuali sebelumnya sudah tersedia data mengenai hubungan rasio air-semen dan kekuatan tekan, maka perkiraan kekuatan tekan dari silinder beton 150 x 300 mm untuk berbagai rasio air-semen dapat diperkirakan dari Tabel A.7. Rasio air-semen yang disarankan untuk beton yang akan dipapar dalam berbagai kondisi dapat dilihat dalam Tabel A.8. Rasio air-semen yang didapat dari perhitungan harus diperiksa melalui campuran percobaan untuk menjamin bahwa sifat-sifat beton yang disyaratkan dapat dipenuhi. Hasilnya mungkin menunjukkan bahwa kekuatan dan keawetan yang menentukan susunan campuran dan bukan timbulnya panas. Misalnya, dalam konstruksi bendungan gravity (dam), campuran untuk konstruksi muka bagian luar dapat digunakan tambahan semen untuk mencapai keawetan yang disyaratkan. Pertimbangan lain adalah dapat mencakup pengurangan temperatur awal dari beton pada saat pengecoran atau membatasi besarnya volume beton yang ditempatkan. Jika kekuatan tekan diberikan untuk seluruh campuran beton massa dengan kandungan agregat lebih besar dari 75 mm, maka perkiraan hubungan antara kekuatan seluruh campuran beton massa dan silinder 150 x 300 mm yang disaring basah.

Tabel A.9 Jumlah dari bahan-bahan yang disarankan untuk pemilihan proporsi

Ukuran nominal agregat

maksimum (mm)

Jumlah Agregat, kg

Semen, kg Agregat halus

Agregat kasar (mm)

4,75 – 19 19 - 37,5 37,5 - 75 75 - 150

19 544 544 - - - 181 37,5 454 454 454 - - 181 75 907 680 454 907 - 227

150 1361 907 680 1134 1361 318 CATATAN 1 Jumlah sebenarnya dari bahan-bahan yang dibutuhkan tergantung pada perlengkapan laboratorium, tersedianya bahan-bahan, dan luasnya program pengujian. CATATAN 2 Bila pozolan atau abu terbang harus dipergunakan dalam beton, jumlah yang diperikan haruslah sebanyak 35% dari berat semen. CATATAN 3 penambahan bahan pembentuk gelembung udara atau bahan tambahan kimia sebanyak 3,8 liter

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 45: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

26 dari 44 © BSN 2012

A.4 Pengecoran dan kemudahan pengerjaan Campuran dengan agregat kasar berukuran nominal maksimum 75 mm dan 150 mm membutuhkan kadar mortar minimum untuk sifat pengecoran dan kemudahan pengerjaan yang sesuai. Tabel A.6 menunjukkan volume absolut dari mortar (semen, pozolan, air, udara, dan agregat halus) yang dapat digunakan dalam campuran beton yang menggandung ukuran agregat besar. Nilai-nilai ini harus dibandingkan dengan yang ditentukan dalam prosedur penentuan susunan campuran dan penyesuaian dilakukan baik dengan menambah ataupun mengurangi campuran mortar percobaan untuk memperbaiki sifat kemudahan pengerjaan.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 46: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

27 dari 44 © BSN 2012

Lampiran B (informatif)

Contoh Perhitungan B.1 Contoh perhitungan beton normal Dua contoh soal akan digunakan untuk menggambarkan bagaimana prosedur ini diterapkan. Contoh 1 Beton dipersyaratkan untuk bagian struktur di bawah permukaan tanah pada lokasi yang tidak akan terpapar pada cuaca terlalu buruk atau serangan sulfat. Pertimbangan struktur meminta syarat kekuatan tekan rata-rata pada umur 28 hari sebesar 24 MPa† dengan slump 75 mm sampai dengan 100 mm. Ukuran nominal agregat maksimum 37,5 mm dengan berat kering oven agregat kasar adalah 1600 kg/m3, semen yang digunakan adalah semen tanpa tambahan udara dengan berat jenis 3,15 dengan mengikuti urutan langkah-langkah dalam Pasal 5. († ini bukan nilai syarat yang digunakan dalam rancangan struktur, namun adalah angka yang lebih tinggi yang rata-rata akan dihasilkan; untuk metoda yang menentukan bahwa kekuatan rata-rata harus di atas kekuatan rencana). Diketahui data bahan sebagai berikut: Agregat halus Agregat kasar --------------------------------------------- Modulus kehalusan 2,80 -- Berat jenis (SSD) 2,64 2,681 Penyerapan air (%) 0,70 0,50 Banyaknya masing-masing bahan per m3 beton dihitung sebagai berikut : Langkah 1 Slump yang disyaratkan 75 mm sampai dengan 100 mm. Langkah 2 Agregat yang digunakan memiliki ukuran nominal maksimum 37,5 mm. Langkah 3 Beton yang dibuat adalah beton tanpa tambahan udara, karena strukturnya tidak akan terkena pemaparan tingkat berat. Dari Tabel 2, banyaknya air pencampur untuk beton tanpa tambahan udara dengan slump 75 mm sampai dengan 100 mm dan besar butir agregat maksimum yang dipakai 37,5 mm adalah 181 kg/m3. Langkah 4 Rasio air-semen untuk beton berkekuatan 24 MPa adalah 0,62 dari Tabel 3. Langkah 5 Dari data yang diperoleh di langkah 3 dan langkah 4, banyaknya kadar semen adalah 181/0,62 = 292 kg/m3. Langkah 6 Banyaknya agregat kasar diperkirakan dari Tabel 5. Untuk agregat halus dengan modulus kehalusan 2,8 dan agregat kasar dengan ukuran nominal maksimum 37,5 mm, memberikan angka sebesar 0,71 m3 untuk setiap m3 beton. Dengan demikian, berat keringnya, 0,71 x 1600 = 1136 kg.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 47: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

28 dari 44 © BSN 2012

Langkah 7 Dengan sudah diketahuinya jumlah air, semen dan agregat kasar, maka bahan lain yang akan digunakan untuk membuat 1 m3 beton adalah agregat halus dan udara yang akan terperangkap. Banyaknya agregat halus dapat ditentukan berdasarkan berat atau volume absolut sebagai berikut : 7.1 Atas dasar massa (berat) Dari Tabel 6, massa 1 m3 beton tanpa tambahan udara yang dibuat dengan agregat berukuran nominal maksimum 37,5 mm, diperkirakan sebesar 2410 kg. Untuk campuran percobaan pertama, pengaturan pasti nilai ini akibat adanya perbedaan slump, faktor semen, dan berat jenis agregat tidaklah begitu penting. Berat (massa) yang sudah diketahui adalah : Air (berat bersih) 181 kg Semen 292 kg Agregat kasar 1136 kg Jumlah 1609 kg Jadi, massa (berat) agregat halus = 2410 – 1609 = 801 kg 7.2 Atas dasar volume absolut Dengan jumlah air, semen dan agregat kasar yang ada, dan perkiraan adanya udara terperangkap sebesar 1 persen diberikan dalam Tabel 2 (berlawanan dengan udara yang ditambahkan), maka kadar pasir dapat dihitung sebagai berikut :

Volume air = 1000

181 = 0,181 m3

Volume padat semen = 1000x15,3

292 = 0,093 m3

Volume absolute agregat kasar = 1000x68,2

1136 = 0,424 m3

Volume udara terperangkap = 0,01 x 1,000 = 0,010 m3 Jumlah volume padat bahan selain agregat halus = 0,708 m3 Volume agregat halus dibutuhkan = 1,000 – 0,708 = 0,292 m3 Berat agregat halus kering yang dibutuhkan = 0,292 x 2,64 x 1000 = 771 kg

7.3 Perbandingan berat campuran satu meter kubik beton yang dihitung dengan dua cara perhitungan di atas adalah sebagai berikut;:

Berdasarkan perkiraan massa beton, kg

Berdasarkan perkiraan volume absolut bahan-

bahan, kg Air (berat bersih) 181 181 Semen 292 292 Agregat kasar (kering) 1136 1136 Pasir (kering) 801 771

Langkah 8 Koreksi terhadap kandungan air Pengujian menunjukkan kadar air sebesar 2 persen pada agregat kasar dan 6 persen pada agregat halus. Jika proporsi campuran percobaan dengan anggapan berat (massa) yang digunakan, maka berat (massa) penyesuaian dari agregat menjadi Agregat kasar (basah) = 1136 (1,02) = 1159 kg Agregat halus (basah) = 801 (1,06) = 849 kg

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 48: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

29 dari 44 © BSN 2012

Air yang diserap tidak menjadi bagian dari air pencampur dan harus dikeluarkan dari penyesuaian dalam air yang ditambahkan. Dengan demikian, air pada permukaan yang diberikan dari agregat kasar (2 – 0,5) = 1,5 persen; dari agregat halus (6 – 0,7) = 5,3 persen. Dengan demikian, kebutuhan perkiraan air yang ditambahkan 181 – 1136(0,015) – 801(0,053) = 122 kg Perkiraan berat campuran untuk satu m3 beton menjadi

Air (yang ditambahkan) 122 kg Semen 292 kg Agregat kasar (basah) 1159 kg Agregat halus (basah) 849 kg Jumlah 2422 kg

Langkah 9 Untuk campuran percobaan di laboratorium, akan lebih mudah bila berat campuran tersebut diperkecil menjadi 0,02 m3. sekalipun jumlah air menurut perhitungan = 0.02 x 122 = 2,44 kg, jumlah yang sesungguhnya digunakan untuk memperoleh slump yang diinginkan sebesar 75 mm sampai dengan 100 mm adalah sebanyak 2,70 kg.(Tabel 6.3.3), campuran yang dibuat menjadi sebagai berikut : Air (ditambahkan) 2,70 kg Semen 5,84 kg Agregat kasar (basah) 23,18 kg Agregat halus (basah) 16,98 kg Jumlah 48,70 kg Beton memiliki slump yang diukur sebesar 50 mm dan bobot isi 2390 kg/m3. Ini dianggap memuaskan dari sudut pandang sifat pengerjaan dan penyelesaian akhir. Untuk memberikan hasil yang sesuai, dibuatlah penyesuaian berikut ini : 9.1 Karena jumlah hasil campuran percobaan sebelumnya 48,70/2390 = 0,0204 m3 dan kadar air pencampur adalah 2,70 (yang ditambahkan) + 0,34 (pada agregat kasar) + 0,84 (pada agregat halus) = 3,88 kg, maka banyaknya air pencampur untuk tiap satu m3 beton dengan slump yang sama adalah : 3,88/0,0204 = 190 kg Seperti ditunjukkan dalam 6.3.9.1, jumlah ini harus ditambah lagi 8 kg untuk menaikkan slump yang terukur dari 50 mm menjadi 75 mm sampai dengan 100 mm seperti yang diinginkan, membuat jumlah seluruh air pencampur 198 kg. 9.2 Dengan penambahan air pencampur, akan dibutuhkan tambahan semen untuk memperoleh rasio air-semen 0,62 seperti yang diinginkan. Kadar semen yang baru menjadi

198/0,62 = 319 kg 9.3 Karena sifat pengerjaan ternyata cukup memuaskan, jumlah agregat kasar per satuan volume beton akan dipertahankan sama seperti dalam campuran percobaan. Banyaknya agregat kasar adalah

11360204,0

18,23 kg basah

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 49: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

30 dari 44 © BSN 2012

Yang sama dengan 111402,1

1136 kg kering

Dan ini sama dengan 1114 x 1,005 = 1120 kg kering permukaan jenuh (SSD) 9.4 Perkiraan baru untuk berat (massa) dari satu m3 beton adalah bobot isi sebesar 2390 kg/m3, maka banyaknya agregat halus yang diperlukan adalah 2390 – (198 + 319 + 1120) = 753 kg kering permukaan (SSD) = 753/1,007 = 748 kg kering berat campuran per satu m3 beton adalah sebagai berikut Air (berat bersih) 198 kg Semen 319 kg Agregat kasar, kering 1114 kg Agregat halus, kering 748 kg Langkah 10 penyesuaian susunan campuran Penyesuaian susunan campuran yang ditentukan atas dasar volume absolut mengikuti prosedur yang baru saja diberikan. Langkah-langkahnya akan diberikan tanpa penjelasan terinci : 10.1 Jumlah nominal sebanyak 0,02 m3 yang digunakan adalah sebagai berikut : Air (yang ditambahkan) 2,70 kg Semen 5,84 kg Agregat kasar, basah 23,18 kg Agregat halus, basah 16,34 kg Jumlah 48,08 kg Slump diukur 50 mm; massa satuan 2390 kg/m3; menghasilkan 18,08/2390 = 0,0201 m3; sifat pengerjaan memenuhi syarat. 10.2 Perkiraan jumlah air yang diperlukan untuk slump yang sama dengan campuran percobaan

1920201,0

81,034,070,2

kg

Air pencampur untuk mendapatkan slump 75 mm sampai dengan 100 mm = 192 + 8 = 200 kg 10.3 Penyesuaian kadar semen untuk air yang lebih banyak 200/0,62 = 323 kg 10.4 Kebutuhan agregat kasar yang disesuaikan

11530202,0

18,23 kg, basah

atau 1163/1,02 = 1130 kg kering 10.5 Volume bahan-bahan selain udara dalam campuran percobaan awal:

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 50: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

31 dari 44 © BSN 2012

Air 0039,01000

85,3 m3

Semen 0019,0x100015,3

84,5 m3

Agregat kasar 0085,0x100068,2

72,22 m3

Agregat halus 0058,0x100064,2

42,15 m3

Jumlah = 0,0201 m3 Oleh karena jumlah yang dihasilkannya juga sama, yaitu 0,0201 m3, tidak ada udara yang dapat diketahui dalam ketelitian dari pemeriksaan bobot isi dan angka-angka perhitungan yang signifikan. Dengan telah diketahuinya proporsi semua komponen terkecuali agregat halus, penentuan jumlah campuran percobaan yang disesuaikan, menjadi sebagai berikut :

Volume air 200,01000

200 m3

Volume semen 103,01000x15,3

323 m3

Peluang penambahan semen = 0,000 m3

Volume agregat kasar 422,01000x68,2

1130 m3

___________________ Jumlah volume kecuali agregat halus = 0,725 m3 Volume agregat halus yang dibutuhkan sebanyak 1000 – 0,725 = 0,275 m3 Berat agregat halus (kering) sebesar 0,275 x 2,64 x 1000 = 726 kg

Dengan demikian, berat dasar dari campuran beton, setelah disesuaikan, menjadi sebagai berikut :

Air (berat bersih) 200 kg Semen 323 kg Agregat kasar, kering 1130 kg Agregat halus, kering 726 kg

Angka-angka ini sedikit berbeda jika dibandingkan dengan yang diberikan dalam subpasal 9.4 untuk metode anggapan berat beton. Percobaan atau pengalaman lebih lanjut dapat menunjukkan adanya sedikit tambahan penyesuaian. Contoh 2 Dibutuhkan beton untuk dermaga jembatan berat yang akan terpapar pada air tawar dalam lingkungan iklim yang sangat buruk. Untuk ini, disyaratkan beton dengan kekuatan tekan umur 28 hari sebesar 20 MPa. Kondisi pengecoran memungkinkan beton dengan slump 25 mm sampai dengan 50 mm dan menggunakan agregat besar, tetapi agregat yang tersedia secara ekonomis dengan mutu yang baik adalah gradasi No. 4 sampai dengan 25 mm. Berat kering ovennya 1522 kg/m3. Sifat-sifat lainnya adalah seperti ditunjukkan dalam contoh 1. Langkah 1 Slump yang disyaratkan adalah 25 mm sampai dengan 51 mm.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 51: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

32 dari 44 © BSN 2012

Langkah 2 Yang akan digunakan adalah agregat setempat dengan gradasi dari No. 4 sampai dengan 1 in. Langkah 3 Mengingat struktur akan mengalami kondisi lingkungan yang buruk, akan digunakan beton dengan tambahan udara. Banyaknya air pencampur untuk menghasilkan slump 25 mm sampai dengan 50 mm pada beton dengan tambahan udara yang memakai agregat berukuran 25 mm, diperoleh dari Tabel 2 sebesar 160 kg/m3. Kadar udara disarankan sebesar 6 %. Langkah 4 Dari Tabel 3 rasio air-semen untuk menghasilkan kekuatan 20 MPa dalam beton dengan tambahan udara diperkirakan sebesar 0,60. Dari Tabel 4 untuk kondisi lingkungan yang buruk rasio air-semen tidak boleh lebih dari 0,50. Nilai yang lebih rendah inilah yang digunakan dalam perhitungan. Langkah 5 Informasi yang didapat dari langkah 3 dan 4, banyaknya kadar semen dibutuhkan adalah 160/0,50 =320 kg/m3 . Langkah 6 Banyaknya agregat kasar diperkirakan dari Tabel 5. Agregat halus dengan modulus kehalusan 2,8 dan agregat kasar dengan maksimum ukuran nominal 25 mm, memberikan angka sebesar 0,67 untuk tiap m3 beton. Dengan demikian, untuk satu m3, diperlukan agregat kasar sebanyak 0,67 x 1522 = 1020 kg. Langkah 7 Dengan didapatkannya jumlah air, semen dan agregat kasar, bahan-bahan yang masih harus ditambahkan untuk mendapatkan satu m3 beton adalah agregat halus dan udara. Agregat halus yang dibutuhkan dapat dihitung berdasarkan berat maupun volume absolut sebagai berikut : 7.1 Berdasarkan berat Dari Tabel 6, berat satu m3 beton dengan tambahan udara, yang dibuat dengan ukuran nominal agregat maksimum sebesar 25 mm, diperkirakan 2290 kg. Untuk campuran percobaan pertama, pengaturan pasti nilai ini akibat adanya perbedaan slump, faktor semen, dan berat jenis agregat tidaklah begitu penting. Berat yang sudah diketahui adalah Air, campuran bersih 160 kg Semen 320 kg Agregat kasar, kering 1020 kg Jumlah 1500 kg Berat agregat halus, dengan demikian diperkirakan 2290 – 1500= 790 kg (kering) 7.2 Berdasarkan volume absolut Dengan diketahuinya jumlah perkiraan semen, air, udara, dan agregat kasar, banyaknya agregat halus dapat dihitung sebagai berikut :

Volume air = 16,01000

160 m3

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 52: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

33 dari 44 © BSN 2012

Volume padat semen = 10,0x100015,3

320 m3

Volume padat agregat kasar = 38,0x100068,2

1020 m3

Volume udara = 0,06 x 1,00 = 0,06 m3 Jumlah seluruh bahan kecuali agregat halus = 0,60 m3 Banyaknya volume padat agregat halus yang diperlukan = 1,00 – 0,60 = 0,40 m3 Banyaknya berat agregat halus kering yang diperlukan= 0,40 x 2,64 x 1000 = 1056 kg 7.3 Perbandingan berat campuran yang dihitung berdasarkan dua cara tersebut, sebagai berikut :

Berdasarkan perkiraan

berat beton, kg

Berdasarkan perkiraan volume absolut bahan-

bahan, kg Air (berat bersih) 160 160 Semen 320 320 Agregat kasar, kering 1020 1020 Agregat halus, kering 790 1056

Langkah 8 Bila pemeriksaan menunjukkan kadar air total 3% dalam agregat kasar dan 5% dalam agregat halus, maka perkiraan jumlah agregat pada campuran percobaan beton didasarkan pada berat, sebagai berikut :

Agregat kasar, basah 1020 (1,03) = 1050 kg Agregat halus, basah 790 (1,05) = 830 kg

Penyerapan air tidak termasuk bagian dalam air pencampur dan harus dikeluarkan dari perhitungan air yang ditambahkan. Jadi, air permukaan yang diberikan dari agregat kasar = 3 - 0,5 = 2,5 persen dan agregat halus = 5 – 0,7 = 4,3 persen. Dengan demikian, kebutuhan air yang harus ditambahkan adalah :

160 – 1020 (0,025) – 790 (0,043) = 101 kg

Perkiraan berat campuran untuk tiap m3 beton adalah :

Air, yang harus ditambahkan 101 kg Semen 320 kg Agregat kasar, basah 1050 kg Agregat halus, basah 830 kg Jumlah 2301 kg

Langkah 9 Untuk campuran di laboratorium, berat bahan disesuaikan untuk menghasilkan volume beton 0,02 m3 . Sekalipun jumlah air yang harus ditambahkan adalah 2,02 kg, tetapi jumlah yang dipakai sebenarnya untuk menghasilkan slump (25 –50) mm adalah 2,90 kg. Jadi campuran bahan terdiri dari

Air, yang ditambahkan 2,90 kg Semen 6,4 kg Agregat kasar, basah 21,00 kg Agregat halus, basah 16,60 kg

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 53: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

34 dari 44 © BSN 2012

Jumlah 46,90 kg Hasil pengukuran slump beton adalah 50 mm, bobot isi 2272 kg/m3 dan kadar udara 6,5 persen, diperkirakan beton agak kebanyakan agregat halus demi kemudahan penempatannya. Untuk memberikan jumlah produk dan sifat-sifat lainnya yang benar dalam campuran-campuran selanjutnya, dibuatkan pengaturan penyesuaian sebagai berikut. 9.1 Karena jumlah produk campuran percobaan adalah 46,90/2272 = 0,0206 m3 dan kadar air pencampur adalah 2,90 (yang ditambahkan) + 0,59 dari agregat kasar + 0,80 dari agregat halus =4,29 kg, air pencampur yang dibutuhkan untuk satu m3 beton dengan slump yang sama sebagai campuran percobaan menjadi

2080206,0

29,4 kg

Dari hasil di atas slump memuaskan, namun karena kadar udara terlalu banyak sebesar 0,5 persen, maka akan dibutuhkan lebih banyak air untuk slump yang benar bila kadar udara dikoreksi. Sebagaimana ditunjukkan dalam 9.3.9.2, air pencampur harus ditambah sekitar 0,5 x 3 atau sekitar 1,5 kg/m3, yang akan menghasilkan perkiraan baru, yaitu 205,5 kg/m3. 9.2 Dengan air pencampur yang lebih sedikit, semen yang dibutuhkan juga berkurang untuk menghasilkan rasio air-semen sebesar 0,5. Kadar semen yang baru menjadi 205,5/0,5 = 411 kg 9.3 Mengingat beton ternyata kebanyakan pasir, jumlah agregat kasar per satuan volume akan ditambah 10 persen menjadi 0,74. Jumlah agregat kasar per m3 menjadi

0,74 x 1522 = 1126 kg kering atau

1126 x 1,03 = 1160 kg basah dan

1126 x 1,005 =1132 kg SSD 9.4 Perkiraan baru untuk berat beton dengan udara yang berkurang sebanyak 0,5 persen adalah 2272/0,995 = 2283,42 kg/m3. Jadi berat pasir adalah 2301 – (205,5 + 411 + 1132) = 552,5 kg SSD atau 552,5/1,007 = 549 kg kering Dosis bahan tambahan kimia harus dikurangi untuk memberikan kadar udara yang disyaratkan B.2 Contoh perhitungan beton berat Beton dibutuhkan untuk penyeimbang berat pada jembatan pengangkat yang tidak akan terpapar pada kondisi pembekuan dan pemanasan tinggi. Untuk ini disyaratkan kekuatan beton sebesar 31 MPa. Penempatannya memungkinkan slump sebesar 50 – 75 mm dan menggunakan ukuran nominal maksimum agregat 25 mm. Rancangan beton penyeimbang

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 54: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

35 dari 44 © BSN 2012

berat ini mengharuskan berat satuan beton kering oven sebesar 3605 kg/m3. Penyelidikan mengenai bahan-bahan yang ada dan ekonomis menunjukkan sebagai berikut.: Semen SNI 15-2049-2004, Tipe I (tanpa tambahan udara) Agregat halus Hematite specular Agregat kasar Ilmenite Tabel B.2.1 menunjukkan bahwa kombinasi dari bahan-bahan ini akan memberikan berat isi/berat satuan dalam keadaan kering oven sebesar 3444 – 3845 kg/m3. Penyelidikan mengenai bahan-bahan yang ada dan ekonomis menunjukkan sebagai berikut.: Sifat-sifat bahan berikut ini diperoleh dari pengujian laboratorium : Agregat halus Agregat kasar --------------------------------------------- Modulus kehalusan 2,30 -- Berat jenis (SSD) 4,95 4,61 Penyerapan air (%) 0,95 0,08 Berat kering udara - 2643 kg/m3 Ukuran maksimum nominal - 25 mm

Tabel B.2.1 Contoh agregat berat

Nama bahan Uraian Berat jenis Berat Satuan beton

(kg/m3) Limonite Goethite

Biji besi berair 3,4 -- 3,8 2884 - 3124

Barite Barium sulfat 4,0 – 4,4 3284 - 3605 Ilmenite Hematite Magnetite

Biji besi 4,2 – 5,0 3444 - 3845

Baja/Besi Shot, pellets Punchings

Dan lain lain

6,5 – 7,5 4966 - 5607

CATATAN Bahan-bahan besi-fosfor dan besi-silika (terak berat) boleh digunakan hanya setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh. Keluarnya gas hidrogen dari beton yang mengandung agregat ini diketahui sebagai hasil dari reaksinya dengan semen. Mengikuti urutan langkah-langkah yang digambarkan dalam 5.3.1, banyaknya bahan-bahan penyusun untuk tiap m3 beton dapat dihitung sebagai berikut: Langkah ke-1 – Seperti diketahui, slump disyaratkan 50 – 75 mm pada titik penempatan. Langkah ke-2 – Sumber agregat yang ada menunjukkan kesesuaiannya, dan agregat kasar memilki gradasi yang baik, dan pecahan ilminite berbentuk baik dengan ukuran nominal maksimum sebesar 25 mm. Agregat halusnya adalah hematite. Langkah ke-3 – Dengan interpolasi menurut Tabel 1, beton tanpa tambahan udara dengan 50 – 75 mm slump dan maksimum ukuran nominal agregat 25 mm, membutuhkan kadar air sekitar 141 kg per m3. Perkiraan udara yang terperangkap 1,5 %. (Beton tanpa tambahan udara akan digunakan karena: (1) beton tidak akan terpapar pada cuaca berat; dan (2) kadar udara yang besar dapat mengurangi berat satuan dari beton).

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 55: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

36 dari 44 © BSN 2012

CATATAN Nilai-nilai yang diberikan pada Tabel 1 untuk kebutuhan air didasarkan pada penggunaan agregat kasar pecahan dengan bentuk baik. Kadar rongga udara dari agregat kasar dan halus yang dipadatkan dapat dipakai sebagai tanda bentuk agregat tidak bulat. Kadar rongga udara yang lebih dari 40% pada agregat kasar kering berukuran 25 mm yang dipadatkan menunjukkan kemungkinan diperlukannya lebih banyak air dari yang dimuat dalam Tabel 1. Sebaliknya, agregat bentuk bulat dengan kadar udara di bawah 35% mungkin akan membutuhkan lebih sedikit air. Langkah ke-4 – Dari Tabel 2 rasio air-semen yang dibutuhkan untuk menghasilkan kekuatan sebesar 31 MPa dalam beton tanpa tambahan udara adalah 0,52. Langkah ke-5 – Dari informasi yang berasal dari Langkah ke-3 dan ke-4, kadar semen dihitung menjadi : 141/0,52 = 271 kg/m3. Langkah ke-6 – Banyaknya agregat kasar diperkirakan dari ekstrapolasi dari Tabel 5. Untuk agregat halus dengan modulus kehalusan 2,30 dan ukuran maksimum nominal 25 mm, Tabel menunjukkan bahwa 0,72 m3 agregat kasar atas dasar kering udara, dapat digunakan untuk setiap m3 beton. Dengan demikian, untuk setiap 1 m3, banyaknya agregat kasar menjadi: 0,72 m3, dan karena berat kering udara agregat adalah 2643 kg per m3, maka banyaknya agregat kasar kering yang harus digunakan dalam m3 beton = 0,72 x 2643 = 1903 kg. Pemakaian agregat pecah (bersudut) diimbangi dengan menggunakan berat satuan/berat isi agregat dalam keadaan kering udara; namun demikian penggunaan agregat halus yang terlalu bersudut akan membutuhkan lebih banyak; agregat halus, kadar semen, dan penggunaan tambahan udara untuk memperbaiki sifat pengerjaannya. Penggunaan tambahan udara akan mengurangi berat satuan beton, tetapi kadangkala dibutuhkan untuk keawetan beton. Langkah ke-7 – Untuk beton berat, agregat halus yang dibutuhkan harus ditentukan berdasarkan volume absolut. Dengan diketahuinya jumlah semen, air, udara, dan agregat kasar, kadar agregat halus dapat dihitung sebagai berikut.: 141 kg

Volume air = --------------- = 0,141 m3 1000 kg/m3 Volume udara = 0,015 x 0,765 m3 = 0,011 m3 271 kg Volume padat = --------------------- = 0,086 m3 Semen 3,15 x 1000 kg/m3 1903 kg Volume padat = --------------------- = 0,413 m3 agregat kasar 4,61 x 1000 kg/m3 Volume total semua bahan kecuali agregat halus = 0,651 m3 Volume padat agregat halus = 1 m3 - 0,651 m3 = 0,349 m3 Berat agregat halus yang dibutuhkan = 0,349 m3 x 4,95 x 1000 kg/m3 = 1728 kg. Hasil pengujian sesungguhnya menunjukkan beton memiliki sifat-sifat sbb.: bobot isi beton segar = 3776 kg per m3 Berat satuan kering oven = 3656 kg per m3 Kadar udara = 2,8 %

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 56: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

37 dari 44 © BSN 2012

Slump = 62,5 mm Kekuatan, umur 28 hari = 34 MPa CATATAN Berat Satuan/Berat Isi kering oven dari beton dengan kombinasi agregat hematite dan ilminite adalah 3 kg per m3 lebih kecil dari berat satuan beton segar. B.3 Contoh perhitungan beton massa Beton untuk jembatan dermaga yang terpapar pada air segar dalam cuaca berat. Kekuatan tekan rencana adalah 20,7 Mpa pada umur 28 hari. Kondisi penempatan mengizinkan penggunaan agregat besar, dan agregat yang tersedia adalah berupa batu pecah berukuran nominal maksimum 150 mm. Pengujian laboratorium menunjukkan nilai berat jenis (bulk s.g) untuk kelompok-kelompok ukuran 150 mm; 75 mm; 37,5 mm; dan 19 mm, masing-masing 2,72; 2,70; 2,70; dan 2,68; agregat halus alami yang tersedia memiliki berat jenis (bulk s.g) 2,64 dengan modulus kehalusan 2,80. Pozolan yang tersedia adalah berupa Abu terbang Kelas F dan harus digunakan untuk mengurangi timbulnya panas dalam beton. Berat jenis pozolan 2,45 dan semen Portland 3,15. Langkah ke-1 – Tentukan sifat-sifat yang disyaratkan antara lain: 1. Agregat batu pecah berukuran nominal maksimum 150 mm tersedia dan cukup

ekonomis untuk digunakan. 2. Rentang slump dari beton = 25 mm – 50 mm sebagaimana diukur pada porsi lebih kecil

dari 37,5 mm; 3. Maksimum rasio air-semen yang disyaratkan adalah 0,50 untuk tujuan keawetan; 4. Disarankan temperatur beton pada saat pengecoran 18°C atau lebih rendah; 5. Beton harus mendapatkan tambah udara dalam rentang 1½ % sampai dengan 5% bila

diuji untuk bahan dengan fraksi kurang dari 37,5 mm; 6. Dengan anggapan deviasi standard sebesar 3,45 MPa, pertimbangan pengawasan

keseluruhan konstruksi yang baik, dan 80% dari hasil pengujian yang dilakukan lebih dari kekuatan rencana yang disyaratkan, maka dibutuhkan kekuatan rata-rata yang tidak kurang dari 23,4 MPa pada umur 28 hari (90 hari bila digunakan pozolan).

7. Beton akan mengalami kondisi pemaparan yang sangat keras; 8. Kecepatan maksimum aliran air beton 12 m/detik. 9. Agregat yang tersedia memenuhi ketentuan persyaratan dari proyek. 10. Spesifikasi proyek mengharuskan penggunaan semen portland Tipe II dan

membolehkan digunakannya pozolan atau semen Portland tipe I ditambah pozolan. Langkah ke-2 – Tentukan sifat-sifat dari bahan-bahan:

1 Agregat kasar memiliki analisa ayak sebagai berikut :

Ukuran ayakan

mm Persentase yang lewat masing-masing ayakan

(4,75 – 19mm) (19-37,5mm) (37,5-75mm) (75-150mm) 175 100 150 98 125 60 100 100 30 75 92 10 50 100 30 2 37,5 94 6 25 100 36 4 19 92 4 9,5 30 2 4,75 2

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 57: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

38 dari 44 © BSN 2012

2. Berat jenis agregat kasar dan agregat halus (kering permukaan jenuh) ditentukan

sebagai berikut:

Ukuran nominal agregat Berat Jenis 150 – 75 mm 2,72 75 - 37,5 mm 2,70 37,5 -19 mm 2,70 19 – 4,75 mm 2,68 Agregat halus 2,64

3. Penyerapan air agregat kasar dan halus adalah sebagai berikut:

Ukuran nominal agregat Penyerapan air (%)

150 – 75 mm 0,5 75 - 37,5 mm 0,75 37,5 -19 mm 1,0 19 – 4,75 mm 2,0 Agregat halus 3,2

4. Agregat kasar berupa batu pecah dan agregat halus berupa pasir/alam; 5. Modulus kehalusan agregat halus = 2,80 6. Berat jenis semen portland dan pozolan, masing-masing adalah 3,15 dan 2,45. 7. Pengujian sifat-sifat kimia dan fisik dari semen portland dan pozolan memenuhi

persyaratan dalam spesifikasi proyek. Langkah ke-3 – Pemilihan Rasio Air-Semen Dari Tabel A.8, kondisi pemaparan mengizinkan maksimum rasio air-semen sebesar 0,50 dan Tabel A.7 menyarankan maksimum rasio air-semen 0,57 untuk mencapai kekuatan rata-rata yang disyaratkan 23,44 Mpa. Karena kondisi pemaparan mensyaratkan rasio air-semen yang lebih rendah, rasio air-semen rencana akan menjadi 0,48 atau 0,02 lebih rendah dari nilai yang diizinkan untuk membiarkan penyesuaian di lapangan. Mengingat pozolan abu terbang tersedia dan jumlah beton dari proyek membenarkan pemakainnya secara ekonomis, 25% volume akan digunakan sesuai Tabel A.1

Langkah ke-4 – Perkirakan banyaknya air pencampur yang disyaratkan. Dari Tabel 1 perkiraan kadar air adalah 107 kg/m3 didasarkan pada penggunaan 150 mm batu pecah dan slump sebesar 25 mm - 50 mm. Langkah ke-5 – Pemilihan kadar udara. Kadar udara total dipilih sebesar 3,2 %; ini masih dalam rentang yang disarankan dalam Tabel A5.6. Pada waktu penyesuaian, setelah semua bahan penyusun ditentukan, jumlah total kadar udara yang lebih tepat dapat dihasilkan dengan menggunakan Persamaan A.6. Langkah ke-6 – Tentukan berat semen dari rasio air-semen dan kebutuhan air. Dari langkah ke-3 diketahui Rasio Air/Semen = 0,48 Dengan demikian, berat semen dalam seluruh campuran semen sama dengan 107 -------------- = 222 kg/m3 0,48

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 58: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

39 dari 44 © BSN 2012

Langkah ke-7 – Tentukan volume absolut per m3 untuk bahan-bahan bersifat semen, kadar air, dan kadar udara. Untuk ini akan digunakan 25% volume pozolan yang disarankan dalam Tabel A.1. Dengan menggunakan Persamaan (3a), (3b) dan (3c), volume absolut bahan bersifat semen dapat ditentukan : Cw 222 Vc+p = --------------- = ----------------- = 0,070 Gc (62,4) 3,15 (1000) Vc = Vc+p (1 – Fv) =0,070 (1 – 0,25) = 0,052 Vp = Vc+p (Fv) = 0,070 (0,25) = 0,018

107 Vw = ------------- = 0,107 1000 VA = 0,032 (1,0) = 0,032

Langkah ke-8 – Untuk agregat halus alami dengan modulus kehalusan 2,80 dan agregat batu pecah 152 mm, volume agregat kasar yang digunakan dalam campuran percobaan adalah 78% -- Lihat Tabel A.5. Langkah ke-9 -- Tentukan volume absolut dari agregat halus dan kasar. 1,0 – Vw – VA - Vc+p = Volume agregat/m3. 1,0 – (0,107+0,032+0,07)= 0,79 Volume agregat kasar = 0,79 (0,78) = 0,62 Volume agregat halus = 0,79 (0,22) = 0,17

Langkah ke-10 – Gabungkan berbebagai kelompok ukuran agregat kasar. Gradasi dari agregat yang ada digabungkan/dikombinasikan dengan perhitungan coba-coba dan menghasilkan persentase untuk masing-masing kelompok sbb.: 4,75 mm – 19 mm = 15 % 19 mm – 75 mm = 15 % 75 mm – 150 mm = 25 % 150 mm – 300 mm = 45 % Langkah ke-11 – Ubah semua nilai volume absolut ke dalam berat per satuan volume, sebagai berikut.:

Jenis Bahan Volume absolut x berat jenis (kg/m3) Semen portland 0,052(3150) 167 Pozolan 0,018(2450) 43 Air 0,107(1000) 107 Udara 0,032 -- Agregat halus 0,17(2640) 459* Agregat kasar : (4,75 – 19 mm) 0,62(0,15)(2680) 248 * (19 – 75 mm) 0,62 (0,15)(2700) 250 * (75 – 150 mm) 0,62 (0,25)(2700) 416 * (150 – 300 mm) 0,62 (0,45)(2720) 755 *

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 59: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

40 dari 44 © BSN 2012

* Berat didasarkan pada agregat dalam kondisi kering permukaan. Langkah ke-12 – Periksa kadar mortar dan bandingkan dengan Tabel A.6. Kadar mortar = Vc + Vp + Vw + Vs + VA = 1,43 + 0,48 + 2,83 + 4,70 + 0,86 = 0,383 m3/m3 Dari Tabel A.6, kadar mortar diperkirakan = 0,39 m3/m3 yang masih berada dalam batas toleransi +/- 0,01 m3 dari nilai total. Langkah ke-13 -- Campuran percobaan. Dari informasi tersebut di atas volume absolut dan berat per m3 dari masing-masing bahan penyusun terhitung sebagai berikut. :

Jenis Bahan Volume absolut (m3/m3) Berat (kg/m3) Semen portland 0,052 167 Pozolan 0,018 43 Air 0,107 107 Udara 0,032 --- Agregat halus 0,174 459* Agregat kasar : (4,75 – 19 mm) 0,093 248* (19 – 75 mm) 0,093 250* (75 – 150 mm) 0,154 416 * (150 – 300 mm) 0,277 755* Jumlah 1,000 2444 * * Berat didasarkan pada agregat kering permukaan. Nilai berat di atas hendaklah dikurangi secara proporsional untuk memudahkan persiapan campuran percobaan yang pada saatnya harus dievaluasi untuk koreksi kesesuaian kadar air, slump, kadar udara, dan sifat pengerjaan secara umum. Setelah penyesuaian yang diperlukan, harus dibuat campuran percobaan untuk verifikasi kekuatan dan sifat-sifat beton lainnya yang diinginkan.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 60: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

41 dari 44 © BSN 2012

Lampiran C (informatif)

Pengujian laboratorium C.1 Pemilihan campuran beton dapat dilaksanakan secara efektif dari hasil pengujian laboratorium yang menentukan sifat-sifat fisik mendasar dari bahan-bahan yang akan digunakan, hubungan antara rasio air-semen atau rasio air-semen+pozolan, kadar udara, kadar semen, dan kekuatan, serta informasi mengenai karakteristik atau sifat kemudahan pengerjaan dari berbagai susunan campuran bahan. C.2 Sifat-sifat semen. Sifat fisik dan kimia semen dapat mempengaruhi sifat beton yang sudah mengeras. Berat jenis semen portland biasanya sebesar 3,15. Untuk tipe lainnya seperti: semen Portland campur, semen terak tanur tinggi atau pozolan, berat jenis yang digunakan harus ditentukan melalui pengujian. C.3 Sifat-sifat agregat C.3.1 Analisa ayak, berat jenis, penyerapan air, dan kadar air dari agregat kasar dan agregat halus, dan berat satuan agregat kasar kering udara, adalah sifat-sifat fisik untuk menghitung susunan campuran. Pengujian lainnya yang diperlukan untuk pekerjaan besar atau khusus termasuk pemeriksaan petrografik, dan pengujian reakvitas kimiawi, kekekalan (soundness), keawetan, ketahan aus, dan berbagai zat yang merusak. C.3.2 Susunan besar butir/gradasi dari agregat merupakan faktor utama untuk menentukan kebutuhan air, proporsi dari agregat kasar dan pasir, dan kadar semen untuk sifat pengerjaan yang memuaskan. Sifat pengerjaan tambahan yang dilaksanakan dengan memasukkan tambahan udara, sampai batas-batas tertentu, boleh menggunakan agregat dengan gradasi yang kurang ketat. C.3.3 Contoh-contoh untuk pengujian campuran beton haruslah mewakili agregat yang akan dipakai di dalam pekerjaan. Untuk pengujian laboratorium, agregat harus dipisahkan ke dalam beberapa fraksi yang disyaratkan dan disatukan kembali pada waktu pencampuran untuk menjamin keterwakilan gradasi dalam campuran pengujian. Dalam kondisi tertentu, untuk pekerjaan yang cukup besar, pengujian laboratorium dapat mengupayakan bagaimana mengatasi kurang tepatnya gradasi agregat yang tersedia. Gradasi yang kurang baik dari pasir dapat diperbaiki dengan cara : (1) memisahkan pasir kedalam dua atau lebih fraksi menurut besar butirnya, lalu

menggabungkannya kembali ke dalam gradasi yang sesuai; (2) menambah atau mengurangi jumlah dari ukuran-ukuran tertentu untuk memenuhi

gradasi yang diinginkan; (3) kurangi kelebihan butir-butir kasar dengan memecah atau menggilingnya. Gradasi yang kurang baik dari agregat kasar dapat diperbaiki dengan cara : (1) hancurkan fraksi butir-butir yang terlalu besar; (2) pisahkan yang ukuran-ukurannya terdapat berlebihan; (3) gantikan ukuran-ukuran bagian yang kurang baik dari sumber lainnya; (4) lakukan kombinasi dari cara-cara ini. Biasanya, gradasi agregat yang disyaratkan haruslah sejalan dengan gradasi dari bahan-bahan yang tersedia.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 61: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

42 dari 44 © BSN 2012

C.4 Perkiraan campuran uji. C.4.1 Data yang tersedia dalam Tabel C.4.1 dapat digunakan untuk membuat perkiraan kasar jumlah susunan bahan-bahan campuran uji. Namun demikian, masih terlalu umum untuk diterapkan secara tepat. Oleh karena itu, bila fasilitas memungkinkan, disarankan membuat serangkaian pengujian beton untuk menghasilkan hubungan secara kuantitatif bagi bahan yang akan digunakan. Tabel C.4.1 Program uji coba campuran untuk menghasilkan sifat-sifat beton dengan

menggunakan bahan-bahan lokal

Jumlah per m3 campuran, kg Sifat-sifat beton

No. camp

Semen Pasir Agregat

kasar

Air

JumlahSlump

mm

Berat satuankg/m3

Yield m3

Kuat tekan 28 hr MPa

Kemudahanpengerjaanperkiraan pemakaian

1 297 816 1074 193 208 2394 101.6 2354.94 0.78 ------ Pasir

berlebihan2 297 742 1112 205 202 2352 76.2 2354.94 0.76 23.10 o.k. 3 237 792 1112 205 205 2347 114.3 2330.91 0.77 14.69 o.k. 4 267 765 1112 205 205 2349 101.6 2342.12 0.77 18.00 o.k. 5 326 718 1112 205 205 2361 76.2 2362.95 0.76 26.20 o.k. 6 356 691 1112 205 205 2364 88.9 2375.77 0.76 30.06 o.k.

C.4.2 Pertama, suatu campuran (batch) dengan kadar semen sedang dan dengan kekentalan yang dapat dipakai disusun proporsinya dengan metoda yang sudah dijelaskan. Dalam mempersiapkan Campuran No.1, air yang digunakan untuk menghasilkan nilai slump yang diinginkan. Beton segar diuji slump dan berat satuannya, dan diamati sifat-sifat kemudahan pengerjaan dan penyelesaiannya. C.4.3 Campuran No.2 disiapkan, disesuaikan untuk membetulkan kesalahan dari Campuran No.1, dan dilakukan pengujian dan evaluasi ulang. Dalam hal ini, sifat-sifat yang diinginkan dapat dicapai dengan toleransi kecil, dan dicetak benda uji silinder untuk pengujian kekuatan tekannya. Informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk memiilih proporsi campuran uji tambahan, No.3 hingga No.6, dengan kadar semen di atas dan di bawah kadar semen dari campuran No.2. Penyesuaian dari berat campuran ini dapat dilakukan dengan cara koreksi menurut catatan pada Tabel 6. C.4.4 Campuran No.2 sampai No.6 memberikan berbagai informasi, termasuk hubungan antara kekuatan dan rasio air-semen.

C.4.6 Rangkaian pengujian seperti digambarkan dalam Tabel C.4.1 dapat diperluas sesuai dengan tuntutan besarnya ukuran dan persyaratan khusus dari pekerjaan. Beberapa variabel yang memerlukanpenyelidikan meliputi : sumber aggegat alternatif; ukuran maksimum butir dan gradasinya; berbagai tipe dan merek dagang dari semen; pozolan; bahan tambahan; dan pertimbangn mngenai keawetan beton, perubahan volume; kenaikan temperatur; dan sifat-sifat panas.

C.5 Metoda Pengujian. C.5.1 Dalam melaksanakan pengujian di laboratorium untuk memperoleh data proporsi campuran beton, harus menggunakan metoda-metoda berikut ini :

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 62: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

43 dari 44 © BSN 2012

C.5.1.1 Untuk pengujian agregat : Pengambilan Contoh Semen --- SNI 15-2049-2004 Berat Jenis Semen Hidrolik --- SNI 15-2049-2004 Pengambilan Contoh Batu, Terak Tanur Tinggi, Kerikil, Pasir, dan Batu Belah untuk digunakan sebagai Bahan Jalan Raya --- ASTM D 75 Analisa Ayak atau Saringan dari Agragat Kasar dan Agregat Halus --- SNI 03-1968-1990 Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar --- SNI 03-1969-1990 Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus --- SNI 03-1970-1990 Kandungan Air pada Permukaan Agregat Halus --- ASTM C 70 Kadar Air Total dari Agregat melalui Pengeringan --- ASTM C 566. Berat Satuan/Berat Isi Agregat --- SNI 03-4804-1998 Kantong Udara pada Agregat untuk Beton --- ASTM C 29 Modulus Kehalusan – Penamaan berkaitan Beton dan Agregat Beton -- SNI 03-1968-1990 C.5.1.2 Untuk pengujian beton : Tata Cara Pengambilan Contoh Uji Beton Segar --- SNI 03-2458-1991 Kadar Udara Beton Segar melalui Metoda Tekanan --- SNI 03-3418-1994 Cara Uji Slump Beton --- SNI 03-1972-1990 Benda Uji Kuat Lentur dan Kompresi Beton, Pembuatan dan Pemeliharaan di Laboratorium - --- SNI 03-2493-1991. Cara Uji Kuat Tekan Beton --- SNI 03-1974-1990. Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal dengan 2 (dua) titik pembebanan –- SNI 03-4431-1997 Kuat Lentur Beton (menggunakan balok sederhana dengan pembebanan terpusat) – SNI 03-4154-1996. Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton --- SNI 03-2491-2002. C.6 Campuran untuk pekerjaan-pekerjaan Kecil. C.6.1 Untuk pekerjaan-pekerjaan kecil dimana tidak tersedia waktu dan personil yang cukup untuk menentukan proporsi campuran beton sesuai prosedur yang disarankan, campuran dalam Tabel D.6.1 biasanya akan memberikan beton yang cukup kuat dan awet bila jumlah air yang ditambahkan pada campuran tidak terlalu banyak. Campuran ini telah ditentukan sebelumnya dan memenuhi prosedur yng disarankan dengan anggapan bahwa kondisi dapat diterapkan untuk rata-rata pekerjaan kecil umumnya, dan untuk agregat dengan berat jenis sedang. Tiga campuran diberikan untuk tiap ukuran nominal maksimum dari agregat kasar. Untuk ukuran agregat kasar yang dipilih, Campuran B digunakan untuk penggunaan awal. Jika campuran ini ternyata kebanyakan pasir, tukar menjadi Campuran C; jika kurang pasir, tukar ke Campuran A. Perlu dicatat bahwa campuran-campuran yang termuat dalam daftar tersebut didasarkan pada penggunaan pasir kering oven atau kering permukaan. Bila agregat halusnya lembab atau basah, betulkanlah berdasarkan berat campuran yang dijelaskan pada catatan kaki. C.6.2 Perkiraan banyaknya kadar semen dalam setiap m3 beton seperti dalam Tabel C.6.1 akan berguna untuk memperkirakan kebutuhan semen yang didasarkan jumlah air yang dituangkan ke dalam cetakan tanpa segregasi.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 63: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 7656:2012

44 dari 44 © BSN 2012

Tabel C.6.1 Campuran beton untuk pekerjaan kecil

Prosedur : Pilih agregat dengan ukuran maksimum yang sesuai (lihat butir 5.3.2). Gunakan Campuran B, tambahkan air secukupnya untuk mendapatkan kekentalan yang mudah dikerjakan. Jika campuran kelihatan kurang pasir, tukar ke Campuran A, dan jika kelihatan kelebihan pasir, tukar ke Campuran C

Ukuran agregat nominal

maksimum (mm)

Perkiraan berat bahan-bahan padat penyusun per

m3 beton, kg

Kode mix

design

Pasir* Agregat kasar

Semen

Beton dengan

tambahan udara†

Beton tanpa

tambahan udara

Kerikil atau batu

pecah

Terak tanur tinggi

12,7

A 400,50 768,96 817,02 865,08 752,94

B 400,50 736,92 784,98 897,12 784,98

C 400,50 704,88 752,94 929,16 817,02

19,05

A 368,46 720,90 784,98 993,24 865,08

B 368,46 688,86 752,94 1025,28 897,12

C 368,46 656,82 720,90 1057,32 929,16

25,4

A 352,44 656,82 720,90 1121,40 977,22

B 352,44 624,78 688,86 1153,44 1009,26

C 352,44 592,74 656,82 1185,48 1041,30

38,1

A 320,40 656,82 720,90 1201,50 1041,30

B 320,40 624,78 688,86 1233,54 1073,34

C 320,40 592,74 656,82 1265,58 1105,38

50,8

A 304,38 640,80 720,90 1265,58 1105,38

B 304,38 608,76 688,86 1297,62 1137,42

C 304,38 576,72 656,82 1329,66 1153,44

* Berat adalah berat kering pasir. Jika digunakan pasir lembab, naikkan berat pasir sebanyak 1 kg, dan jika pasirnya sangat basah, naikkan 2 kg. † Beton dengan tambahan udara harus selalu digunakan untuk semua struktur yang akan terpapar pergantian cuaca pembekuan dan panas tinggi. Tambahan udara dapat diperoleh dengan menggunakan semen dengan tambahan udara, atau dengan menambahkan bahan tambahan pembentuk gelembung udara. Jika menggunakan bahan tambahan pemasok semen, jumlah yang disarankan oleh produsen bahan tambahan biasanya akan memberikan kadar udara yang diinginkan.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 64: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

 

© BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 65: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3,4,7,10 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270

Telp: 021- 574 7043; Faks: 021- 5747045; e-mail : [email protected]

© BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 66: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

Standar Nasional Indonesia

SNI 1970:2008

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus

ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 67: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 68: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

i

Daftar isi

Daftar isi ........................................................................................................................ i

Prakata .......................................................................................................................... ii

Pendahuluan .................................................................................................................. iii

1 Ruang lingkup .. ......................................................................................................... 1

2 Acuan normatif …. ..................................................................................................... 1

3 Istilah dan definisi ….................................................................................................. 2

4 Peralatan …… ........................................................................................................... 3

5 Pengambilan contoh …. ............................................................................................ 4

6 Persiapan contoh uji ….............................................................................................. 4

7 Langkah kerja …… .................................................................................................... 5

8 Berat jenis curah kering ……..................................................................................... 7

9 Berat jenis curah (kondisi jenuh kering permukaan) ................................................. 7

10 Berat jenis semu ….. ................................................................................................. 7

11 Penyerapan air …...................................................................................................... 8

12 Laporan …… ............................................................................................................. 8

13 Ketelitian dan penyimpangan …................................................................................ 8

Lampiran A (Informatif) ................................................................................................ 10

Lampiran B (Informatif) ................................................................................................ 11

Lampiran C (Informatif) ................................................................................................ 12

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 69: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

ii

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus adalah revisi dari SNI 03 – 1970 - 1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus. Standar ini merupakan AASTHO T 84-00” (2004), Standard method of test for specific gravity and absorption of fine aggregate. Adapun perbedaan dengan SNI sebelumnya terdapat uraian-uraian yang sifatnya berupa informasi atau ketentuan baru, dan penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci dan cukup berarti, hal-hal yang dimaksud adalah: 1. Keluarkan agregat halus dari dalam piknometer, keringkan sampai berat tetap pada

temperatur (110+5)oC, dinginkan pada temperatur ruang selama (1,0+0,5) jam dan timbang beratnya, (sebelumnya asumsi suhu ruang 250 C)

2. Perhitungan berat jenis kering, jenuh kering permukaan dan semu, pada temperatur

(23+2)oC., (sebelumnya pada suhu 250 C). 3. Saringan ukuran 4,75 mm (No.4), (sebelumnya saringan berdiameter 4,75 mm (saringan

No.4)). 4. Penjelasan mengenai beberapa cara penanganan contoh uji (sebelumnya tidak lengkap

penjelasannya) 5. Uraian mengenai ketelitian dan penyimpangan (sebelumnya tidak ada). Di samping hal-hal tersebut di atas terdapat juga beberapa catatan berkaitan dengan uraian yang bersangkutan, yang dengan adanya catatan-catatan itu akan lebih memperjelas bagaimana seharusnya menerapkan cara uji ini tanpa adanya kesalahan-kesalahan. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman BSN Nomor 8 Tahun 2000 dan dibahas pada forum rapat konsensus pada tanggal 5 Mei 2006 di Puslitbang Jalan dan Jembatan Bandung dengan melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga terkait.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 70: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

iii

Pendahuluan Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam bagai para pelaksana di laboratorium dalam melakukan pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus. Cara uji ini digunakan untuk menentukan setelah (24+4) jam di dalam air berat jenis curah kering dan berat jenis semu, berat jenis curah dalam kondisi jenuh kering permukaan, serta penyerapan air. Cara uji ini memuat ruang lingkup, peralatan, pengambilan contoh, persiapan contoh uji, langkah kerja, berat jenis curah kering, berat jenis curah, berat jenis semu, penyerapan air, laporan serta ketelitian dan penyimpangan.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 71: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 72: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

1 dari 12

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus 1. Ruang lingkup 1.1 Umum Standar ini menetapkan cara uji berat jenis curah kering dan berat jenis semu (apparent) serta penyerapan air agregat halus. Agregat halus adalah agregat yang ukuran butirannya lebih kecil dari 4,75 mm (No. 4). Cara uji ini digunakan untuk menentukan setelah (24+4) jam di dalam air berat jenis curah kering dan berat jenis semu, berat jenis curah dalam kondisi jenuh kering permukaan, serta penyerapan air. Nilai nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan digunakan sebagai standar. Standar ini dapat menyangkut penggunaan bahan, pelaksanaan dan peralatan yang berbahaya. Standar ini tidak memasukkan masalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaannya. Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan serta peraturan dan batasan-batasan dalam menggunakan standar ini. 1.2 Arti dan kegunaan Dalam penggunaannya, berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya digunakan dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran yang mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam keadaan kering atau diasumsikan kering. Berat jenis semu adalah kepadatan relatif dari bahan padat yang membuat partikel pokok tidak termasuk ruang pori di antara partikel tersebut dapat dimasuki oleh air. Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel pokok dibandingkan dengan pada saat kondisi kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air sehingga air telah menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam agregat yang kering ke dalam air selama (24+4) jam. Agregat yang diambil dari bawah muka air tanah akan memiliki nilai penyerapan yang lebih besar bila tidak dibiarkan mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat mungkin saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan dengan yang pada kondisi terendam selama 15 jam. Untuk agregat yang telah kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total. 2. Acuan normatif SNI 03 – 1969 – 1990, Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 73: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

2 dari 12

SNI 03 – 1970 – 1990, Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus.

SNI 03 – 4804 – 1998, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat

SNI 03 – 6414 – 2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan

SNI 03 – 6885 – 2002, Tata cara pelaksanaan program uji untuk penentuan presisi metode uji bahan konstruksi

SNI 03 – 6866 – 2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian

SNI 03 – 6889 – 2002, Tata cara pengambilan contoh agregat.

SNI 13 – 6717 – 2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat

AASHTO M 132, Terms relating to density and specific gravity of solids, liquids and gases

AASHTO R 1, Use of the international system of units

AASHTO T 133; Density of hydraulic cement

AASHTO T 255, Total evaporable moisture content of aggregate by drying

ASTM C 125, Terminology relating to concrete and concrete aggregates

3 Istilah dan definisi 3.1 agregat ukuran tunggal (single sized) agregat yang ukuran butirannya sama 3.2 agregat halus pasir alam sebagai hasil disintegrasi ’alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4) 3.3 agregat kasar kerikil sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½ inci) 3.4 berat jenis perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi 3.5 berat jenis curah kering perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk rongga yang impermeabel dan permeabel di dalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu 3.6 berat jenis curah (jenuh kering permukaan) perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat di dalam rongga akibat perendaman selama (24+4) jam, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 74: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

3 dari 12

3.7 berat jenis semu (apparent) perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian agregat yang impermiabel pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu 3.8 penyerapan air penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya. Agregat dikatakan “kering” ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5)oC dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh kandungan air yang ada (sampai beratnya tetap) 4 Peralatan 4.1 Timbangan Timbangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SNI 03 – 6414 – 2002. 4.2 Piknometer Labu atau wadah lain yang cocok untuk benda uji agar dapat dengan mudah dimasukkan volume agregat halus sebanyak + 100 mm3 secara berulang. Volume wadah akan diisi sampai bagian yang ditandai, paling tidak harus 50% lebih besar dari ruang yang diperlukan untuk benda uji. Suatu labu dengan kapasitas 500 mL cukup untuk 500 gram rata-rata benda uji agregat halus. Sebuah labu Le Chatelier yang digambarkan pada AASHTO T 133 dapat digunakan untuk 55 gram benda uji. 4.3 Cetakan Suatu cetakan yang terbuat dari baja yang tebalnya 0,8 mm berbentuk frustum kerucut (kerucut terpancung) dengan ukuran sebagai berikut : Diameter dalam bagian atas (40+3) mm, diameter dalam bagian bawah (90+3) mm dan tinggi kerucut terpancung (75+3) mm. 4.4 Batang penumbuk Suatu batang pemadat dengan berat (340+15) gram dan permukaan pemadat berbentuk lingkaran yang rata dengan diameter (25+3) mm. 4.1 Oven Oven yang dapat dipergunakan harus memiliki kapasitas yang sesuai, dilengkapi pengatur temperatur dan mampu memanaskan sampai temperatur (110+5) oC. 4.2 Alat pengukur temperatur Alat pengukur temperatur seperti thermometer baik analog maupun elektronik dengan rentang temperatur yang sesuai dan ketelitian pembacaan 1oC. 4.3 Alat bantu lain a) Pompa vakum atau alat pemanas (tungku) untuk mengeluarkan gelembung. b) Saringan dengan ukuran bukaan 4,75 mm (No.4).

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 75: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

4 dari 12

c) Talam. d) Bejana tempat air. 5 Pengambilan contoh Pengambilan contoh agregat harus menggunakan prosedur yang sesuai dengan SNI 03 – 6889 – 2002. 6 Persiapan contoh uji a) Siapkan kira-kira 1 kg agregat halus dari contoh uji menggunakan prosedur yang sesuai

dengan SNI 13 – 6717 – 2002. b) Keringkan dalam wadah yang sesuai sampai beratnya tetap, pada temperatur (110+5)oC.

Biarkan mendingin sampai temperatur yang dapat dikerjakan, basahi dengan air, baik dengan cara melembabkan sampai 6% atau merendamnya, biarkan (24+4) jam.

c) Sebagai alternatif dari langkah di atas, dimana nilai berat jenis dan penyerapan

digunakan dalam menghitung campuran beton dengan agregat dalam kondisi lapangan seadanya, persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat tetap dapat diabaikan dan apabila permukaan partikel telah terjaga dalam kondisi basah, perendaman selama (24+4) jam dapat diabaikan. Nilai penyerapan dan berat jenis dalam kondisi jenuh kering permukaan dapat menjadi lebih tinggi untuk agregat yang tidak dikeringkan dengan oven sebelum direndam apabila dibandingkan dengan yang melalui langkah pada pasal 6 butir b).

d) Hilangkan kelebihan air dengan hati-hati untuk menghindari hilangnya butiran yang

halus, tebarkan benda uji di atas permukaan terbuka yang rata dan tidak menyerap air, beri aliran udara yang hangat dan perlahan, aduk untuk mencapai pengeringan yang merata. Bila di inginkan, bantuan mekanis seperti alat pengaduk dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Seiring dengan material yang makin mengering ke dalam kondisi yang kita inginkan, akan perlu di lakukan gerakan menggosok dengan tangan untuk memisahkan butiran yang saling menempel. Lanjutkan sampai material pada kondisi lepas dan tidak lagi menempel. Lakukan dan ulangi langkah pada pasal 5 untuk memastikan bahwa tidak ada lagi kelebihan kadar air. Bila dianggap bahwa pada percobaan pertama masih terdapat air di antara agregat, lanjutkan pengeringan dengan mengaduk dan menggosok dengan tangan, lakukan kembali pengeringan dan pemeriksaan sampai diketahui bahwa kondisi jenuh kering permukaan telah tercapai. Apabila pada saat pertama melakukan percobaan kerucut, terlihat kondisi tidak ada lagi kelembaban permukaan, dapat dipastikan bahwa kondisi jenuh kering permukaan telah terlewati. Bila ini terjadi, campur kembali beberapa mililiter air ke dalam benda uji, aduk dan ratakan, masukkan ke dalam wadah yang tertutup dan biarkan + 30 menit. Ulangi kembali langkah pengeringan dan periksa apakah telah tercapai kondisi jenuh kering permukaan.

e) Lakukan pengujian kerucut untuk memeriksa kelembaban permukaan. Pegang cetakan

di atas permukaan yang halus dan rata serta tidak menyerap air dengan lubang kerucut yang besar berada di bawah. Masukkan sebagian agregat halus yang sedang diperiksa ke dalam kerucut sampai penuh dan meluber, ratakan bagian yang meluber tadi dengan tetap menjaga posisi kerucut. Padatkan agregat yang berada di dalam kerucut secara perlahan dan merata sebanyak 25 kali dengan batang penumbuk. Setiap tumbukan dilakukan dengan cara menjatuhkan dengan bebas batang penumbuk dari ketinggian permukaan penumbuk 5 mm dari permukaan agregat yang dipadatkan. Selalu

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 76: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

5 dari 12

perhatikan ketinggian jatuh setiap setelah melakukan 1 kali pemadatan. Singkirkan sisa agregat yang tumpah di sekitar kerucut, kemudian angkat kerucut dengan arah vertikal secara hati-hati. Jika kondisi jenuh kering permukaan belum tercapai (agregat masih terlalu lembab permukaannya) maka pasir tersebut masih akan berbentuk seperti cetakan. Apabila pada saat cetakan diangkat dan pasir tersebut runtuh sedikit demi sedikit maka kondisi jenuh kering permukaan telah tercapai. Beberapa agregat halus yang angular atau bahan yang mengandung bagian halus yang banyak dapat saja tidak akan runtuh setelah cetakan diangkat, walaupun kondisi jenuh kering permukaannya telah tercapai. Untuk bahan seperti ini, kondisi jenuh kering permukaannya harus dianggap pada saat terdapat satu sisi dari agregat halus yang runtuh sesaat setelah cetakannya diangkat.

f) Pengujian alternatif

− Pengujian kerucut lainnya dapat dilakukan seperti pada pasal 6 butir e) namun pemadatan yang dilakukan hanya 10 kali. Kemudian penuhkan kembali kerucut dan ratakan, lalu padatkan kembali sebanyak 10 kali. Setelah itu isi kembali kerucut, ratakan dan padatkan kembali sebanyak 3 kali. Terakhir isi kembali kerucut, ratakan dan padatkan sebanyak 2 kali. Bersihkan pasir di sekitar kerucut, angkat kerucut dengan arah vertikal dengan hati hati, dan amati bentuk keruntuhannya.

− Pengujian permukaan dilakukan dengan mengamati apakah terlihat adanya bagian halus yang terbang pada saat kira-kira kondisi jenuh kering permukaannya telah tercapai, jika terjadi maka tambahakan sedikit air ke dalam pasir yang diperiksa tersebut, dengan tangan tuangkan kira-kira 100 gram pasir tersebut ke atas permukaan yang kering, rata, gelap dan tidak menyerap air. Singkirkan pasir dari permukaan tersebut setelah 1 atau 2 detik. Apabila terlihat adanya kelembaban pada permukaan uji lebih dari 2 detik, maka dianggap agregat tersebut masih basah.

− Untuk mencapai kondisi jenuh kering permukaan, suatu material yang berukuran tunggal (single sized) yang dapat saja runtuh walaupun dalam keadaan basah, penggunaan handuk kertas dapat dilakukan untuk mengeringkan permukaan butiran agregat tersebut. Kondisi jenuh kering permukaan tercapai pada saat handuk kertas tersebut terlihat tidak lagi menyerap air dari permukaan agregat (tidak ada titik air pada permukaan kertas).

7 Langkah kerja a) Perhatikan bahwa seluruh penentuan berat harus sampai ketelitian 0,1 gram. b) Isi piknometer dengan air sebagian saja. Segera setelah itu masukkan ke dalam

piknometer (500+10) gram agregat halus dalam kondisi jenuh kering permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tambahkan kembali air sampai kira-kira 90 % kapasitas piknometer. Putar dan guncangkan piknometer dengan tangan untuk menghilangkan gelembung udara yang terdapat di dalam air. Cara uji lain yang dapat digunakan untuk mempercepat pengeluaran gelembung udara dari dalam air diperbolehkan asalkan tidak menimbulkan pemisahan dan merusak butiran agregat. Sesuaikan temperatur piknometer, air dan agregat pada (23+2)oC , apabila diperlukan rendam dalam air yang bersirkulasi. Penuhkan piknometer sampai batas pembacaan pengukuran. Timbang berat total dari piknometer, benda uji dan air. Pada umumnya dibutuhkan waktu 15 sampai 20 menit untuk menghilangkan gelembung udara dari dalam air bila menggunakan cara manual. Menyentuhkan ujung dari handuk kertas ke dalam piknometer cukup efektif untuk menghilangkan buih yang timbul saat menggetarkan atau memutar untuk menghilangkan gelembung, atau dengan cara menambahkan beberapa tetes isopropyl alcohol segera setelah gelembung udara dihilangkan dan memambahkan air sampai batas pengukuran juga cukup efektif untuk menghilangkan buih yang terbentuk.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 77: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

6 dari 12

− Cara alternatif menentukan berat dapat dilakukan dengan menghitung jumlah air

yang dibutuhkan untuk mengisi piknometer pada temperatur yang ditentukan secara volumetrik dengan menggunakan buret yang ketelitiannya 0,15 mL. Hitung berat total piknometer, benda uji dan air dengan rumus: C = 0,9975.Va + S + W........................................................................................... (1) dengan : C adalah berat piknometer, benda uji dan air pada batas pembacaan (gram) Va adalah volume air yang dimasukkan ke dalam piknometer (mL); S adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram); W berat piknometer kosong (gram).

− Langkah alternatif lainnya menggunakan labu Le Chatelier adalah dengan mengisi labu tersebut dengan air sampai pada posisi garis yang berada di antara 0 dan 1 mL. Catat pembacaan ini pada temperatur (23+2)oC. Masukkan 55 gram agregat halus kondisi jenuh kering permukaan ke dalam labu. Setelah semua agregat halus dimasukkan, pasang tutup labu dan putar labu dengan sedikit dimiringkan untuk mengeluarkan gelembung udara yang terjebak, lanjutkan hingga tidak ada lagi gelembung yang naik ke permukaan. Baca posisi akhir pada labu ukur. Jika menggunakan alkohol untuk menghilangkan buih di permukaan air, volume alkohol yang dipergunakan (tidak lebih dari 1 mL) harus dikurangi pada pembacaan terakhir (R2).

c) Keluarkan agregat halus dari dalam piknometer, keringkan sampai berat tetap pada

temperatur (110+5)oC, dinginkan pada temperatur ruang selama (1,0+0,5) jam dan timbang beratnya. Pada saat mengeringkan dan menimbang berat benda uji dari dalam piknometer, sisa dari contoh uji dalam kondisi jenuh kering permukaan boleh digunakan untuk menimbang berat kering ovennya. Benda uji ini harus diambil pada saat yang bersamaan dan selisih beratnya hanya 0,2 gram. Jika labu Le Chatelier digunakan, akan diperlukan benda uji yang terpisah untuk menetukan penyerapan air. Timbanglah (500+10) gram benda uji dalam kondisi jenuh kering permukaan yang terpisah, keringkan sampai berat tetap kemudian timbanglah kembali Benda uji ini harus diambil pada saat yang bersamaan dengan yang dimasukkan ke dalam labu Le Chatelier.

d) Timbanglah berat piknometer pada saat terisi air saja sampai batas pembacaan yang

ditentukan pada (23+2)oC. Cara alternatif menentukan berat dapat dilakukan dengan menghitung jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi piknometer kosong pada temperatur yang ditentukan secara volumetrik dengan menggunakan buret yang ketelitiannya 0,15 mL. Hitung berat total piknometer dan air dengan rumus berikut ini: B = 0,9975.V + W.......................................................................................................... (2)

dengan : B adalah berat piknometer dengan air pada batas pembacaan (gram); W adalah berat piknometer kosong (gram).

8 Berat jenis curah kering Lakukanlah perhitungan berat jenis curah kering (Sd), dengan rumus berikut ini:

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 78: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

7 dari 12

Berat jenis curah kering = )( CSB

A−+

............................................................................... (3)

dengan : A adalah berat benda uji kering oven (gram); B adalah berat piknometer yang berisi air (gram); C adalah berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram); S adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram). Jika labu Le Chatelier digunakan, hitunglah berat jenis curah kering, dengan cara :

Berat jenis curah kering ( )12

1

9975,0 RRSAS

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

= ................................................................... (4)

dengan : A adalah berat benda uji kering oven (gram); R1 adalah pembacaan awal posisi air pada labu Le Chatelier ; R2 adalah pembacaan akhir posisi air pada labu Le Chatelier ; S adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram). S1 adalah berat benda uji kondisi jkp yang dimasukkan ke labu (gram). 9 Berat jenis curah (kondisi jenuh kering permukaan) Lakukanlah perhitungan berat jenis curah dalam basis jenuh kering permukaan (Ss), dengan menggunakan rumus:

Berat jenis curah (JKP) = )( CSB

S−+

.………………........................................................ (5)

dengan : A adalah berat benda uji kering oven (gram); B adalah berat piknometer yang berisi air (gram); C adalah berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram); S adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram). Jika labu Le Chatelier digunakan, hitunglah berat jenis curah, dengan cara:

Berat jenis curah kering ( )12

1

9975,0 RRS

−= .................................................................. (6)

dengan : R1 adalah Pembacaan awal posisi air pada labu Le Chatelier ; R2 adalah Pembacaan akhir posisi air pada labu Le Chatelier ; S1 adalah berat benda uji kondisi jkp yang dimasukkan ke labu (gram).

10 Berat jenis semu (apparent) Lakukanlah perhitungan berat jenis semu (Sa), seperti berikut ini:

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 79: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

8 dari 12

Berat Jenis Semu = )( CAB

A−+

........................................................................................ (7)

dengan : A adalah berat benda uji kering oven (gram); B adalah berat piknometer yang berisi air (gram); C adalah berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram);

11 Penyerapan air Lakukanlah perhitungan persentase penyerapan air (Sw), dengan cara :

Penyerapan air = %100xA

AS⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −

…................................................................................. (8)

dengan : A adalah berat benda uji kering oven (gram); S adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram).

12 Laporan a) Laporkan hasil berat jenis dengan ketelitian 0,01 yang terdekat dan penyerapan dengan

ketelitian 0,1 persen. Terdapat pendekatan matematis serta tiga jenis berat jenis dan penyerapan di dalam lampiran yang dapat digunakan, dan mungkin berguna dalam memeriksa tingkat kosistensi data atau menghitung nilai-nilai yang tidak dilaporkan dengan menggunakan data laporan yang lain.

b) Jika agregat halus diuji pada kondisi kelembaban alaminya, tidak dengan dikeringkan

terlebih dahulu di dalam oven dan direndam selama (24+4) jam di dalam air, laporkan sumber benda uji dan prosedur yang dipakai untuk mencegah kekeringan sebelum diuji.

13 Ketelitian dan penyimpangan a) Perkiraan tingkat ketelitian dari cara uji uji ini (dapat dilihat pada tabel 1) adalah

berdasarkan hasil dari AASHTO Material Reference Laboratory Reference Sample Program, dengan pengujian yang dilakukan menggunakan cara uji AASHTO T 84 dan ASTM C128. Perbedaan yang signifikan antara kedua cara uji ini adalah, pada ASTM C 128 diperlukan waktu penjenuhan selama (24+4) jam sedangkan pada AASHTO T 84 memerlukan waktu penjenuhan 15 sampai 19 jam. Perbedaan ini diketahui menghasilkan efek yang tidak signifikan pada tingkat indikasi ketelitian. Data tersebut diambil dari 100 pasang data hasil uji dari 40 laboratorium sampai 100 laboratorium.

b) Karena tidak ada material acuan yang cocok untuk menentukan penyimpangan untuk

prosedur dalam mengukur penyerapan agregat halus, maka tidak ada pernyataan mengenai penyimpangan.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 80: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

9 dari 12

Tabel 1. Ketelitian

Uraian Simpangan Baku Rentang dari 2 Hasil yang

dapat diterima (D2S) Ketelitian dari 1 teknisi : Berat Jenis Curah Kering 0.011 0.032 Berat Jenis Curah JKP 0.0095 0.027 Berat Jenis Semu 0.0095 0.027 Penyerapan Air (%) 0.11 0.31 Ketelitian dari beberapa laboratorium : Berat Jenis Curah Kering 0.023 0.066 Berat Jenis Curah JKP 0.020 0.056 Berat Jenis Semu 0.020 0.056 Penyerapan Air (%) 0.23 0.66

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 81: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

10 dari 12

Lampiran A (Informatif)

Hubungan antara berat jenis dengan penyerapan seperti yang ditentukan dalam cara uji SNI 03 – 1969 –1990 dan SNI 03 – 1970 –1990 Dengan : Sd adalah berat jenis curah (kering), Ss adalah berat jenis curah (jenuh kering permukaan), Sa adalah berat jenis semu (apparent), dan Sw adalah penyerapan (dalam persen) Maka:

( ) ds SSwS 100/ 1+= .......................................................................................................... (5)

100.

1100

11

d

d

d

a SSwS

SwS

S−

=−

= ............................................................................................. (6)

atau :

( )1100

1100

100/11

−−=

−+

=

s

s

s

a

SSwS

SwS

SwS ........................................................................ (7)

100.1⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=

d

S

SS

Sw ............................................................................................................. (8)

( ) 100.1 ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

−=

sa

sa

SSSS

Sw ....................................................................................................... (9)

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 82: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

11 dari 12

Lampiran B (Informatif)

Istilah-istilah dalam pengujian berat jenis : Specific Gravity Berat Jenis Bulk Specific Gravity Berat Jenis Curah Absorption Penyerapan air Apparent Specific Gravity Berat Jenis Semu Saturated Surface Dry (SSD) Jenuh Kering Permukaan (JKP) Density Kerapatan Air Weight Berat ketika ditimbang di udara. Unit Weight Berat Isi

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 83: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1970:2008

12 dari 12

Lampiran C (Informatif)

Formulir uji dan contoh perhitungan

Surat Permohonan : No. Kode Pengujian : Lampiran : Dibuat Untuk : Penerimaan Contoh Uji : Jenis Contoh Uji : Jumlah Contoh Uji : Kemasan Contoh Uji : Tanggal Penerimaan : Tanggal Pengujian : Pengujian Dilakukan Sesuai Metode Uji :

Pengujian Notasi I II Satuan Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan S 500 500 gram Berat benda uji kering oven A 497,7 498,2 gram Berat piknometer yang berisi air B 822,6 850,0 gram Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan C 1127,6 1153,9 gram

Perhitungan Notasi I II Rata-rata

Berat jenis curah kering (Sd) )( CSBA−+

2,55 2,54 2,55

Berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) )( CSBS−+

2,56 2,55 2,56

Berat jenis semu (Sa) )( CABA−+

2,58 2,56 2,57

Penyerapan air (Sw) %100x

AAS⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −

0,46 0,36 0,41

..........................., ......................

Pemeriksa,

( )

Penguji,

( )

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 84: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

Standar Nasional Indonesia

SNI 1969:2008

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 85: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 86: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

i

Daftar isi Daftar isi ........................................................................................................................ i

Prakata .......................................................................................................................... ii

Pendahuluan .................................................................................................................. iii

1 Ruang lingkup ......................................................................................................... 1

2 Acuan normatif .................................................................................................... 2

3 Istilah dan definisi ................................................................................................. 2

4 Peralatan ............................................................................................................. 3

5 Pengambilan contoh dan persiapan contoh uji ..................................................... 4

6 Langkah kerja ...................................................................................................... 5

7 Perhitungan ......................................................................................................... 5

8 Laporan ................................................................................................................ 6

9 Ketelitian dan penyimpangan .............................................................................. 7

Lampiran A (Informatif) ................................................................................................ 8

Lampiran B (Informatif) ................................................................................................ 9

Lampiran C (Informatif) ................................................................................................ 10

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 87: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

ii

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan judul Cara uji berat jenis penyerapan air agregat kasar adalah revisi dari SNI 03 - 1969 - 1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar. Adapun perbedaan SNI sebelumnya, terdapat uraian-uraian yang sifatnya berupa informasi atau ketentuan baru, dan penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci dan cukup berarti mengenai beberapa hal dalam SNI 03 – 1969 – 1990. Hal-hal yang dimaksud adalah: 1. perhitungan berat jenis kering, jenuh kering permukaan dan semu, pada temperatur air

230C / temperatur agregat 230C, (sebelumnya pada suhu 250 C). 2. saringan ukuran 4,75 mm (No.4), (sebelumnya saringan berdiameter 4,75 mm (saringan

No.4)). 3. setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada dalam kondisi

jenuh kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu tentukan beratnya di dalam air, yang mempunyai kerapatan (997±2) kg/m3 pada temperatur (23±2)0C, (sebelumnya rendam berat uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam).

4. dinginkan contoh uji pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau sampai

agregat telah dingin pada suatu temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50OC), (sebelumnya dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1- 3 jam).

5. penjelasan mengenai persyaratan pengambilan contoh dan persiapan contoh uji

(sebelumnya tidak lengkap penjelasannya) 6. uraian mengenai ketelitian dan penyimpangan (sebelumnya tidak ada). Di samping hal-hal tersebut di atas terdapat juga beberapa catatan berkaitan dengan uraian yang bersangkutan, yang dengan adanya catatan-catatan itu akan lebih memperjelas bagaimana seharusnya menerapkan cara uji ini tanpa adanya kesalahan-kesalahan. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional 08:2007 (PSN 08:2007) dan dibahas pada forum rapat konsensus pada tanggal 5 Mei 2006 di Puslitbang Jalan dan Jembatan Bandung dengan melibatkan elemen stakeholder terkait.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 88: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

iii

Pendahuluan Cara uji penyerapan air agregat kasar ini dimaksudkan untuk memberi tuntunan dan arahan bagi para pelaksana di laboratorium dalam melakukan pengujian air agregat kasar. Cara uji ini memuat ruang lingkup, peralatan, pengambilan contoh dan persiapan contoh uji, langkah kerja, perhitungan, laporan, ketelitian dan penyimpangan.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 89: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 90: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

1 dari 10

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar 1 Ruang lingkup 1.1 Umum Standar ini untuk menentukan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar. Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih besar dari 4,75 mm (Saringan No.4). Berat jenis dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering, berat jenis curah pada kondisi jenuh kering permukaan atau berat jenis semu. Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) dan penyerapan air berdasarkan pada kondisi setelah (24+4) jam direndam di dalam air. Cara uji ini tidak ditujukan untuk digunakan pada pengujian agregat ringan. Nilai-nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan digunakan sebagai standar. Standar ini dapat menyangkut penggunaan bahan, pelaksanaan dan peralatan yang berbahaya. Standar ini tidak memasukkan masalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaannya. Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan serta peraturan dan batasan-batasan dalam menggunakan standar ini. 1.2 Arti dan kegunaan Dalam pelaksanaannya berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya digunakan dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran yang mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam keadaan kering atau diasumsikan kering. Berat jenis semu (apparent) adalah kepadatan relatif dari bahan padat yang membuat partikel pokok tidak termasuk ruang pori di antara partikel tersebut dapat dimasuki oleh air. Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel utama dibandingkan dengan pada saat kondisi kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air sehingga air telah menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam agregat yang kering ke dalam air selama (24+4) jam. Agregat yang diambil dari bawah muka air tanah akan memiliki penyerapan yang lebih besar apabila digunakan, bila tidak dibiarkan mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat apabila digunakan mungkin saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kondisi terendam selama (24+4) jam. Untuk agregat yang telah kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total yang ditentukan dengan cara uji AASHTO T 255. Prosedur umum yang digambarkan dalam cara uji ini cocok untuk digunakan dalam menentukan penyerapan agregat yang dikondisikan dengan cara uji yang berbeda dengan perendaman selama (24+4) jam, seperti penggunaan pompa hampa udara atau kondisi air

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 91: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

2 dari 10

mendidih. Namun nilai yang didapat untuk penyerapan akan berbeda, berat jenis curah pada kondisi jenuh kering permukaan. Pori pada agregat ringan mungkin tidak dapat benar-benar terisi dengan air atau sebaliknya setelah perendaman selama (24+4) jam. Pada kenyataannya beberapa jenis agregat, tetap saja tidak akan mencapai potensi penyerapan yang sebenarnya walaupun setelah direndam selama beberapa hari. Oleh karena itu, cara uji ini tidak untuk digunakan dalam pemeriksaan agregat ringan. 2 Acuan normatif SNI 03 – 1970 –1990, Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus

SNI 03 – 1974 – 1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar

SNI 03 – 4804 – 1998, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat

SNI 03 – 6388 – 2000, Spesifikasi agregat tanah lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan

SNI 03 – 6414 – 2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan

SNI 13 – 6717 – 2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat

SNI 03 – 6866 – 2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian

SNI 03 – 6885 – 2002, Tata cara pelaksanaan program uji untuk penentuan presisi metode uji bahan konstruksi

SNI 03 – 6889 – 2002, Tata cara pengambilan contoh agregat

AASHTO M 132, Terms relating to density and specific gravity of solids, liquids and gases

AASHTO R 1, Use of the international system of units

AASHTO T 255, Total evaporable moisture content of aggregate by drying

ASTM C 125, Terminology relating to concrete and concrete aggregates

ASTM Designation C 127-88 (1993), Standard method of test for specific gravity and absorption of coarse aggregate.

3 Istilah dan definisi 3.1 agregat ringan agregat yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat isi sebesar 1 100 kg/m 3

atau kurang 3.2 agregat halus pasir alam sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4) 3.3 agregat kasar kerikil sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½ inci)

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 92: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

3 dari 10

3.4 berat jenis perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi 3.5 berat jenis curah kering perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk rongga yang �ermeable�e dan �ermeable di dalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu 3.6 berat jenis curah (jenuh kering permukaan) perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat di dalam rongga akibat perendaman selama (24+4) jam, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu 3.7 berat jenis semu (apparent) perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian agregat yang impermiabel pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu 3.8 penyerapan air penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya; agregat dikatakan ”kering” ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5) oC dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh kandungan air yang ada (sampai beratnya tetap) 4 Peralatan 4.1 Timbangan Timbangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SNI 03 – 6414 – 2002. Timbangan harus dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk menggantung Wadah contoh uji didalam air pada bagian tengah-tengah alat penimbang 4.2 Wadah contoh uji Suatu keranjang kawat 3,35 mm (Saringan No. 6) atau yang lebih halus, atau ember dengan tinggi dan lebar yang sama dengan kapasitas 4 sampai 7 liter untuk agregat dengan ukuran nominal maksimum 37,5 mm (Saringan No.1 ½ inci) atau lebih kecil, dan wadah yang lebih besar jika dibutuhkan untuk menguji ukuran maksimum agregat yang lebih besar. Wadah harus dibuat agar dapat mencegah terperangkapnya udara ketika wadah ditenggelamkan. 4.3 Tangki Air

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 93: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

4 dari 10

Sebuah tangki air yang kedap dimana contoh uji dan wadahnya akan ditempatkan dengan benar-benar terendam ketika digantung di bawah timbangan, dilengkapi dengan suatu saluran pengeluaran untuk menjaga agar ketinggian air tetap. 4.4 Alat penggantung (kawat) Kawat untuk menggantung wadah haruslah kawat dengan ukuran praktis terkecil untuk memperkecil seluruh kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang terendam. 4.5 Saringan 4,75 mm (No. 4) Saringan atau ukuran yang lain jika dibutuhkan ( Pasal 5). 5 Pengambilan contoh dan persiapan contoh uji a) Pengambilan contoh harus disesuaikan dengan SNI 03 – 6889 – 2002. b) Campur agregat secara menyeluruh dan kurangilah sampai mendekati jumlah yang

diperlukan dengan menggunakan prosedur yang sesuai dengan SNI 13 – 6717 – 2002. Pisahkan semua material yang lolos saringan ukuran 4,75 mm (No.4) dengan penyaringan kering, kemudian cuci secara menyeluruh untuk menghilangkan debu atau material lain dari permukaan agregat. Jika agregat kasar mengandung sejumlah bahan yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75 mm (No.4) dalam jumlah yang substansial, seperti agregat ukuran 2,36 mm (No. 8) dan Saringan ukuran No. 9 (dalam AASHTO M 43), gunakan saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) sebagai pengganti saringan ukuran 4,75 mm (No.4). Sebagai pilihan, pisahkan material yang lebih halus dari saringan ukuran 4,75 mm (No.4) dan ujilah material tersebut menurut SNI 03 - 1970 - 1990.

c) Berat contoh uji minimum untuk digunakan disajikan di bawah ini. Di dalam banyak

kejadian mungkin saja diinginkan untuk menguji suatu agregat kasar dalam beberapa ukuran terpisah per fraksi; dan jika contoh uji mengandung lebih dari 15 persen yang tertahan di atas saringan ukuran 37,5 mm (No. 1½ inci), maka ujilah material yang lebih besar dari 37,5 mm di dalam satu atau lebih ukuran fraksi secara terpisah dari ukuran yang lebih kecil. Apabila suatu agregat diuji dalam ukuran fraksi yang terpisah, berat contoh uji minimum untuk masing-masing fraksi harus merupakan perbedaan antara berat yang telah ditentukan untuk ukuran minimum dan maksimum dari fraksi tersebut.

Tabel 1 Berat contoh uji minimum untuk tiap ukuran nominal maksimum agregat

Ukuran nominal maksimum mm inci

Berat minimum dari contoh uji kg

150 (6) 125 125 (5) 75 112 (4 ½) 50 100 (4) 40 90 (3 ½) 25 75 (3) 18 63 (2 ½) 12 50 (2) 8

37,5 (1 ½) 5 25,0 (1) 4 19,0 (3/4) 3

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 94: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

5 dari 10

12,5 atau kurang (½) atau kurang 2 d) Jika contoh diuji dalam dua fraksi atau lebih, tentukanlah susunan butiran (gradasi)

contoh sesuai dengan SNI 03 1974 – 1990, termasuk saringan yang dipergunakan untuk memisahkan fraksi di dalam cara uji ini. Dalam menghitung persentase material dalam setiap ukuran, abaikanlah jumlah material yang lebih halus dari pada saringan ukuran 4,75 mm (No.4) atau saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) apabila digunakan seperti yang dijelaskan pada pasal 5.butir b.

5 Langkah kerja a) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap dengan temperatur (110±5)0C,

dinginkan pada temperatur kamar selama satu sampai tiga jam untuk contoh uji dengan ukuran maksimum nominal 37,5 mm (Saringan No. 1 ½ in.) atau lebih untuk ukuran yang lebih besar sampai agregat cukup dingin pada temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur (kira-kira 500C). Sesudah itu rendam agregat tersebut di dalam air pada temperatur kamar selama (24+4) jam. Pada saat menguji agregat kasar dengan ukuran maksimum yang besar, akan memerlukan contoh uji yang lebih besar, dan akan lebih mudah di uji dalam dua atau lebih contoh yang lebih kecil, kemudian nilai-nilai yang diperoleh digabungkan dengan perhitungan-perhitungan pada pasal 7.

b) Apabila nilai-nilai penyerapan dan berat jenis akan dipergunakan dalam menentukan

proporsi campuran beton yang agregatnya akan berada pada kondisi alaminya, maka persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat tetap dapat dihilangkan, dan jika permukaan partikel butir contoh terjaga secara terus-menerus dalam kondisi basah, perendaman sampai (24+4)jam juga dapat dihilangkan. Sebagai catatan nilai-nilai untuk penyerapan dan berat jenis curah (jenuh kering permukaan) mungkin lebih tinggi untuk agregat yang tidak kering oven sebelum direndam dibandingkan dengan agregat yang sama tetapi diperlakukan seperti pada pasal 6 butir a. Hal ini jelas, khususnya untuk partikel butiran yang lebih besar dari 75 mm (3 inci) karena air tidak mungkin mampu masuk sampai pusat butiran dalam waktu perendaman seperti yang disyaratkan.

c) Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu lembaran penyerap

air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang. Keringkan air dari butiran yang besar secara tersendiri. Aliran udara yang bergerak dapat digunakan untuk membantu pekerjaan pengeringan. Kerjakan secara hati-hati untuk menghindari penguapan air dari pori-pori agregat dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Tentukan berat benda uji pada kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan semua berat yang sampai nilai 1,0 gram terdekat atau 0,1 persen yang terdekat dari berat contoh, pilihlah nilai yang lebih besar.

d) Setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada dalam kondisi

jenuh kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu tentukan beratnya di dalam air, yang mempunyai kerapatan (997±2) kg/m3 pada temperatur (23±2)0C. Hati-hatilah sewaktu berusaha menghilangkan udara yang terperangkap sebelum menentukan berat tersebut, menggoncangkan wadah dalam kondisi terendam. Wadah tersebut harus terendam dengan kedalaman yang cukup untuk menutup contoh uji selama penentuan berat. Kawat yang menggantungkan kontainer tersebut harus memiliki ukuran praktis yang paling kecil untuk memperkecil kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang terendam.

e) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur (110±5)0C, dinginkan

pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau sampai agregat telah dingin

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 95: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

6 dari 10

pada suatu temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50OC), kemudian tentukan beratnya. Gunakan berat ini dalam proses perhitungan pada pasal 7.

7 Perhitungan 7.1 Berat jenis curah kering Lakukanlah perhitungan berat jenis curah kering (Sd), pada temperatur air 230C / temperatur agregat 230C dengan rumus berikut ini:

Berat Jenis Curah Kering = ( )CBA−

.............................................................................. (1)

dengan : A adalah berat benda uji kering oven (gram); B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram); C adalah berat benda uji dalam air (gram); 7.2 Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) Lakukanlah perhitungan berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss), pada temperatur air 230C / temperatur agregat 230C dalam basis jenuh kering permukaan dengan rumus berikut ini:

Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) = ( )CBB−

………………………................. (2)

dengan : B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram); C adalah berat benda uji dalam air (gram). 7.3 Berat jenis semu Lakukanlah perhitungan berat jenis semu (Sa), pada temperatur air 230C / temperatur agregat 230C dengan cara berikut ini:

Berat jenis semu = ( )CAA−

........................................................................................ (3)

dengan : A adalah berat benda uji kering oven (gram); C adalah berat benda uji dalam air (gram). 7.4 Penyerapan air Hitunglah persentase penyerapan air (Sw) seperti dengan cara: Penyerapan air = ................................................................................ (4) dengan : A adalah berat benda uji kering oven (gram); B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram); 8 Laporan

%100xA

AB⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 96: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

7 dari 10

a) Laporkan hasil berat jenis dengan ketelitian 0,01 yang terdekat dan penyerapan dengan ketelitian 0,1 persen. Terdapat pendekatan matematis serta tiga jenis berat jenis dan penyerapan di dalam lampiran yang dapat digunakan, dan mungkin berguna dalam memeriksa tingkat konsistensi data atau menghitung nilai-nilai yang tidak dilaporkan dengan menggunakan data laporan yang lain.

b) Jika agregat kasar diuji pada kondisi kelembaban alaminya, tidak dengan dikeringkan

terlebih dahulu di dalam oven dan direndam selama (24+4) jam di dalam air, laporkan sumber benda uji dan prosedur yang dipakai untuk mencegah kekeringan sebelum diuji.

9 Ketelitian dan penyimpangan Karena tidak ada material acuan yang cocok untuk menentukan penyimpangan untuk prosedur dalam mengukur penyerapan agregat kasar, maka tidak ada pernyataan mengenai penyimpangan.

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 97: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

8 dari 10

Lampiran A (Informatif)

Hubungan antara berat jenis dengan penyerapan seperti yang ditentukan dalam cara uji SNI 03 – 1969 –1990 dan SNI 03 – 1970 –1990 Dengan : Sd adalah berat jenis curah (kering), Ss adalah berat jenis curah (jenuh kering permukaan), Sa adalah berat jenis semu (apparent), dan Sw adalah penyerapan (dalam persen) maka :

( ) ds SSwS 100/ 1+= .......................................................................................................... (5)

100.

1100

11

d

d

d

a SSwS

SwS

S−

=−

= ............................................................................................. (6)

atau :

( )1100

1100

100/11

−−=

−+

=

s

s

s

a

SSwS

SwS

SwS ........................................................................ (7)

100.1⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=

d

S

SS

Sw ............................................................................................................. (8)

( ) 100.1 ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

−=

sa

sa

SSSS

Sw ....................................................................................................... (9)

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 98: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

9 dari 10

Lampiran B (Informatif)

Istilah-istilah dalam pengujian berat jenis Specific Gravity Berat Jenis Bulk Specific Gravity Berat Jenis Curah Absorption Penyerapan air Apparent Specific Gravity Berat Jenis Semu Saturated Surface Dry (SSD) Jenuh Kering Permukaan (JKP) Density Kerapatan Air Weight Berat ketika ditimbang di udara. Unit Weight Berat Isi

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 99: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 1969:2008

10 dari 10

Lampiran C (Informatif)

Formulir uji dan contoh perhitungan

Surat Permohonan : No. Kode Pengujian : Lampiran : Dibuat Untuk : Penerimaan Contoh Uji : Jenis Contoh Uji : Jumlah Contoh Uji : Kemasan Contoh Uji : Tanggal Penerimaan : Tanggal Pengujian : Pengujian Dilakukan Sesuai Metode Uji :

Pengujian Notasi I II Satuan Berat benda uji kering oven A 1215,25 1195,10 gram Berat benda uji jenuh kering permukaan di udara B 1232,10 1211,20 gram Berat benda uji dalam air C 749,86 740,69 gram

Perhitungan Notasi I II Rata-rata

Berat jenis curah kering (Sd) ( )CBA−

2,52 2,54 2,53

Berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) ( )CBB−

2,55 2,54 2,54

Berat jenis semu (Sa) ( )CAA−

2,61 2,63 2,62

Penyerapan air (Sw)

%100xA

AB⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ − 1,39 1,35 1,37

.................., ..........................

Pemeriksa,

( )

Penguji,

( )

“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departem

en Pekerjaan Umum

dalam

rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”

Page 100: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

Badan Standardisasi Nasional

SNI 2531:2015

Standar Nasional Indonesia

ICS 91.100.10

Metode uji densitas semen hidraulis

(ASTM C 188-95 (2003), MOD)

Page 101: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

© ASTM 2003 – All rights reserved

© BSN 2015 untuk kepentingan adopsi standar © ASTM menjadi SNI – Semua hak dilindungi

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis BSN

BSN Email: [email protected] www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta

Page 102: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

© BSN 2015 i

Daftar isi Daftar isi ..................................................................................................................................... i

Prakata ..................................................................................................................................... ii

Pendahuluan............................................................................................................................ iii

1 Ruang lingkup ................................................................................................................... 1

2 Acuan normatif .................................................................................................................. 1

3 Peralatan dan bahan ........................................................................................................ 1

4 Prosedur uji ....................................................................................................................... 3

5 Perhitungan ...................................................................................................................... 3

6 Ketelitian dan penyimpangan ........................................................................................... 4

7 Kata kunci ......................................................................................................................... 4

Lampiran A Istilah dan definisi ................................................................................................. 5

Lampiran B Formulir uji ............................................................................................................ 6

Lampiran C Contoh isian formulir hasil uji ............................................................................... 7

Bibliografi ................................................................................................................................. 9

Gambar 1 - Contoh Botol Le Chatelier untuk Uji Densitas ...................................................... 2

Page 103: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

© BSN 2015 ii

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang “Metode uji densitas semen hidraulis” adalah revisi dari SNI 15-2531-1991, Metode pengujian berat jenis semen portland. Standar ini diadopsi secara modifikasi dengan metode terjemahan dari ASTM C 188-95 (2003), Standard Test Method for Density of Hydraulic Cement, dengan penambahan lampiran sebagai berikut : - Lampiran A (normatif) Istilah dan Definisi - Lampiran B (normatif) Formulir uji - Lampiran C (informatif) Contoh isian formulir hasil uji - Lampiran D (informatif) Tabel dan grafik densitas air Revisi dilakukan untuk menyesuaikan dengan standar yang diadopsi yang juga telah mengalami revisi. Dalam revisi ini, terdapat perubahan sebagai berikut : Pada SNI 15-2531-1991 tentang Metode pengujian berat jenis semen portland, spesifikasi atau persyaratan botol Le Chatelier yang digunakan tidak dicantumkan, sedangkan pada SNI 2531:2015 spesifikasi botol Le Chatelier dicantumkan. Standar ini dipersiapkan oleh Komite Teknis No 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman PSN Nomor 03.1: 2007 dan dibahas dalam forum konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 24 Maret 2011 di Bandung, oleh Sub Komite Teknis yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait dan telah melalui jajak pendapat tanggal 15 September 2014 sampai 14 November 2014.

Page 104: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

© BSN 2015 iii

Pendahuluan

Metode uji ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi pelaksana, teknisi laboratorium atau produsen dalam melakukan pengujian densitas semen hidraulis sehingga nilai densitas semen hidraulis dapat diketahui. Secara garis besar metode uji ini mencakup cara menentukan nilai densitas semen hidraulis dengan menggunakan botol Le Chatelier.

Page 105: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

© BSN 2015 1 dari 9

Metode uji densitas semen hidraulis 1 Ruang lingkup

1.1 Metode uji ini meliputi penentuan densitas semen hidraulis khususnya penggunaan yang ada hubungannya dengan rancangan dan pengendalian campuran beton. 1.2 Densitas semen hidraulis didefinisikan sebagai massa per satu satuan volume zat padat. 1.3 Angka – angka dinyatakan dalam satuan SI sebagai standar. 1.4 Standar ini tidak mencakup ketentuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja, bila ada menjadi tanggung jawab dari pengguna. 2 Acuan normatif 2.1 Standar ASTM C 114, Test Methods for Chemical Analysis of Hydraulic Cement.

C 670, Practice for Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods for Construction Materials. 3 Peralatan dan bahan 3.1 Botol Le Chatelier — Botol standar dengan penampang melintang berbentuk lingkaran serta bentuk dan ukuran yang sesuai seperti pada Gambar 1 (Catatan 1). Persyaratan – persyaratan yang berhubungan dengan toleransi, tulisan skala ukuran dan panjangnya, jarak, dan keseragaman skala ukuran harus diamati secara teliti. Jarak antara tulisan skala ukuran paling atas dan titik terendah penyumbat kaca yang diasah minimum 10 mm. 3.1.1 Botol terbuat dari bahan gelas dengan kualitas baik, transparan, dan bebas dari kotoran yang tercampur dengan bahan gelas. Gelas harus tahan terhadap bahan kimia dan tidak sensitif terhadap panas. Sebelum digunakan, botol harus didinginkan secara menyeluruh sampai mencapai temperatur pengujian. Botol harus memiliki ketebalan yang cukup supaya tidak mudah pecah. 3.1.2 Leher botol harus terbagi dalam skala dari 0 sampai dengan 1 mL dan dari 18 sampai dengan 24 mL dengan kenaikan setiap 0,1 mL. Tingkat kesalahan dalam pembacaan kapasitas maksimum 0,05 mL. 3.1.3 Setiap botol dan penyumbatnya harus mempunyai nomor identifikasi yang tetap supaya tidak tertukar karena mempunyai nomor produksi yang sama. Temperatur standar harus ditunjukkan dan satuan kapasitas harus ditunjukkan dengan tulisan mL yang ditempatkan di atas tanda atau garis skala yang paling atas.

Page 106: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

© BSN 2015 2 dari 9

Keterangan : A : Penyumbat B : kapasitas 6,0 mL pada suhu 20 °C C : kapasitas 17,0 mL pada suhu 20 °C D : kapasitas 1,0 mL pada suhu 20 °C E : kapasitas botol kira-kira 250 mL CATATAN — Terdapat perbedaan beberapa mm seperti pada tinggi total botol, diameter dasar botol, dan sebagainya, tetapi tidak menjadi alasan untuk melakukan penolakan penggunaan alat dan hasil pengukurannya.Ukuran botol yang tercantum dalam Gambar 1 hanya salah satu contoh untuk botol baru. Botol yang lain boleh digunakan, tetapi memenuhi persyaratan pada 3.1.

Gambar 1 - Contoh Botol Le Chatelier untuk Uji Densitas

69 mm

35,5 mm

36 mm

Min 8 mm

± 62 mm

Min 5 mm

11,5 mm

30 mm

50 mm

C

D o

E

±65 mm

diameter luar ±90 mm

1

0

18

19

20

21

22

23

24

mL

A

AUSATC

20 C

o

14 mm

B

Page 107: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

© BSN 2015 3 dari 9

3.2 Kerosin (minyak tanah) yang bebas air, atau nafta yang mempunyai densitas lebih besar dari 0,73 g/mL pada temperatur (23 ± 2)° C harus digunakan dalam penentuan densitas. 3.3 Pemakaian peralatan atau cara-cara lain untuk menentukan densitas diizinkan dengan ketentuan bahwa seorang operator dapat memperoleh hasil ± 0,03 Mg/m3 dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode uji ini. CATATAN 1 - Rancangan dimaksudkan untuk menjamin pengaliran cairan secara habis dan kestabilan bila diletakkan pada ketinggian permukaan untuk mendukung akurasi dan ketepatan pada saat pembacaan. 4 Prosedur uji 4.1 Gunakan benda uji semen sesuai dengan yang diterima, kecuali bila ditentukan lain. Jika diperlukan penentuan densitas suatu contoh setelah uji hilang pijar (loss – free sample), terlebih dahulu bakar contoh seperti yang ditentukan dalam pengujian hilang pijar pada bagian 16.1 dalam ASTM C 114. 4.2 Isi botol (lihat Catatan 2) dengan salah satu kerosin atau nafta yang ditentukan di bagian 3.2 sampai batas antara tanda 0 dan 1 mL. Jika perlu, setelah penuangan, keringkan bagian dalam botol yang ada di atas permukaan cairan. Catat pembacaan pertama setelah botol direndam di dalam bak air (lihat Catatan 3) seperti ditentukan pada bagian 4.4. CATATAN 2 - Sebaiknya digunakan suatu alas karet di atas meja ketika mengisi atau memutar botol.

CATATAN 3 - Sebelum semen ditambahkan ke dalam botol, penggunaan sebuah cincin penahan pada botol untuk membantu menahan berat botol pada posisi tegak di dalam bak air, atau botol dapat dipegang dengan alat penjepit.

4.3 Timbang sejumlah semen dengan ketelitian 0,05 g (kira-kira 64 g untuk semen portland), masukkan ke dalam botol sedikit demi sedikit (lihat Catatan 2). Hati-hati dalam memasukkan semen ke dalam botol agar tidak tumpah dan tidak menempel pada bagian dalam dinding botol di atas permukaan minyak tanah. Peralatan penggetar boleh digunakan untuk mempercepat masuknya semen ke dalam botol dan untuk mencegah semen tertahan pada leher botol. Setelah semen dimasukkan, pasang penyumbat pada botol dan botol diputar atau digelindingkan pada posisi miring (lihat Catatan 2), atau gerakkan dengan perlahan dalam lingkaran horizontal, untuk melepaskan udara yang terperangkap dalam semen sampai tidak terlihat adanya gelembung udara yang muncul dipermukaan air. Jika semua semen telah dimasukkan, ketinggian cairan akan berada pada posisi akhir. Catat pembacaan terakhir setelah botol direndam didalam bak air sesuai dengan Bagian 4.4. 4.4 Rendam botol di dalam bak air pada temperatur tetap selama periode waktu yang cukup untuk mencegah perbedaan temperatur botol yaitu lebih besar dari 0,2°C antara pembacaan awal dan akhir. 5 Perhitungan 5.1 Perbedaan antara pembacaan awal dan pembacaan akhir menunjukkan volume zat cair yang dipindahkan oleh massa semen yang digunakan dalam pengujian.

Page 108: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

© BSN 2015 4 dari 9

5.2 Hitung densitas semen, ρ , sebagai berikut :

ρ (Mg/m3) = ρ (g/cm3) = 3cm n,dipindahka yangvolume

g semen,massa

CATATAN 4 — Volume yang dipindahkan dalam milliliter secara terpisah sama dengan volume yang dipindahkan dalam sentimeter kubik.

CATATAN 5 — Densitas dalam megagram per meter kubik (Mg/m3) secara angka sama dengan gram per sentimeter kubik (g/cm3). Hitung densitas semen , ρ , sampai tiga desimal dan bulatkan ke 0.01 Mg/m3 terdekat.

CATATAN 6 — Dalam hubungannya dengan rancangan komposisi dan kontrol campuran beton, densitas akan lebih sesuai apabila dinyatakan dalam specific gravity (berat jenis) yang tidak memiliki satuan. Hitung berat jenis sebagai berikut :

Sp gr = 4 C pada air densitas

semen densitas

(densitas air pada 4°C adalah 1 Mg/m3(1 g/cm3)). 6 Ketelitian dan penyimpangan

6.1 Deviasi standar oleh penguji tunggal untuk semen Portland telah diketahui yaitu 0,0121. Oleh karena itu, hasil dari dua pengujian yang dilakukan oleh penguji yang sama terhadap bahan yang sama tidak boleh berbeda lebih dari 0,03. 6.2 Deviasi standar antarlaboratorium berbeda untuk semen Portland telah diketahui 0,0371. Oleh karena itu, hasil dari dua pengujian yang dilakukan oleh dua laboratorium yang berbeda terhadap contoh uji semen yang sama, tidak boleh berbeda lebih dari 0,101. 6.3 Karena tidak ada bahan acuan yang diterima yang sesuai untuk menentukan semua penyimpangan yang mungkin dihubungkan dengan metode uji ini, maka tidak ada pernyataan penyimpangan. 7 Kata kunci 7.1 Densitas; semen hidraulis; berat jenis 1Angka-angka tersebut menunjukan batas 1s dan d2s dalam ASTM C670

Page 109: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

5 dari 9

Lampiran A (normatif) Istilah dan definisi

A.1 berat jenis a. perbandingan massa benda dengan massa air suling yang isinya sama dengan benda

uji pada temperatur air suling 40C yang tetap b. Perbandingan densitas semen dengan densitas air suling pada temperatur 40C. A.2 densitas massa per satuan volume A.3 semen hidraulis semen yang mengeras karena reaksi kimia dengan air. A.4 semen non-hidraulis Semen yang mengeras tanpa air A.5 contoh bebas hilang (Loss-free sample) Contoh semen setelah dipanaskan pada temperatur (900 C -1000 C) sehingga didapatkan semen yang tidak memiliki material hilang pada pemijaran.

Page 110: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

© BSN 2015 6 dari 9

Lampiran B (normatif) Formulir uji

Kov instansi penguji

Lampiran surat/lap. no. : Diterima tanggal : Pekerjaan : Di uji Tanggal : Jumlah contoh uji : Diuji oleh : Nomor contoh uji : Diperiksa oleh : Jenis contoh uji : Sumber contoh uji :

PENGUJIAN DENSITAS SEMEN HIDRAULIS

Keterangan PENGUJIAN 1 2

Massa Botol + Kerosin (M1) (g)

Massa Botol + Semen + Kerosin (M2) (g)

Bacaan Awal (V1) (cm3)

Bacaan Akhir (V2)

Densitas (g/cm3)

Rata-rata

M2 - M1 Densitas = (V2 - V1)

Massa Jenis = C4 pada air densitas

semen densitas0

,…...………………….

Diperiksa, Penyelia

Teknisi Lab.

(________________________) NIP.

( )

Page 111: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

7 dari 9

Lampiran C (informatif)

Contoh isian formulir hasil uji

Lampiran surat/lap. no. : - Diterima tanggal : 3 – 02 - 2011 Pekerjaan : - Di uji Tanggal : 4 – 02 - 2011 Jumlah contoh uji : 1 contoh uji Diuji oleh : Budi Subrata Nomor contoh uji : - Diperiksa oleh : Rulli R,.ST, MT Jenis contoh uji : Semen Portland Sumber contoh uji : -

PENGUJIAN DENSITAS SEMEN HIDRAULIS

Keterangan PENGUJIAN 1 2

Massa Botol + Kerosin (M1) (g)

258,90

266,60

Massa Botol + Semen + Kerosin (M2) (g)

322,90

330,60

Bacaan Awal (V1)

0,20

0,40

Bacaan Akhir (V2)

20,50

20,70

Densitas (g/cm3)

3,15

3,15

Rata-rata (g/ cm3)

3,15

M2 - M1 Densitas = (V2 - V1)

Berat Jenis = 4C pada air densitas

semen densitas

Bandung, 4 – 02 – 2011

Diperiksa, Penyelia

Teknisi Lab.

(_Rulli Ranastra,.ST,MT_) ( Budi Subrata, ST)

B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N PUSAT PENEL IT IAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN B A L A I J E M B A T A N D A N B A N G U N A N P E L E N G K A P J A L A N Jalan A.H Nasution No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7811884 Fax. (022) 7811884 Bandung 40294 e-mail:[email protected]

Page 112: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

© BSN 2015 8 dari 9

Lampiran D

(Informatif)

Tabel dan Grafik Densitas air

Temp (°C) Density (g/cm3)

30 0.9957

20 0.9982

10 0.9997

4 1.0000

0 0.9998

−10 0.9982

−20 0.9935

−30 0.9839

Page 113: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub K

omite Teknis 91-01-S2 R

ekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 2531:2015

9 dari 9

Bibliografi

SNI 15-2049-2004, Semen Portland SNI 03-6865-2002, Tata cara pelaksanaan program uji antar laboratorium untuk penentuan presisi metode uji bahan konstruksi

Page 114: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

Standar Nasional Indonesia

SNI 1971:2011

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional

Page 115: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

© BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: [email protected] www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Page 116: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

SNI 1971:2011

Daftar isi

Daftar isi.....................................................................................................................................i Prakata ..................................................................................................................................... ii Pendahuluan............................................................................................................................ iii 1 Ruang lingkup................................................................................................................... 1 2 Acuan normatif.................................................................................................................. 1 3 Istilah dan definisi ............................................................................................................. 1 4 Kegunaan ......................................................................................................................... 2 5 Ketentuan ......................................................................................................................... 2 6 Ringkasan cara uji ............................................................................................................ 2 7 Peralatan .......................................................................................................................... 3 8 Benda uji........................................................................................................................... 3 9 Persiapan benda uji .......................................................................................................... 3 10 Prosedur pengujian........................................................................................................... 3 11 Perhitungan ...................................................................................................................... 4 12 Pelaporan ......................................................................................................................... 4 13 Ketelitian ........................................................................................................................... 4 Lampiran A (normatif) Formulir pengujian kadar air total agregat ........................................... 5 Lampiran B (informatif) Contoh isian formulir pengujian kadar air total agregat...................... 6

© BSN 2011 i

Page 117: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

SNI 1971:2011

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan adalah revisi dari SNI 03-1971-1990, Metode pengujian kadar air agregat yang merupakan adopsi modifikasi dari ASTM C566-97, Standard test method for total evaporable moisture content of aggregate by drying.

Revisi tersebut adalah:

a) adanya tambahan acuan normatif;

b) adanya catatan pada Tabel 1 mengenai bentuk lubang saringan dan ketentuan berat benda uji minimum agregat ringan;

c) adanya tambahan dimungkinkan penggunaan jenis pemanas selain oven berventilasi disertai pengontrol temperatur;

d) adanya perubahan dari standar ASTM yang sudah menjadi SNI.

Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan.

Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) Nomor 08 Tahun 2007 dan dibahas dalam forum konsensus tanggal 12 Juni 2008 di Bandung yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.

© BSN 2011 ii

Page 118: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

SNI 1971:2011

Pendahuluan

Standar ini dimaksudkan sebagai acuan para penanggung jawab dan teknisi laboratorium untuk menentukan kadar air total agregat dengan cara yang seragam dan dengan hasil yang akurat. Hasil dari pengujian ini dapat digunakan untuk keperluan pengendalian kadar air agregat pada pekerjaan beton semen dan beton aspal.

Ketepatan massa komponen agregat dan air dalam pembuatan beton semen maupun beton aspal (khususnya beton aspal campuran dingin aspal emulsi) sangat mempengaruhi kualitas beton tersebut. Namun pada kenyataannya sering kali ditemui stok agregat yang akan digunakan berada dalam kondisi basah sehingga massa agregat dan massa air perlu dikoreksi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian kadar air agregat antara lain sesuai cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ini.

© BSN 2011 iii

Page 119: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

SNI 1971:2011

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

1 Ruang lingkup

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ini mencakup penentuan persentase air yang dapat menguap dari dalam contoh agregat dengan cara pengeringan. Hasil pengujian kadar air ini dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran dan pengendalian mutu terhadap beton semen dan beton aspal campuran dingin aspal emulsi.

Cara uji ini tidak mencakup masalah keselamatan yang berhubungan dengan penggunaannya. Pengaturan keselamatan dan kesehatan kerja serta penerapannya menjadi tanggung jawab pengguna cara uji ini.

Apabila agregat dapat berubah secara kimiawi akibat pemanasan (misalnya kapur), atau diperlukan pengukuran yang lebih teliti maka pengujian harus menggunakan oven berventilasi dilengkapi pengontrol temperatur. 2 Acuan normatif

Dokumen referensi yang terkait dengan standar ini: SNI 03-1969, Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar. SNI 03-1970, Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus. SNI 03-6414, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan. SNI 03-6865, Tata cara pelaksanaan program uji antar laboratorium untuk penentuan presisi metode uji bahan konstruksi. SNI 03-6866, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian. SNI 03-6889, Tata cara pengambilan contoh agregat. ASTM C29/C 29M, Test method for unit weight and voids in aggregate. ASTM C125, Terminology relating to concrete and concrete aggregates. 3 Istilah dan definisi

Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut: 3.1 alkohol anhidrous senyawa kimia hidrokarbon yang disebut juga etil alkohol atau etanol dengan rumus kimia C2H5OH dengan kandungan air sangat rendah sehingga dapat berfungsi sebagai bahan bakar 3.2 agregat ringan agregat yang memiliki berat jenis lebih kecil dari 2 3.3 kadar air agregat perbandingan antara massa air yang dikandung agregat dengan massa agregat dalam keadaan kering oven dan dinyatakan dalam satuan persen.

© BSN 2011 1 dari 6

Page 120: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

SNI 1971:2011

3.4 spiritus etil alkohol yang didenatursi (ditambah bahan beracun agar tidak dikonsumsi) sehingga murah karena tidak dikenai cukai dan umumnya bisa digunakan sebagai bahan bakar 3.5 ukuran butir nominal maksimum ditunjukkan dengan ukuran saringan maksimum yang dapat menahan sedikitnya 10% agregat 4 Kegunaan hasil pengujian Cara uji ini cukup akurat untuk keperluan pada umumnya, utamanya untuk pengaturan massa komponen agregat pada pembuatan beton semen ataupun beton aspal campuran dingin aspal emulsi. Pada umumnya pengaturan massa agregat dengan mengukur kandungan air dalam contoh agregat tersebut dengan cara uji ini lebih tepat dibanding menentukan komposisi beton sesuai kadar air stok agregat. 5 Ketentuan

Pengambilan contoh agregat harus sesuai dengan SNI 03-6889 dengan massa minimum benda uji sesuai Tabel 1.

Tabel 1 - Massa minimum benda uji

Ukuran nominal maksimum agregat

mm inci

Massa minimum benda uji agregat normal

Kga)

4,75 0,187 (No. 4) 0,5 9,5 3/8 1,5

12,5 ½ 2 19,0 ¾ 3 25,0 1 4 37,5 1½ 6 50 2 8 63 2½ 10 75 3 13 90 3½ 16

100 4 25 150 6 50

a) Untuk menentukan massa benda uji minimum agregat ringan, kalikan nilai pada Tabel 1 tersebut dengan berat isi lepas dalam satuan kg/m3 dan bagi 1600. (dirujuk kembali ke ASTM)

6 Ringkasan cara uji

Contoh agregat ditimbang, dikeringkan dengan cara di oven dan ditimbang kembali kemudian kandungan air agregat dihitung sebagai persen penurunan massa terhadap massa agregat kering oven.

© BSN 2011 2 dari 6

Page 121: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

SNI 1971:2011

7 Peralatan

Peralatan yang digunakan pada pengujian ini meliputi:

a) Timbangan;

Memiliki kapasitas yang memadai dan dapat menimbang dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.

b) Pemanas;

Oven yang memiliki ventilasi dan dapat mempertahankan temperatur contoh 110oC ± 5°C. Apabila pengaturan temperatur tidak disyaratkan, boleh digunakan pemanas lain yang memadai seperti pelat pemanas dengan listrik atau gas, lampu pemanas listrik, atau oven microwave berventilasi.

c) Wadah benda uji;

Wadah benda uji harus tahan panas dengan volume yang memadai sehingga dapat menampung benda uji agar tidak sampai jatuh/tumpah. Wadah benda uji juga harus memiliki bentuk yang sedemikian rupa sehingga kedalaman benda uji tidak lebih seperlima dari lebar wadah benda uji. CATATAN 1 - Apabila digunakan oven microwave, wadah benda uji harus terbuat dari bahan bukan logam.

d) Pengaduk.

Pengaduk yang terbuat dari logam atau spatula dengan ukuran yang memadai sesuai ukuran benda uji.

8 Benda uji

Benda uji adalah agregat dengan massa tertentu (lihat tabel 1). 9 Persiapan benda uji

Pastikan benda uji agregat berada dalam kemasan yang baik (kedap air) sehingga tidak akan mengalami perubahan kadar air mulai dari pengiriman hingga dilakukan pengujian. 10 Prosedur pengujian

a) Timbang benda uji sampai 0,1% massa terdekat (W1); (Massa benda uji adalah massa wadah dan benda uji dikurangi massa wadah).

b) Keringkan benda uji langsung dalam wadah dengan menggunakan pemanas yang diinginkan dan jaga jangan sampai ada partikel yang hilang. Pemanasan yang terlalu cepat dapat menyebabkan partikel pecah dan keluar dari wadah sehingga mengurangi massa benda uji. Apabila pemanasan dapat merubah sifat benda uji agregat atau apabila disyaratkan pengujian yang lebih teliti maka gunakan oven yang memiliki pengatur temperatur. Apabila pemanas tidak menggunakan oven yang memiliki pengatur temperatur, aduk benda uji selama proses pengeringan untuk mempercepat proses dan menghindari pemanasan setempat. Apabila digunakan oven microwave, aduk contoh sekali-kali. Apabila digunakan pelat pemanas, untuk mempercepat pengeringan dapat dilakukan dengan prosedur berikut:

1) tambahkan alkohol anhidrous atau spiritus secukupnya sehingga merendam benda uji;

© BSN 2011 3 dari 6

Page 122: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

SNI 1971:2011

2) aduk dan biarkan bahan yang tersuspensi mengendap;

3) tuangkan alkohol atau spiritus dengan cara mengendap-tuangkan (dekantasi) sebanyak mungkin tanpa ada benda uji yang terbuang;

4) bakar alkohol atau spiritus tersisa pada benda uji dan biarkan sampai padam selama pengeringan dengan pelat pemanas.

CATATAN 2 - lakukan dengan hati-hati agar pembakaran benda uji terkendali sehingga bahaya dan kerusakan akibat pembakaran benda uji beralkohol atau spiritus dapat dihindari.

c) Setelah dingin, sehingga tidak akan merusak atau mempengaruhi timbangan, timbang benda uji kering sampai 0,1% massa terdekat (W2). Benda uji dianggap kering apabila pemanasan berikutnya hanya menyebabkan penurunan massa kurang dari 0,1%.

11 Perhitungan

a) Hitung kadar air total dengan rumus sebagai berikut:

.................................................................................................... (1)

Keterangan: P adalah kadar air benda uji dalam satuan persen; W1 adalah massa benda uji dalam satuan g; W2 adalah massa benda uji kering oven dalam satuan g.

b) Kadar air permukaan sama dengan perbedaan antara kadar air total dengan kadar air penyerapan dengan semua nilai terhadap massa agregat kering. Penyerapan dapat ditentukan berdasarkan cara uji SNI 03-1969 atau SNI 03-1970.

12 Pelaporan

Laporkan kadar air agregat dalam satuan persen sampai dua angka di belakang koma. 13 Ketelitian

Dua hasil pengujian yang dilakukan oleh teknisi dan laboratorium yang sama terhadap contoh uji yang sama, satu sama lain tidak boleh berbeda lebih dari 0,79%; Dua hasil pengujian yang dilakukan oleh dua laboratorium yang berbeda terhadap contoh uji yang sama, satu sama lain tidak boleh berbeda lebih dari 0,79%.

© BSN 2011 4 dari 6

Page 123: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

SNI 1971:2011

Lampiran A (normatif)

Formulir pengujian kadar air total agregat

Kepala Surat Instansi Nomor contoh :

Jenis contoh uji :

Jenis pekerjaan :

Diterima tanggal :

Diuji tanggal :

Cara uji :

Hasil Pengujian

Benda Uji ke 1 Benda Uji ke 2

Massa wadah + benda uji

Massa wadah

Massa benda uji (W1) Massa wadah + benda uji kering

oven

Massa wadah

Massa benda uji kering oven (W2)

Kadar air total (P)

Kadar air total (P) rata-rata

Catatan:

Diperiksa oleh Penyelia Dikerjakan oleh Teknisi Tanggal : Tanggal :

( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . )

© BSN 2011 5 dari 6

Page 124: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

“Hak C

ipta Badan S

tandardisasi Nasional, C

opy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk di kom

ersialkan”

SNI 1971:2011

Lampiran B (informatif)

Contoh isian formulir pengujian kadar air total agregat

Kepala Surat Instansi

Nomor contoh : 85/AG/VIII/07/BU

Jenis contoh uji : Agregat ukuran nominal maksimum ½” (massa benda uji minimum 2000 gr)

Jenis pekerjaan : Penelitian Campuran Dingin Aspal Emulsi

Diterima tanggal : 12 Agustus 2011

Diuji tanggal : 12 Agustus 2011

Cara uji : SNI 03-1971

Hasil Pengujian

Benda Uji ke 1 Benda Uji ke 2

Massa wadah + benda uji 2.945 gram 3.037 gram

Massa wadah 445 gram 537 gram

Massa benda uji (W1) 2.500 gram 2.500 gram Massa wadah + benda uji kering oven 2.883 gram 2.983 gram

Massa wadah 445 gram 537 gram

Massa benda uji kering oven (W2) 2.438 gram 2.446 gram

Kadar air total (P)

2,54 % 2,16 %

Kadar air total (P) rata-rata 2,35 %

Catatan:

Diperiksa oleh penyelia Dikerjakan oleh teknisi Tanggal : 13 Agustus 2011 Tanggal : 12 Agustus 2011

© BSN 2011 6 dari 6

Page 125: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI SNI 03-1974-1990

Standar Nasional Indonesia

Metode pengujian kuat tekan beton

ICS 91.100.30 Badan Standarisasi Nasional BSN

Page 126: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 306/KTSP/1989 ..........................................1

DAFTAR ISI .......................................................................................................................v

Bab I DESKRIPSI .......................................................................................................1

1.1 Maksud dan Tujuan.......................................................................................1

1.2 Ruang Lingkup..............................................................................................1

1.3 Pengertian......................................................................................................1

Bab II CARA PELAKSANAAN ...................................................................................2

2.1 Peralatan........................................................................................................2

2.2 Benda Uji ......................................................................................................2

2.3 Cara Pengujian ..............................................................................................3

2.4 Perhitungan ...................................................................................................4

2.5 Laporan .........................................................................................................4

Lampiran A : Daftar Nama dan Lembaga ...........................................................................6

Lampiran B : Lain-lain ......................................................................................................12

Page 127: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

BAB I

DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk

menentukan kuat tekan (compressive strength) beton dengan benda uji

berbentuk silinder yang dibuat dan dimatangkan (curring) di laboratorium

maupun di lapangan.

1.1.2 Tujuan

Tujuan pengujian ini untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur

yang benar.

1.2 Ruang Lingkup

Pengujian dilakukan terhadapa beton segar (fresh concrete) yang mewakili

campuran beton; bentuk benda uji bisa berwujud silinder ataupun kubus;

hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan :

1) perencanaan campuran beton;

2) pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.

1.3 Pengertian

Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang

menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan

tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.

Page 128: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

BAB II

CARA PELAKSANAAN

2.1 Peralatan

Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton diperlukan peralatan

sebagai berikut:

1) cetakan silinder, diameter 152 mm, tinggi 305 mm;

2) tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 600 mm, dengan ujung

dibulatkan, dibuat dari baja yang bersih dan bebas karat;

3) mesin pengaduk atau bak pengaduk beton kedap air;

4) timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh;

5) mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan;

6) satu st alat pelapis (capping);

7) peralatan tambahan : ember, sekop, sendok, sendok perata, dan talam;

8) satu set alat pemeriksa slump;

9) satu set alat pemeriksaan berat isi beton.

2.2 Benda Uji

Untuk mendapatkan benda uji harus diikuti beberapa tahapan sebagai

berikut:

1) Pembuatan dan Pematangan benda uji

2) Persiapan pengujian

(1) benda uji dibuat dari beton segar yag mewakili campuran beton;

(2) isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis

dipadatkan dengan 25 x tusukan secara merata; pada saat melakukan

pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai

dasar cetakan; pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga

tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25,4 mm kedalam lapisan

dibawahnya;

Page 129: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

(3) setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan

perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup; ratakan

permukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air

serta tahan karat; kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24

jam dan letakkan pada tempat yang bebas dari getaran.

(4) setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji; untuk

perncanaan campuran bton, rendamlah benda uji dalam bak

perndam berisi air pada temperatur 25 oC disebutkan untuk

pematangan (curing), selama waktu yang dikehendaki; untuk

pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan,

pematangan (curing) disesuaikan dengan persyaratan.

2) Persiapan pengujian

(1) ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak

perndam/pematangan (curing), kemudian bersihkan dari kotoran

yang menempel dengan kain lembab;

(2) tentukan berat dan ukuran benda uji;

(3) lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan

mortar belerang dengan cara sebagai berikut: Lelehkan mortar

belerang didalam pot peleleh (melting pot) yang dinding dalamnya

telah dilapisi tipis dengan gemuk; kemudian letakkan benda uji

tegak lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair

menjadi keras; dengan cara yang sama lekukan pelapisan pada

permukan lainnya;

(4) benda uji siap untuk diperiksa.

2.3 Cara Pengujian

Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa

tahapan sebagai berikut:

1) letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris;

2) jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar

antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik;

3) lakukan pembebanan sampai uji menjadi hancur dan catatlah beban

maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji;

Page 130: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

4) gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji.

2.4 Perhitungan P Kuat tekan beton = ___ . (kg/cm2) …………… (1) A

Keterangan :

P = beban maksimum (kg)

A = luas penampang (cm2)

2.5 Laporan

Laporan harus meliputi hal-hal seperti berikut:

1) perbandingan campuran;

2) berat (kg);

3) diameter dan tinggi (cm);

4) luas penampang (cm2);

5) berat isi (kg/cm2);

6) beban maksimum (kg);

7) kuat tekan (kg/cm2)

8) cacat;

9) umur (hari).

Beberapa ketentuan khusus yang harus diikuti sebagai berikut:

1) untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 20 x 20 x 20 cm cetakan

diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan

dengan 29 kali tusukan; tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 600

mm;

2) untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm, cetakan

diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan

dengan 32 kali tusukan; tongkat pemadat diameter 10 mm, panjang 300

mm;

3) benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi;

Page 131: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

4) bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus

ke bentuk silinder, maka gunakan angka perbandingan kuat tekan seperti

berikut:

Daftar Konversi

Bentuk benda uji Perbandingan

Kubus : 15 cm x 15 cm x 15 cm

: 20 cm x 20 cm x 20 cm *)

Silinder : 15 cm x 30 cm

1,0

0,95

0,83

(*) 15 cm = diameter silinder

20 cm = tinggi silinder

5) pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari, dan

28 hari;

6) hasil pemeriksaan diambil nilai rata-rata dari minimum 2 buah benda uji;

7) apabila pengadukan dilakukan dengan tangan (hanya untuk perencanaan

campuran beton), isi bak pengaduk maksimum 7 dm3 dan pengadukan

tidak boleh dilakukan untuk campuran beton slump. o.

Page 132: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

LAMPIRAN A

1) PEMRAKARSA

Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, Badan Penelitian dan

Pengembangan PU.

2) PENYUSUN

NAMA LEMBAGA

Adimar Adin, M.Sc.

(s.d. 1976)

Ir. Syarifuddin Alambal

(s.d. 1976)

Drs. Oemar Wazir

(s.d. 1976)

Sri Astuti, B.E.

(s.d. 1976)

Soejoto, S.H.

(s.d. 1976)

Budiarto, BRE.

(s.d. 1976)

Dra. Roosmina Achmad

(s.d. 1976)

Ir. Lanneke Tristanto

(s.d. 1989)

Ir. KGS. Ahmad

(s.d. 1989)

Direktorat Penyelidikan Masalah Tanah

dan Jalan

Direktorat Penyelidikan Masalah Tanah

dan Jalan

Direktorat Penyelidikan Masalah Tanah

dan Jalan

Direktorat Penyelidikan Masalah Tanah

dan Jalan

Direktorat Penyelidikan Masalah Tanah

dan Jalan

Direktorat Pembangunan Jalan

Direktorat Penyelidikan Masalah Tanah

dan Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Page 133: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

3) SUSUNAN PANITIA TETAP SKBI

JABATAN EX-OFFICIO NAMA

Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Kepala Badan Litbang

PU

Sekretaris Badan Litbang

PU

Kepala Pusat Litbang

Jalan

Kepala Pusat Litbang

Pengairan

Kepala Pusat Litbang

Pemukiman

Sekretaris Ditjen Cipta

Karya

Sekretaris Ditjen Bina

Marga

Sekretaris Ditjen

Pengairan

Kepala Biro Sarana

Perusahaan

Kepala Biro Hukum

(1) Ir. Karman

Somawijaya

(s.d. 1989)

(2) Ir. Suryatin

Sastromijoya

(mulai 1989)

Dr. Ir. Bambang

Soemitradi

Ir. Soedarmanto

Darmonegoro

Ir. Soelastri

Djenoeddin

Ir. SM. Ritonga

(1) Ir. Soelistijo

Tjitromidjojo,

BAE.

(s.d. 1989)

(2) Ir. Soeratmo

Notodiputro

(mulai 1989)

Ir. Satrio

Ir. Mamad Ismail

(1) Ir. Wanargo M.

(s.d. 1989)

(2) Ir. Nuzwar N.

(mulai 1989)

(1) Soediro, S.H.

(s.d. 1989)

Page 134: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

(2) Ali Muhamad, S.H.

(mulai 1989)

Page 135: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

4) SUSUNAN PANITIA KERJA SKBI

JABATAN NAMA LEMBAGA

Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Ir. Rachmadi B.S.

Ir. Soedarmanto

Darmonegoro

Ir. Rahardjo, M.Sc.

Drs. Eddy Sumardi

Ir. Soetantyo S.

Ir. Lanneke T.

Ir. Machfuds Madjid

Ir. Hartini Arsil

Ir. Rusli Ruslan

Dr. Ing. Harianto

Hardjasaputra

Ir. KGS. Ahamd

Ir. Wawan W, M.Sc.

Ir. Prikanto

John Dacktar, B.E.

Ir. A. Samsu Trihadi

Drs. M. Isya Arief

Drs. Nano Tresna

Direktorat Bina Program

Jalan

Ditjen Bina Marga Pusat

Litbang Jalan

Direktorat Pelaksana

Tengah Ditjen Bina

Marga

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Direktorat Bina Program

Jalan

Ditjen Bina Marga

Pusat Litbang

Pemukiman

Asosiasi Kontraktor

Indonesia

Universitas Trisakti

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang

Pemukiman

Direktorat Pelaksana

Tengah Ditjen Bina

Marga

B4 Teknik, Dep.

Perindustrian

Page 136: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Ir. Syarifuddin Nasution

Ir. Sakly Anggoro

Dr. Ir. Binsar Hariandja

Ir. Deddy Tjahjadi, Dip.

HE

Dr. Ir. Boedi Soesilo

Ir. Hendarmin, M.Sc.Eng.

Ir. Saroso BS

Sumpena

Himpunan Ahli Teknik

Tanah Indonesia

Ikatan Nasional

Konsultan Indonesia

Himpunan Ahli

Konstruksi Indonesia

Himpunan Ahli Teknik

Hidraulik Indonesia

Universitas Indonesia

Universitas Pancasila

Pusat Litbang Jalan

Dit Perhub. Darat

Page 137: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5) PESERTA PRA KONSENSUS

NAMA LEMBAGA

Ir. Soedarmanto Darmonegoro

Ir. Sunardi

Drs. Eddy Sumardi

Ir. Gandhi Harahap, M.Eng.

Ir. Soetantyo Sunardi

Ir. Irman Nurdin

Ir. Soemartono Mulyadi

Ir. P. Sitanggang

Ir. Saroso B.S.

Soetojo, S.H.

Ir. Adyawati

Ir. Djoko Oetomo

Ir. Wawan Witarnawan, M.Sc.

Widjanarko, B.E.

Wajan Darmayasa, B.E.

Ir. M. Sjahdanul Irwan, M.Sc.

Ir. Prikamto

Drs. Oemar wazir, M.Sc.

Ir. Asep Tatang Dachlan

Ir. Soehartono

Ir. Sukawan M.Sc.

Ir. Hartom, M.Sc.

Ir. Bambang W.

Ir. Apo Abdul Wahab

Ir. Indraswari Hardjono

Ir. Peter sepang

Soejoto, B.E.

Ir. Djoko Herliantoro

Ir. Rahardjo, M.Sc.

Ir. Azhar Azis

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Badan Litbang PU

Page 138: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

6) PESERTA KONSENSUS

NAMA LEMBAGA

Ir. Rahardjo, M.Sc.

Drs. M. Isya Arief

Ir. Machfuds Madjid

Drs. Eddy Sumardi

Ir. KGS. Ahmad

Ir. K. Zamhari, M.Sc.

Ir. Saroso BS.

Ir. Soetantyo Sunardi

Ir. Lanneke Tristanto

Ir. Prikanto

Ir. Sonny P.

S. Soedarmadji

Endang Hidajat, B.E.

John Dacktar, B.E.

Ir. Samsu Trihadi

Sumpena

Drs. Nano Tresna

Ir. Sjarifuddin Nasution

Dr. Ir. Binsar Hariandja

Ir. Rusli Ruslan

Ir. Hendarmin, M.Sc.Eng.

Dr. Ing. Harianto Hardjasaputra

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Ditjen Bina Marga

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Pemukiman

Dit. Perhubungan Darat

Dep. Perindustrian

Himpunan Ahli Teknik Tanah

Indonesia

Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia

Asosiasi Kontraktor Indonesia

Universitas Pancasila

Universitas Trisakti

Page 139: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

7) PESERTA PEMUTAKHIRAN KONSEP SKBI

NAMA LEMBAGA

Ir. Suryatin Sastromidjojo

Dr. Ir. Bambang Soemitroadi

Drs. Muhd. Muhtadi

Ir. Soedarmanto Darmonegoro

Drs. Eddy Sumardi

Alan Rachlan, M.Sc.

Ir. KGS Ahmad

Ir. Saroso B.S.

Soetojo, S.H.

Ir, Soelastri Djenoeddin

Ir. SM. Ritonga

Ir. Ramil Djohan

Ir. Sukawan M.

Purwanto, S.H.

Djoko Sulistyo, S.H.

Ir. Siti Widyastuti

Ir. Boetje Sinay

Dr. Ir. Dj. A. Simarmata

Ir. Lolly M.

Badan Litbang PU

Badan Litbang PU

Badan Litbang PU

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Jalan

Pusat Litbang Pengairan

Pusat Litbang Pemukiman

Ditjen Pengairan

Ditjen Bina Marga

Ditjen Cipta Karya

Biro Hukun Dep. PU

Biro Bina Sarana Perusahaan

Badan Litbang PU

Badan Litbang PU

Badan Litbang PU

Page 140: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id
Page 141: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id
Page 142: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-1968-1990

1

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

BAB I DESKRIPSI

1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.

1.1.2 Tujuan

Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik.

1.2 Ruang Lingkup

Metode pengujian jenis tanah ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar, yang persyaratannya tercantum dalam 2.2. Hasil pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar dapat digunakan antara lain: 1) penyelidikan quarry agregat; 2) perencanaan campuran clan pengendalian mum beton.

1.3 Pengertian Yang dimaksud dengan :

Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agtegat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.

Page 143: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-1968-1990

2

BAB II

CARA PELAKSANAAN

2.1 Peralatan Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1) timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;

2) satu set saringan; 37,5 mm (3”); 63,5 mm (2½”); 50,8 mm (2”); 19,1 mm (¾”); 12,5 mm (½”); 9,5 mm (⅜”); No.4 (4.75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm);

3) oven, yang dilengkapi den-an pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)°C; 4) alat pemisah contoh; 5) mesin pengguncang saringan; 6) talam-talam; 7) kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.

2.2 Benda Uji

Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak : benda uji disiapkan berdasarkan standar yang berlaku dan terkait kecuali apabila butiran yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.

1) agregat halus terdiri dari : (1) ukuran maksimum 4,76 mm; berat minimum 500 gram; (2) ukuran maksimum 2,38 mm; berat minimum 100 gram.

2) agregat kasar terdiri dari : (1) ukuran maks. 3,5"; berat minimum 35,0 kg (2) ukuran maks. 3"; berat minimum 30,0 kg (3) ukuran maks. 2,5"; berat minimum 25,0 kg (4) ukuran maks. 2"; berat minimum 20,0 kg (5) ukuran maks. 1,5"; berat minimum 15,0 kg (6) ukuran maks. I"; berat minimum 10,0 kg (7) ukuran maks. 3/4" berat minimum 5,0 kg (8) ukuran maks. 1/2"; berat minimum 2,5 kg (9) ukuran maks. 3/8"; berat minimum 1,0 kg

3) Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4.; Selanjutnya agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum diatas.

2.3 Cara Pengujian

Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1) benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (I l0 ± 5)°C, sampai berat tetap;

Page 144: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-1968-1990

3

2) saring benda uji lewat susunan saringan den-an ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

2.4 Perhitungan

Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring.

2.5 Laporan Laporan meliputi :

1) jumlah persentase melalui masing-masing saringan, atau jumlah persentase di atas masing-masing saringan dalam bilangan bulat;

2) grafik kumulatif;

3) modulus kehalusan (finess modulus).

Page 145: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-1968-1990

4

LAMPIRAN B LAIN- LAIN

1) Contoh Isian Formulir Pengujian Analisa Saringan agregat Halus dan Kasar

( Nama Instansi/Jawatan) : ……………………………… Lampiran Surat/Laporan No.. : …………………… Dikerjakan : …………………Nomor Contoh : 03/054/002 Dihitung : …………………Pekerjaan : GN. Gaujaga/T3/BGR Digambar : Diperiksa : …………………

TABEL PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

Berat Bahan Kering = 2500 gram

JUMLAH PERSEN

Saringan Berat Tertahan

Jumlah Berat Tertahan Tertahan Lewat

76,2 (3") 63,5 (21/9")

50,8 (2") 36,1 (1½")

25,4 (1") 19,1 (1/4") 9.97 9.97 40 96.00 12,7 (1/2") 9,52 (3/8”) 22.95 32.92 43.20 86.80

No. 4 43.54 76.46 30.60 69.40No. 8 49.58 126.04 50.40 49.60 No. 20 33.07 159.11 63.60 36.40 No. 30 - - - - No. 40 18.43 177.54 71.00 29.00 No. 50 - - - - No. 80 17.19 194.73 77.90 22.10 No. 100 2.76 197.49 79.00 21.00 No. 200 3.31 200.80 80.30 19.70

Page 146: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-1968-1990

5

LAMPIRAN LAIN-LAIN

2) Grafik pembagian Butir

Page 147: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 1/13

Standar Kompetensi Nasional 

Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga udara dalam

agregat

ICS 91.100.20 Badan Standardisasi Nasional

Page 148: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 2/13

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................................. i

BAB I DESKRIPSI .............................................................................................. 1

1.1 Ruang Lingkup.................................................................................... 1

1.2 Pengertian............................................................................................ 1

BAB II KETENTUAN-KETENTUAN................................................................. 2

2.1 Umum.................................................................................................. 2

2.2 Teknis.................................................................................................. 2

2.2.1 Peralatan .......................................................................................... 2

2.2.2 Contoh Uji ........................................................................................ 3

2.3 Perhitungan ........................................................................................ 3

2.3.1 Berat Isi ............................................................................................ 3

2.3.2 Kadar Rongga Udara........................................................................ 4

2.4 Pilihan Alat Pemanfaatan .................................................................... 4

BAB III CARA UJI................................................................................................. 5

3.1 Kondisi Padat ...................................................................................... 5

3.2 Kondisi Gembur.................................................................................. 6

BAB IV LAPORAN HASIL UJI ............................................................................ 7

LAMPIRAN A: DAFTAR ISTILAH........................................................................ 8

LAMPIRAN B: CONTOH ISIAN FORMULIR....................................................... 9

LAMPIRAN C: DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA............................................. 10

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 149: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 3/13

BAB I

DESKRIPSI

1.1  Ruang Lingkup

Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara dalam Agregat ini mencakup:

1)   perhitungan berat isi dalam kondisi padat atau gembur dan rongga udara

dalam agregat;

2)  ketentuan-ketentuan peralatan, contoh uji, perhitungan, cara uji dan laporan

hasil uji.

1.2  Pengertian

Yang dimaksud dengan:

1)  berat isi agregat adalah berat agregat persatuan isi;

2)  berat adalah gaya gravitasi yang mendesak agregat;

3)  agregat adalah material granular misalnya pasir, batu pecah dan kerak

tunggku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat

untuk membentuk suatu beton semen hidrolik atau adukan;

4)  agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi alami dari batu atau

 berupa batu pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan

mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm;

5)  agregat halus adalah pasir alam sebagai desintegrasi secara alami dari batu

atau pasir yang dihasilkan oleh industry pemecah batu dan mempunyai

ukuran butir terbesar 5mm;

6)  rongga udar dalam satuan volume agregat adalah ruang diantara butir-

 butir agregat yang tidak diisi oleh partikel yang padat.

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 150: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 4/13

BAB II

KETENTUAN-KETENTUAN

2.1 Umum

Ketentuan umum yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1)  timbangan harus dikalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

2)  hasil pengujian harus disahkan oleh tenaga pelaksana yang ditunjuk sebagai

 penanggungjawab pengujian;

3)  laporan pengujian harus disahkan oleh kepala laboratorium dengan

dibubuhi nama, tanda tangan, nomor surat dan instansi.

2.2 Teknis

2.2.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut:

1)  timbangan dengan ketelitian 0,1 gram kapasitas 2 kg untuk contoh agregat

halus, dan ketelitian 1 gram kapasitas 20 kg untuk contoh agregat kasar;

2)   batang penusuk terbuat dari baja berbentuk lubang lurus, berdiameter 16

mm dan panjang 610 mm dan ujungnya dibuat tumpul setengah bundar;

3)  alat penakar berbentuk silinder terbuat dari logam atau bahan kedap air

dengan ujung dan dasar yang benar-benar rata, kapasitas penakar sesuai

Tabel 1;

4)  sekop atau sendok sesuai dengan kebutuhan;

5)   peralatan kalibrasi beruap plat gas dengan tebal minimum 6 mm dan paling

sedikit 25 mm lebih besar darpada diameter takaran dikalibrasi

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 151: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 5/13

Tabel 1

Kapasitas Penakar Berbagai Ukuran Agregat

Ukuran besar butir nominal agregat

(mm)

Kapasitas maksimum penakar (liter)

12,5

25,0

37,5

75

112

150

2,8

9,3

14

28

70

100

2.2.2 Contoh Uji

Contoh uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1)   jumlahnya mendekati 125%-200% dari jumlah yang diuji;

2)  kering oven atau kering permukaan.

2.3 Perhitungan

2.3.1 Berat Isi

Berat isi sebagai berikut:

1)  agregat dalam keadaan kering oven dihitung menurut rumus berikut:

( G – T )

M = 1)

V

atau

M = ( G – T ) X F

Keterangan.

M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven, dalam kg/m3;

G = berat agregat dan penakar, dalam kg;

T = berat penakar, dalam kg;

V = volueme penakar, dalam m3;

F = factor penakar dalam m-3.

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 152: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 6/13

2)  Agregat dalam keadaaan kering permukaan dihitung menurut rumus

 berikut:

MSSD = M [ 1 + ( A/100 ) ] 2)

Keterangan.

MSSD = Berat isi agregat dalam kondisi kering permukaan dalam kg/m3;

M = berat isi dalam kondisi kering oven dalam kg/m3;

A = Absorpsi dalam %.

2.3.2 Kadar Rongga Udara

Kadar rongga udara dalam agregat dihitung menurut rumus berikut:

[ ( s x w ) –M ]

Rongga udara = x 100% 3)

( s x w )

Keterangan

M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven dalam kg/m3;

S = berat jenis agregat dalam kering oven dihitung menurut SNI 1969-1990-F

dan SNI 1970-1990-F

w = kerapatan air 998 kg/m3.

2.4 Pilihan Alat Pemampat

Alat pemampatan harus memebuhi ketentuan sebagai berikut:

1)  dengan batang penusuk, untuk agregat dengan besar butir nominal

maksimum 37,5 mm atau kurang;

2)  dengan alat ketuk untuk agregat yang mempunyai besar butir nominal

antara 150 mm – 37,6 mm;

3)  dengan alat sekop untuk uji gembur atas permintaan khusus.

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 153: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 7/13

BAB III

CARA UJI

Pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat dilakukan sebagai berikut:

3.1 Kondisi Padat

Kondisi padat dapat dilakukan dengan cara tusuk dan cara ketuk:

1)  cara tusuk: 

(1) isi penakar sepertiga dari volume penuh dan ratakan dengan batang

 perata; 

(2) tusuk lapisan agregat dengan 25 x tusukan batang penusuk; 

(3) isi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian ratakan

dan tusuk seperti diatas; 

(4) isi penakar sampai berlebih dan tusuk lagi; 

(5) ratakan permukaan agregat dengan batang perata; 

(6) tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu sendiri; 

(7) catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg; 

(8) hitung berat isi agregat menurut rumus 1 dan 2 pada butir 2.3.1

(9) hitung kadar rongga udara menurut rumus 3 pada butir 2.3.2 

2)  cara ketuk: 

(1) isi agregat dalam penakar dalam tiga tahap sesuai ketentuan 3.1 1) (1);  

(2)  padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk-ngetukan atas

 penakar dengan secara bergantian di atas lantai yang rata sebanyak 50

kali; 

(3) ratakan permukaan agregat dengan batang perata sampai rata; 

(4) tentukan berat penakar dan isinya sama seperti langkah pada 1) (6); 

(5) hitung berat isi dan kadar rongga udara dalam agregat aperti langkah 1)

(8) dan 1) (9). 

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 154: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 8/13

3.2 Kondisi Gembur

Kondisi gembur dengan cara sekop atau sendok:

1)  isi penakar dengan agregat memakai sekop atau sendok secara berlebihan

dan hindarkan terjadinya pemisahan dari butir agregat;

2)  ratakan permukaan dengan batang perata;

3)  tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar sendiri;

4)  cata beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;

5)  hitung berat isi dan kadar rongga udara dalam agregat seperti langkah

 pada butir 2) (5).

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 155: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 9/13

BAB IV

LAPORAN HASIL UJI

Laporan pengujian dicata dalam formulir dengan mencantumkan ihwal sebagai berikut:

1)   berat isi hasil pengujian cara tusuk;

2)   berat isi hasil pengujian cara ketuk;

3)   bila perlu berat isi hasil pengujian cara sekop atau sendok;

4)  kehilangan berat;

5)  laporan hasil untuk kedar rongga udara dengan ketelitian 1% sebagai berikut:

a) rongga udara dalam agregat dengan cara tusuk dalam %;

 b) rongga udara dalam agregat dengan cara ketuk dalam %.

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 156: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 10/13

LAMPIRAN A

DAFTAR ISTILAH

Berat isi = Unit weight

Rongga udara = Void

Batang penusuk = Tamping rod

Pengetukan = Jigging

Penyekopan = Shovelling

Segregasi = Segregation

Kering permukaan = Saturated surface dry

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 157: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 11/13

LAMPIRAN B

Contoh isian formulir pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat.

 Nama Lembaga Pengujian

Lampiran Surat Laporan No. dan Tanggal:

 Nama Lembaga Penguji : Dikerjakan oleh :

 Nomor Laporan Uji : Dihitung oleh :

Tanggal Laporan Uji : Diperiksa oleh :

Jumlah Benda Uji :

Identitas Benda Uji :

 No.

urut

 No.

contoh

Berat

contoh

(kg)

Ukuran

agregat

(mm)

Volume

 penakar

(m3)

Buat

 penakar

(kg)

Berat

 jenis

agregat

(kg/l)

Bobot

isi (kg/l)

Penguapan

air (%)

Rongga

udara

(%)

Catatan: 1. Agregat halus *cara uji kering oven

2. Agregat kasar

Catatan:

Contoh isian formulir ini tidak merupakan bagian dari standar

……………………..

Mengetahui/menyetujui

Kepala,

 Nama jelas

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 158: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 12/13

 

LAMPIRAN B

DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA

1.  Pemrakarsa : Pusat Litbang pemukiman

2.  Penyusun :

 No Nama Lembaga

1

2

3

4

5

Ir. Felisia Simamarta

Drs. Zulkarnaen Aksa, MM.

Lasino, BE

Andriati, Dipl. Chem

Ir. Nadhiroh Masruri

Pusat Litbang Pemukiman

Pusat Litbang Pemukiman

Pusat Litbang Pemukiman

Pusat Litbang Pemukiman

Pusat Litbang Pemukiman

3.  Susunan panitia tetap

Jabatan Nama Lembaga

Ketua

Wakil ketua

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Ir. J. Hendro Moeljono

Drs. Zulkarnaen Aksa, MM.

Ir. Sutikm Utoro

Dr. Ir. Badruddin Machbub

Dr. Ir. Panata Rantetoding, Msc

Ir. Mochamad Anas Ali

Ir. Hari Sidharta, Dipl HE

Ir. M. Napitupulu, Dipl HE

Drs. Mochamad Charis

Wibisono Setiowibowo, MSc

Badan Litbang PU

Sekretaris Badan Litbang PU

Pusat Litbang Pemukiman

Pusat Litbang Pengairan

Pusat Litbang Jalan

Direktorat Bintek Bina Marga

Direktorat Bintek Cipta karya

Direktorat Bintek Pengairan

Biro Bina Sarana Perusahaan

Biro Hukum

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 159: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

5/26/2018 Void in Material Aggregate SNI 03-4804-1998 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/void-in-material-aggregate-sni-03-4804-1998 13/13

DAFTAR ACUAN

ASTM C. 1078-87 (Reapproved 1992)

Standard Test Method for Determining the Cement Content of Freshly Mixed Concrete

DAFTAR RUJUKAN

ASTM Standards:

C. 94 Specification for Ready Mixed Concrete.

C.127 Test Method for Specific Gravity and Absorption of coarse Agregate.

C.138 Test Method for Unit Weight, Yield and air Content (Gravimetric) of

Concrete.

C.670 Practice for Preparing and Bias Statements for Test Method for Construction

Materials.

C.1079 Test Method for Determining Water Content of Freshly Mixed Concrete

C.11 Specification for Wire-Cloth Sieves for Testing Purposes.

diunduh pada June 18, 2019 sebanyak 630 kali -https://sipil.id/download/sni-03-4804-1998-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat/

Page 160: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

Standar Nasional Indonesia

SNI 03-6863-2002

ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional

Metode pengambilan contoh dan pengujian abu terbang atau pozolan alam sebagai mineral

pencampur dalam beton semen portland

Page 161: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id
Page 162: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

i

Daftar isi

Daftar isi.....................................................................................................................................i

1 Deskripsi ............................................................................................................................ 1

2 Ketentuan .......................................................................................................................... 2

3 Cara pengujian .................................................................................................................. 4

4 Laporan hasil uji............................................................................................................... 11

Lampiran A ............................................................................................................................ 12

Daftar Istilah .......................................................................................................................... 12

Lampiran B ............................................................................................................................ 13

CONTOH LAPORAN HASIL PENGUJIAN .................................................................... 13

Page 163: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id
Page 164: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

1 dari 13

Metode pengambilan contoh dan pengujian abu terbang atau pozolan alam sebagai mineral pencampur

dalam beton semen portland 1 Deskripsi 1.1 Ruang lingkup

Metode pengujian ini mencakup :

1) prosedur pengambilan contoh dan pengujian abu terbang dan pozolan alam atau pozolan buatan abu terbang yang digunakan sebagai mineral pencampur dalam beton semen portland;

2) prosedur yang ada mengikuti urutan sebagai berikut: pengambilan contoh, analisis

kimia dan pengujian fisik. 1.2 Arti dan kegunaan

1) metode uji ini digunakan untuk memperoleh data sebagai pembanding terhadap persyaratan spesifikasi ASTM C 618 (Specification for Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement Concrete). Metode uji ini didasarkan pada standar yang diberlakukan secara ketat di laboratorium dan tidak menggambarkan kondisi pekerjaan yang sebenarnya;

2) indeks aktivitas kekuatan - uji indeks aktivitas kekuatan digunakan untuk

mengetahui apakah hasil penambahan mineral pencampur masih dalam ambang batas pengembangan kekuatan bila menggunakan semen hidrolis dalam beton. Bila pengujian dalam bentuk mortar, hasilnya mungkin tidak memberikan suatu hubungan langsung tentang kontribusi mineral pencampur terhadap kekuatan beton;

3) uji kimia - penentuan unsur kimia dan jumlahnya tidak dapat memprediksi perilaku

mineral pencampur dengan semen hidrolis pada beton, tetapi secara gabungan dapat membantu menguraikan komposisi dan keseragaman mineral pencampur.

1.3 Pengertian

yang dimaksud dengan :

1) abu terbang adalah limbah hasil pembakaran batubara pada tungku pembangkit listrik tenaga uap, yang berbentuk halus, bundar, serta bersifat pozolanik;

2) pozolan adalah suatu bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdir dari

unsur-unsur silikat dan atau aluminat yang reaktif, dalam keadaan tersendiri tidak mempunyai sifat-sifat seperti semen, tetapi jika berupa bahan halus dan dicampur dengan kapur padam dan air setelah beberapa waktu dapat mengeras pada suhu kamar dan membentuk suatu massa yang padat dan sukar melarut dalam air;

3) semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling

Page 165: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

2 dari 13

terak semen portland terutama terdiri atas Kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa Kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan lain (SNI 15-2049-1994);

4 contoh uji individu - adalah contoh uji yang diperoleh dari aliran mineral

pencampur secara kontinu dalam selang waktu 10 menit dengan menggunakan alat pengambil contoh otomatis;

5) contoh uji komposit - adalah gabungan dari contoh uji individu yang diambil

pada setiap selang waktu tersebut, selama periode waktu tertentu; 6) Pozolan buatan adalah semen merah, abu terbang, shale dan lempung yang

mengalami proses pemanasan atau tanah/batu-batuan yang mengandung kadar silika tinggi sehingga bersifat seperti pozolan;

7) Raw pozolan adalah pozolan yang tidak mengalami proses kalsinasi; 8) Pozolan alam adalah pozolan yang didapatkan dari alam seperti Tras, Abu

batuan dari gunung api, tanah diatome. 2 Ketentuan 2.1 Umum

Ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

1) peralatan yang dipakai harus sudah dikalibrasi sesuai ketentuan yang berlaku;

2) hasil pengujian harus ditanda tangani oleh tenaga pelaksana yang ditunjuk sebagai penanggung jawab pengujian;

3) laporan pengujian harus disahkan oleh kepala laboratorium dengan dibubuhi nama, tanda tangan, nomor surat dan cap instansi.

2.2 Teknis 2.2.1 Ukuran dan jumlah contoh uji

Ukuran dan jumlah contoh uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) setiap contoh uji campuran/komposit beratnya paling sedikit harus 2 kg dan contoh uji individu untuk pengujian khusus beratnya paling sedikit harus 4 kg;

2) contoh uji baik individu atau campuran harus mewakili tidak lebih dari 400 ton;

3) pengambilan contoh uji harus dilakukan oleh atau di bawah pengawasan wakil yang bertanggung jawab dari pembeli;

2.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) pasir standar - pasir yang digunakan untuk pembuatan benda uji indeks aktivitas dengan kapur atau semen portland harus pasir silika alam sesuai

Page 166: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

3 dari 13

dengan spesifikasi ASTM C 778 (Specification for Standard Sand). Segregasi dari pasir standar - gradasi pasir standar harus ditangani sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya segregasi, karena variasi dalam gradasi pasir menyebabkan variasi dalam konsistensi mortar. Pada saat mengosongkan pasir dari karung, hati-hati untuk mencegah terbentuknya kawah tumpukan pasir karena partikel-partikel kasar akan menggelinding ke bagian bawah dari tumpukan tersebut;

2) kapur padam - kapur padam yang digunakan dalam pengujian ini harus tingkat pereaksi Kalsium hidroksida, minimum 95% dihitung sebagai Ca(OH)2. Kalsium hidroksida harus dilindungi dari karbon dioksida. Sisa bahan yang ada di dalam kontainer yang telah dibuka setelah pengujian tidak boleh digunakan lagi untuk pengujian berikutnya dan mempunyai kehalusan minimum 2500 m2 / kg seperti yang ditetapkan dalam metode uji ASTM C 204 (Standard Test Method for Fineness of Portland Cement by Permeability Apparatus).

3) semen portland - semen portland yang digunakan pada uji indeks aktivitas kekuatan dengan semen portland harus memenuhi persyaratan SNI 15-2049-1994 (Semen Portland) dan mempunyai kuat tekan minimum 35 MPa pada umur 28 hari dan jumlah alkali totalnya (Na2O + 0,658 K20 ) berkisar antara 0,50 % - 0,80 %. Penggunaan semen portland yang tersedia di tempat atau diproyek untuk indeks aktivitas kekuatan tidak memenuhi persyaratan ini masih diijinkan bila variasinya dilaporkan dan bila penggunaannya dikehendaki.

2.2.3 Persiapan contoh uji

Siapkan contoh uji komposit untuk pengujian sesuai dengan pasal ini dengan menyusun semua contoh uji dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok mewakili jumlah berat yang diperlukan untuk pengujian dimana contoh uji komposit dikehendaki. Dari setiap contoh uji dalam kelompok, ambil bagian yang sama, sampai didapat contoh uji komposit dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi persyaratan fisik atau kimia yang diijinkan. Campur contoh uji komposit sebelum digunakan.

2.2.4 Jumlah pengujian

1) setiap contoh uji yang mewakili 400 ton, atau kurang harus diuji sbb: (1) kehalusan { No. 325 (45 µm) analisa ayak }; (2) kadar air; (3) berat jenis; (4) hilang pijar; dan (5) kekekalan bentuk.

2) seluruh pengujian fisika dan penentuan kimia lainnya harus dibuat contoh uji

campuran yang mewakili masing-masing 2000 ton. Contoh uji campuran ini harus disediakan dengan menggabungkan bagian yang sama dari 5 contoh uji berurutan, masing-masing mewakili 400 ton.

2.2.5 Ketelitian dan penyimpangan

1) uji indeks aktivitas kekuatan : (1) ketelitian didapatkan dari 2 studi antar laboratorium melibatkan 2 abu

terbang kelas C, 2 abu terbang klas F dan 1 pozolan kelas N;

(2) standar deviasi indeks aktivitas kekuatan dari satu orang operator 3,7 % (1s) dan standar deviasi indeks aktivitas kekuatan dari beberapa

Page 167: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

4 dari 13

laboratorium 4,5 (1s) terhadap bahan dan umur uji yang sama.

(3) indeks aktivitas kekuatan dari 2 kali pengujian yang dilakukan oleh operator yang sama dan bahan yang sama seharusnya tidak berbeda lebih dari 10,5 % (d2s) dari rata-rata dua basil tersebut dan uji indeks aktivitas kekuatan 2 kali pengujian di laboratorium yang berbeda dengan bahan yang sama seharusnya tidak berbeda lebih dari 12,7 % (d2s) dari rata-rata dua hasil tersebut.

Tabel 1 Perkiraan Ketelitian Dalam Dan Di antara Laboratorium Untuk

C 114 Memakai Metode Analisis Abu Terbang

Keterangan :

W/L : dalam lingkup kegiatan laboratorium

B/L : di antara kegiatan sesama laboratorium

1 s : satu kali pengujian dengan satu orang operator atau satu kali pengujian di beberapa laboratorium terhadap bahan dan umur yang sama.

d2s : dua kali pengujian dengan satu orang operator atau dua kali pengujian di laboratorium yang berbeda terhadap bahan yang sama.

2) analisis kimia

(1) ketelitian - dalam lingkup kegiatan laboratorium (W / L ) dan di antara kegiatan sesama laboratorium (R/L) perkiraan standar deviasi dan perkiraan perbedaan maksimum diharapkan di antara penetapan duplo 95% dari perbandingan yang disimpulkan pada tabel 1.

(2) penyimpangan-penyimpangan yang nyata secara statistik ditemukan

dalam perhitungan CaO dan MgO. 3 Cara pengujian 3.1 Cara pengambilan contoh

Pengambilan contoh mineral pencampur dapat dilakukan dengan salah satu metode

Page 168: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

5 dari 13

berikut ini :

1) dari ban berjalan ke tempat penyimpanan :

(1) cara kutip - ambil sebuah contoh uji sebanyak 2 Kg atau lebih dari paling sedikit tiap-tiap 400 ton. Contoh uji akan terjamin apabila dilakukan dalam sekali pelaksanaan dan menggunakan alat pengambil contoh otomatis

(2) cara komposit-gabungan beberapa bagian yang diambil dengan " selang waktu teratur;

2) dari tempat penyimpanan di tempat pengeluaran - curahkan mineral pencampur secukupnya dari tempat pengeluaran untuk memperoleh contoh yang mewakili mineral pencampur. Hal ini ditentukan dengan cara membaca indikator yang diletakkan di atas mineral pencampur tepat di atas pintu pengeluaran scbelum pengeluaran dimulai. Ambil sebanyak 2 kg contoh dari paling sedikit 400 ton dengan salah satu metode seperti yang telah diuraikan dalam 3.1.1) cara kutip atau cara komposit;

3) dari tempat penyimpanan dengan cara tabung pengambilan contoh - bila metode yang telah diuraikan dalam pasal 3.1.1.1 dan 3.2.2 tidak dilakukan, dan bila ketinggian mineral pencampur untuk diambil tidak lebih dari 3 m, dapatkan contoh uji dengan memasukkan tabung secara tegak lurus, hingga mencapai seluruh kedalaman dari mineral pencampur. Pengambilan contoh ini harus diambil dari titik pendistribusian yang merata untuk seluruh daerah penyimpanan;

4) dalam hal contoh uji diambil dari truk atau mobil dimana mineral pencampur dikirimkan dari satu sumber'yang sama gabungkan contoh uji dari beberapa mobil atau truk untuk membentuk suatu contoh uji yang mewakili tidak lebih dari 400 ton. Bila contoh uji diambil dari suatu timbunan, ambil contoh uji timbunan tersebut dari titik pengambilan yang tersebar merata.

3.2 Cara pengujian kimia

1) umum

(1) semua peralatan, pereaksi dan pelaksanaan teknik harus memenuhi persyaratan metode uji semen portland;

(2) kemurnian air - kecuali ditentukan lain, seluruh air yang dipakai haruslah air suling atau air dengan kemurnian yang sama.

2) kadar air

(1) keringkan contoh uji yang telah ditimbang, sampai berat tetap dalam oven pada suhu 105-110°C.

(2) hitung persentase kadar air sampai mendekati 0,1% sbb :

persentase kadar air = (A/B) x 100 ......................................1) Keterangan :

A : berat yang hilang selama pengeringan, dan

B : berat asal 3) hilang Pijar

(1) tetapkan hilang pijar sesuai metode pengujian SNI 15-2049-1994

Page 169: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

6 dari 13

(Semen Portland) kalau tidak sisa bahan dari penetapan kadar air dibakar sampai mencapai berat tetap dalam cawan porselein yang tidak tertutup, bukan cawan platina, pada 750 ± 50°C.

(2) hitung persentase hilang pijar sampai mendekati 0,1 sbb :

persentase hilang pijar = (A/B) x 100 ...................................2) Keterangan :

A : berat yang hilang antara 105°C dan 750 ± 50°C.

B : berat contoh uji kering oven 4) SiIikon dioksida, Aluminium oksida, Besi oksida, Kalsium oksida, Magnesium

oksida dan Sulfur trioksida tetapkan persentase oksida sesuai dengan metode pengujian SNI-15-2049-1994 untuk bahan yang mempunyai residu tidak larut lebih besar dari 1%. Metode cepat dan instrumental dapat digunakan cara yang sama dengan metode uji SNI-15-2049-1994.

5) Kandungan Alkali

(1) timbang 5 gram contoh uji dan 2 gram kapur padam pada selembar

kertas timbang, campur dengan hati-hati dengan menggunakan spatel dan pindahkan ke sebuah botol plastik kecil yang mempunyai kapasitas kira-kira 25 ml. Tambahkan 10 ml air ke dalam campuran, tutup botol tersebut rapat-rapat dengan menggunakan pita perekat (untuk menjamin agar tidak terjadi kehilangan air pada pasta, letakan botol yang tertutup rapat tersebut pada wadah yang ditutup rapat, dan tambahkan air secukupnya sehingga menutupi dasar wadah tersebut dan ditutup rapat), campur dengan jalan mengocok sampai campuran menjadi homogen, dan simpan pada suhu 38 ± 2 °C.

(2) buka botol tesebut setelah 28 hari dan pindahkan isinya ke dalam

sebuah cawan yang mempunyai kapasitas 250 ml. Pisahkan dan tumbuk kueh dengan menggunakan alat penumbuk, jika perlu tambahkan sedikit air, sehingga terbentuk bubur yang merata. Bila perlu botol plastik dapat dipecahkan dan lepaskan plastik dari kueh. Dalam beberapa hal, perlu kehati-hatian untuk menghindari hilangnya bahan dan pada waktu memindahkan bahan padat dari pecahan botol tersebut jika kueh terlalu keras untuk dipecahkan, gerus dalam cawan, gunakan alat penumbuk. Tambahkan air secukupnya sampai volumenya 200 ml. Biarkan selama 1 jam pada temperatur kamar sambil sering diaduk. Saring melalui kertas saring yang berukuran medium ke dalam sebuah labu ukur yang berkapasitas 500 ml. Cuci langsung dengan air panas (delapan s/d sepuluh kali).

(3) netralkan dengan larutan HCl (1+3), dengan menggunakan 1-2 tetes larutan phenolphthalien sebagai indikator. Tambahkan lagi 5 ml HCl (1+3). Dinginkan larutan pada temperatur kamar dan isi labu ukur sampai tanda batas dengan air suling. Tetapkan banyaknya Natrium dan Kalsium oksida dalam larutan dengan menggunakan cara kerja flame photometer, sesuai dengan metode uji SNI 15-2049-1994 (Semen Portland) kecuali larutan standar harus dibuat mengandung 8 ml larutan

Page 170: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

7 dari 13

Kalsium khlorida (CaCl2) per liter larutan standar, dan larutan yang telah dipersiapkan harus digunakan di tempat larutan semen. Larutan standar dibuat sampai mengandung 8 ml larutan Kalsium chlorida setara dengan 504 ppm CaO. Pengujian menunjukkan bahwa jumlah ini hampir mendekati jumlah Kalsium terlarut dalam larutan uji.

(4) hitung hasilnya sebagai persentase berat dari berat contoh uji asli.

Laporkan sebagai persentase kesetaraan Natrium oksida (Na2O), yang dihitung sebagai berikut :

persentase kesetaraan

Na20 = % Na20 + 0,658 x %, K20 ........................................................3)

3.3 Cara pengujian fisik

1) berat jenis

tetapkan berat jenis contoh sesuai dengan metode uji SNI 15-1531-1991 (Metode Pengujian Berat Jenis Semen Porland) dengan menggunakan 50 g mineral pencampur sebagai pengganti 64 g semen ;

2) kehalusan dengan menggunakan ayakan

tetapkan banyaknya contoh yang tertinggal di atas ayakan No.325 (45µm ) jika diayak basah sesuai dengan metode uji ASTM C 430 (Test Method for Fineness of Hydraulic Cement by the 45µm (No. 325) sieve), kecuali jika menggunakan contoh abu terbang atau pozolan alam sebagai pengganti semen hidrolis. Metode uji C 430 telah diadopsi untuk pengujian kehalusan abu terbang, walaupun demikian, syarat-syarat tertentu seperti kalibrasi, pencucian dan interpretasi dari hasil-hasil uji kadang-kadang tidak cocok untuk abu terbang.

3) penyusutan mortar

(1) siapkan benda uji sesuai dengan metode uji ASTM C 157 (Test Method for Length Change of Hardened Hydraulic Cement Mortar and Concrete), kecuali jika membuat 3 buah mortar yang berbentuk bar untuk campuran kontrol dan campuran uji masing-masing menggunakan proporsi campuran sebagai berikut :

(2) pelihara dan ukur benda uji pada umur 7 hari sesuai dengan metode uji ASTM C 157, kalau tidak dipelihara di ruang lembab (termasuk masa pemeliharaan di dalam cetakan), dan pembacaan komparator pada umur 24 ± 1/2 jam diabaikan. Segera setelah melakukan pembacaan komparator pada akhir perawatan 7 hari di ruang lembab, simpan benda uji sesuai dengan metode uji C 157, dan setelah dibiarkan di udara terbuka selama 28 hari, lakukan pembacaan komparator untuk benda uji sesuai dengan metode uji ASTM C 157.

Page 171: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

8 dari 13

(3) hitung penyusutan mortar, Si, sebagai berikut

Si = St - Sc …………………………………………………………......... 4) Keterangan :

St : penyusutan rata-rata benda uji

Sc : penyusutan rata-rata benda uji kontrol

St dan Sc dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : S : penyusutan benda uji atau kontrol

∆17 : perbedaan antara pembacaan komparator benda uji dengan rujukan pada umur 7 hari pemeliharaan di ruang lembab

∆128 : perbedaan antara pembacaan komparator benda uji dan rujukan pada pengeringan. 28 hari

l : panjang alat ukur benda uji 250 mm (4) laporkan hasil dengan ketelitian 0,01. Jika susut muai rata-rata benda uji

kontrol lebih besar dari penyusutan rata-rata benda uji, letakkan tanda minus (-) di depan untuk penyusutan mortar bar.

4) kekekalan bentuk

laksanakan uji kekekalan bentuk sesuai dengan metode uji SNI 15-2049-1994 kalau tidak benda uji dicetak dari suatu pasta dcngan komposisi 25 bagian berat mineral pencampur dan 100 bagian berat semen portland sesuai dengan spesifikasi yang sama

5) gelembung udara pada mortar

(1) Gunakan semen Portland type 1 atau 2 sesuai dengan spesifikasi SNI 15-2049-1994, siapkan campuran uji sesuai dengan metode uji ASTM C 185 (Test Method for Air Content of Hydraulic Cement Mortar), dengan proporsi sebagai berikut :

(2) Gunakan larutan vinsol resin, larutan vinsol resin yang digunakan pada pengujian gelembung udara dalam mortar pada pasal ini boleh

Page 172: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

9 dari 13

digunakan larutan vinsol resin yang telah dinetralkan dalam perdagangan atau larutan vinsol resin yang dinetralkan sesuai dengan spesifikasi ASTM C 226 (Spesification for Air-Entraining Additions for Use in the Manufacture Air Entraining Portland Cement) Jika perlu pengenceran gunakan air suling atau air bebas mineral. Mineral terlarut dalam air minum dapat mengendapkan endapan larutan vinsol resin dan sangat mengurangi sifat-sifat penggelembungan udaranya.

(3) Siapkan 2 macam campuran uji dengan menggunakan vinsol resin yang

telah dinetralkan secukupnya untuk menghasilkan kadar udara dari 15% sampai 18% dalam campuran pertama dan 1 8 % sampai 2 1 % dalam campuran ke 2. Kemudian tetapkan banyaknya penambahan vinsol resin, nyatakan sebagai persen berat dari semen, yang diperlukan untuk menghasilkan kadar udara 18.

(4) Hitung kadar udara campuran uji sebagai berikut :

kadar udara, % volume = 100 [ 1- (Wa/Wc) ] ………………………… 6)

Keterangan :

Wa : berat mortar sebenarnya per satuan volume (g/mL)

W : berat mortar yang telah ditetapkan 400 mL

Wc : berat secara teoritis per satuan volume, dihitung berdasarkan bebas udara dan menggunakan nilai berat jenis dan jumlah bahan di dalam campuran (g/mL)

P : persentase air pencampur ditambah larutan vinsol resin berdasarkan berat semen, dan

D : berat jenis mineral pencampur di dalam campuran, Mg/ m3

9) Indeks aktivitas kekuatan dengan semen Portland

(1) Cetak benda uji dari campuran kontrol dan dari campuran uji sesuai dengan metode uji SNI 15-2049-1994. Semen portland yang digunakan dalam uji indeks aktivitas kekuatan dan batas alkali harus sesuai dengan spesifikasi SNI 15-2049-1994. Dalam campuran uji, ganti 20% dari jumlah semen yang digunakan dalam campuran kontrol dengan berat yang sama dari contoh uji. Buat 6 buah kubus dari masing-masing campuran sbb:

Page 173: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

10 dari 13

Karena spesifikasi ASTM C 618 (Specification for Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement Concrete) menyatakan "indeks aktivitas kekuatan pada umur 7 hari atau 28 hari akan memenuhi spesifikasi" maka hanya satu umur saja yang diperlukan. Bila dikehendaki produsen atau pemakai setelah persiapan 6 kubus, hanya 3 buah kubus dari masing-masing campuran kontrol dan campuran uji yang diperlukan untuk pengujian 7 hari atau 28 hari.

(2) Simpan benda uji dan cetakan (pada tempat yang datar) setelah pencetakan dalam ruang lembab atau lemari pada suhu 23 ± 1,7°C selama 20 sampai 24 jam. Pada waktu diruang lembab atau lemari, lindungi permukaan dari tetesan air. Keluarkan cetakan dari ruang lembab atau lemari kemudian keluarkan kubus dari cetakannya. Simpan kubus-kubus dalam air kapur jenuh sesuai dengan metode uji SNI 15-2049-1994.

(3) Tetapkan kuat tekan, sesuai dengan metode uji SNI 15-2049-1994, dari

tiga buah benda uji campuran kontrol dan tiga buah benda uji campuran uji pada umur 7 hari atau 28 hari atau kedua-duanya tergantung pada banyaknya contoh yang dicetak.

(4) Hitung indeks aktivitas kekuatan dengan semen portland sebagai berikut

A / B x100 ..........................................………………………………… 7) Keterangan

A : kuat tekan rata-rata kubus campuran uji, MPa, dan

B : kuat tekan rata-rata kubus campuran kontrol, MPa

(5) Hitung jumlah air yang diperlukan untuk indeks aktivitas kekuatan

dengan semen portland sebagai berikut :

Keterangan :

y = jumlah air yang diperlukan untuk campuran uji yang menghasilkan alir ± 5 dari alir kontrol

7) keefektifan mineral pencampur dalam pengendalian reaksi alkali silika.

tentukanpemuaian dari mortar yang telah dibuat dengan menggunakan mineral pencampur dan semen uji sebagai persentase pemuaian dari mortar yang telah dibuat dengan menggunakan semen alkali rendah sesuai dengan metode uji ASTM C 441 (Test Method for Effectiveness of Mineral Admixtures or Ground Blast-Furnace Slag in Preventing Excessive Expansion of Concrete Due to the Alkali-Silica Reaction) yang telah dimodifikasi dalam paragrap berikut ini;

(1) Campuran kontrol dibuat sesuai dengan metode uji ASTM C 441 kalau

Page 174: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

11 dari 13

tidak semen kontrol harus mempunyai kandungan alkali (sebagai Na2O) lebih kecil dari 0,06 %. Umumnya semen kontrol harus mempunyai kandungan alkali sebagai Na20 antara 0,50% dan 0,60% tetapi jika diinginkan untuk menunjukkan kesetaraan dapat digunakan semen kontrol yang mempunyai kadar alkali lebih rendah.

(2) Campuran uji yang menggunakan mineral pencampur.

Pada umumnya, semen uji ini mempunyai kadar alkali sama dengan atau lebih besar dari yang telah digunakan dalam pekerjaan seharihari.

(3) Simpan dan ukur benda uji sesuai dengan metode uji SNI-03-0450-

1989.( Cara Uji Sifat Alkali Reaktif Campuran Semen dengan Agregat Beton Memakai Metode Batang Adukan). Ukur panjang benda uji pada umur 1 hari dan 14 hari.

4 Laporan hasil uji Laporan hasil uji harus memuat sekurang-kurangnya pernyataan sebagai berikut : 1) identifikasi dan analisis kimia mineral pencampur; 2) kadar alkali kontrol dan campuran semen uji dinyatakan dalam ekivalen alkali ( Na20 +

0,658 K2O) ; 3) persentase berat mineral pencampur berdasarkan berat total semen ditambah berat

mineral pencampur di dalam campuran uji; 4) pemuaian pada umur 14 hari dari campuran uji sebagai persentase dari campuran

kontrol; 5) identitas laboratorium penguji; 6) tanda tangan, nama jelas,dari pelaksana pengujian; 7) tanda tangan, nama jelas, penanggungjawab pengujian; 8) cap resmi dari laboratorium penguji.

Page 175: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

12 dari 13

Lampiran A

Daftar Istilah

cara kutip : grab method

cara komposit : composite method

pozolan alam : raw pozzolan

pozolan buatan : calcined pozzolan

pemuaian : expansion

Page 176: LAMPIRAN A - repo.itera.ac.id

SNI 03-6863-2002

13 dari 13

Lampiran B

CONTOH LAPORAN HASIL PENGUJIAN