4. ANALISA DATA 4.1 Analisis Visualisasi Iklan Suara ......Simpulan Utama Analisis Ras, Artefak dan...
Transcript of 4. ANALISA DATA 4.1 Analisis Visualisasi Iklan Suara ......Simpulan Utama Analisis Ras, Artefak dan...
64 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DATA
4.1 Analisis Visualisasi Iklan Suara Merdeka Versi Perempuan Bertopeng
Secara Umum menurut Semiotika Charles Sanders Peirce
Di dalam poin ini, akan dijelaskan secara terperinci tahap awal
menganalisis visualisasi figur pada iklan Suara Merdeka dengan menggunakan
deskripsi yang sangat detail dan rinci menurut konsep semiotika Charles Sanders
Peirce. Yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Pembagian atau klasifikasi
visualisasi juga dilakukan untuk mempermudah sebuah alur analisis dan sebagai
petunjuk bagi pengkaji atau pengamat kajian ilmiah dalam mengikuti pola pikir
secara subjektif dari sudut pandang tertentu. Pembagian awal dimulai dari
penjelasan atau deskripsi tanda-tanda secara ikonik dari visualisasi figur pada
iklan Suara Merdeka, atau segala sesuatunya yang tampak dan ditangkap oleh
panca indera terutama mata (artificial), hal-hal yang dapat dianalisis di dalam
karya tulis ilmiah ini dapat berupa artefak berupa atribut-atribut yang merujuk
pada artefak khas penari Jawa menurut cara pandang masyarakat Jawa
kontemporer dewasa ini dan diperbandingkan dengan konsep nilai klasik Jawa
dan berdasarkan sebuah pedoman tentang falsafah klasik kehidupan orang Jawa
yaitu Kitab Primbon, figur wanita itu sendiri dengan posisi tubuh dan gestur
tubuh. Selanjutnya akan lebih dijelaskan mengenai tanda verbal yang berfungsi
sebagai penunjang visualisasi iklan beserta maknanya dalam komunikasi visual
melalui media ini.
Pada tahap yang kedua adalah penjabaran tanda-tanda visual berdasarkan
indeks. Indeks di dalam poin ini merupakan suatu pembanding atau peta
komparasif yang mengklasifikasikan artefak-artefak budaya berdasarkan nilai-
nilai atau pola asli dengan konstruk yang dibangun oleh Suara Merdeka.
Penjabaran secara rinci disertai dengan faktor kesejarahan latar belakang budaya
asli dapat menjadi kazanah dan bahan analisis yang tepat.
Tahap yang ketiga adalah proses pemaknaan atau menyatakan kebenaran
sebuah argumentasi dan secara tidak langsung merupakan “jawaban” atas
rumusan masalah dengan berbagai pengembangannya. Dalam tahap ini terdapat
teori-teori baru dan belum pernah dijelaskan pada bab sebelumnya yang
65 Universitas Kristen Petra
bermunculan sebagai bagian dari teori posmodern yang sarat dengan aktivitas dan
kebiasaan masayarakat dengan konsep berpikir budaya visual atau visual oriented.
Sesudah melewati semua tahap analisis, kajian ini berlanjut pada hasil
akhir atau kesimpulan yang merupakan jawaban secara utuh dari rumusan
masalah sekaligus sebagai jawaban atas permasalahan visualisasi pada iklan
Suara Merdeka. Tahap inilah yang menjadi kunci jawaban dari seluruh tahap
analisis. Berikut adalah diagram tabel proses pengumpulan data berdasarkan
sumber pustaka dan hasil wawancara dengan para pakar seni tari wayang wong
Sriwedari Surakarta Jawa Tengah beserta proses analisis perbandingan artefak
iklan dengan artefak asli yang berasal dari Jawa Tengah dan artefak yang bukan
dari Jawa Tengah. Berikut pemaparannya:
66 Universitas Kristen Petra
Simpulan Utama Analisis Ras,
Artefak dan Konstruk Dengan
Verbal Didukung Argumentasi
Penulis
Gambar 4.1 Skema proses pengumpulan data
beserta proses analisis data
Artefak Menurut Cara Pandang Jawa Kontemporer
Analisis Visualisasi Iklan - Figur Utama
- Dua Figur bertopeng
Pola Artefak Klasik Jawa Tengah (Penjelasan Visual dan Verbal) berdasarkan
sumber pustaka & wawancara
Analisis Perbandingan
Hasil Perbandingan
Ras Manusia & Artefak Jawa Tengah Klasik Ras Manusia, Artefak & Elemen Menurut
Cara Pandang Jawa Kontemporer
Sebutkan asal artefak tersebut
sebagai bukti argumen
Analisis verbal tagline iklan iklan
Sebagai Pendukung Argumen analisis
Figur Manusia Ras & Etnis Menurut Masyarakat Jawa Kontemporer
67 Universitas Kristen Petra
4.1.1 Deskripsi Ikon Visual
Gambar 4.2 Visualisasi iklan Suara Merdeka versi “sahabat sejati Jawa Tengah” yang akan dianalisis dalam penelitian ini, seolah terjadi pencampuradukkan konstruk visual Jawa (khususnya Jawa Tengah) dengan hal-hal diluar Jawa
Tengah sebagai cara pandang masyarakat Jawa Tengah kontemporer
4.1.1.1 Pemaparan Analisis Ikon, Indeks dan Simbol Kepala Figur Manusia
atau Perempuan Penari Wayang Wong Pada Iklan Suara Merdeka
Gambar 4.3 Visualisasi kepala figur inti perempuan dalam iklan Suara Merdeka
Pada visualisasi iklan Suara Merdeka ini, pertama-tama akan dijelaskan
deskripsi secara umum mengenai visualisasi atau gambar yang tampak oleh mata
(artificial), mengenai sosok perempuan tak bertopeng yang menjadi figur inti
maupun kedua figur perempuan bertopeng di dalam iklan ini, dan sosok
perempuan yang dianggap berperan sebagai “sahabat sejati” Jawa Tengah,
merupakan salah satu bentuk visualisasi pencitraan diri surat kabar Suara
68 Universitas Kristen Petra
Merdeka terhadap masyarakat Jawa Tengah. Secara kasat mata, keseluruhan figur
ini menggambarkan sosok seseorang perempuan yang berkulit cerah, dengan
wajah yang memiliki sisi kelembutan seorang wanita dan pada tampilan wajah ini
menunjukkan pola tata rias penari tradisional khas Jawa beserta istilah yang
digunakan pada umumnya. Tata rias pada visualisasi figur ini, dapat merujuk pada
tarian yang berkiblat di daerah Jawa Tengah seperti tari serimpi dan wayang wong
yang acapkali dipentaskan di lingkungan Jawa Tengah, namun secara
kontemporer, tidak menutup kemungkinan terdapat elemen yang berasal dari
daerah diluar Jawa Tengah seperti atribut yang dikenakan dalam pentas wayang
wong yang memiliki kemiripan dengan atribut atau artefak yang berasal dari
Yogyakarta atau memiliki relasi dengan atribut yang merujuk pada kesenian
ludruk yang berkiblat sebagai seni pentas dari Jawa Timur. Atribut-atribut yang
merujuk pada artefak kebudayaan klasik di Jawa ini juga ditampilkan secara utuh.
Beberapa atribut seperti hiasan di kepala figur atau di dalam bahasa sehari-hari
dewasa ini disebut dengan “topi”, di dalam konteks tarian Jawa disebut sebagai
irah-irahan, beserta atribut lainnya seperti sumping di telinga dengan
pasangannya yaitu koncer, gelung rambut, hiasan “rambut” tambahan sebagai
aksen penokohan karakter tertentu sebagai warisan dari kebudayaan klasik, yang
juga dapat ditemui dalam analisis bagian kepala figur perempuan utama dalam
iklan Suara Merdeka.
Untuk tata rias atau make up pada tampilan wajah figur perempuan tak
bertopeng, akan terlihat suatu konstruk tata rias menurut paham masyarakat Jawa
baru atau kontemporer yang mencolok, hal ini terlihat dari bentuk pengembangan
tata rias wajah figur penari Jawa di dalam iklan Suara Merdeka yang berbeda dari
tatanan tata rias yang dianut oleh masyarakat Jawa klasik, hal ini tampak dari
warna bibir figur inti perempuan tak bertopeng, yang menampilkan suatu
kecantikan beserta makna-makna lainnya tentang sosok wanita, menurut cara
pandang kontemporer masyarakat Jawa Tengah dewasa ini. Berikut adalah
deskripsi secara verbal dari visualisasi iklan Suara Merdeka yang secara rinci
penjelasan akan dipaparkan sebagai berikut:
69 Universitas Kristen Petra
o Ikon Dan Indeks Mata dan Alis Figur
Gambar 4.4 Bagian mata figur utama iklan Suara Merdeka
a. Ikon
Pada visualisasi bagian mata figur utama iklan Suara Merdeka, yang
menjadi sosok “sahabat sejati” Jawa Tengah, akan dijelaskan terlebih dahulu
mengenai ikon atau deskriptsi denotatif dari visualisasi bentuk mata dengan warna
retina hitam dengan bentuk yang lebar, arah retina hitam pada mata seakan-akan
melirik kepada khalayak yang melihat iklan. Pada bagian mata figur di dalam
visualisasi iklan Suara Merdeka, merupakan sebuah tatanan yang kompleks,
dimulai dari makna atau arti pandangan figur dalam visualisasi iklan , dan secara
artificial, akan tampak make up atau tampilan melalui tata rias kosmetik pada
figur utama perempuan penari Jawa yang berkesan sebagai standar kecantikan
masyarakat Jawa Tengah atau tolak ukur ideal wanita kontemporer, hal ini
ditampilkan dengan adanya kosmetik kecantikan berupa eyeshadow dan dipadu
dengan eyeliner untuk memberi kesan “besar” pada mata yang cenderung
berukuran relatif kecil. Pada umumnya eyeshadow hanya berfungsi sebagai
memberi kesan estetis pada mata. Pada visualisasi iklan Suara Merdeka, terutama
pada figur perempuan utama “sahabat sejati”, eyeliner dan eyeshadow yang
berwarna gelap. Merupakan bagian dari instrumental atau seperangkat kosmetik
warisan masa klasik dan sesuai dengan konsep baku tata rias penari Jawa yang
akan dijelaskan pada poin berikutnya.
70 Universitas Kristen Petra
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.5 Perbandingan antara visualisasi tata rias mata figur pada iklan Suara Merdeka (atas) dengan konsep tata rias mata wayang wong Jawa Tengah
(Surakarta)
Pada visualisasi bagian mata figur utama iklan Suara Merdeka, yang
menjadi sosok “sahabat sejati” Jawa Tengah. Bentuk mata figur yang lebar, arah
retina mata seakan-akan melirik kepada khalayak yang melihat iklan. Hal ini
menunjukkan apabila mata penari menunjukkan bukan mata khas yang dimiliki
oleh kebanyakan orang Jawa. Hal ini bisa berarti merujuk pada faktor realitas
yang merujuk pada keturunan etnis, kawin campur, dan etnis lain yang
mengenakan busana atau artefak yang seharusnya dikenakan oleh masayarakat
Jawa. Secara tata rias mata wayang wong, seharusnya terdapat sipatan sebagai
elemen hiasan pada ujung mata yang mendekati sogokan godheg. Motif sipatan
pada ujung mata, berfungsi sebagai pemberi kesan besar dan mata yang lebar.
Biasanya sipatan merupakan bagian dari eyeliner, namun di dalam visualisasi
tidak tampak sipatan yang merujuk pada karakter tertentu. Menurut sudut
pandang masyarakat Jawa Klasik bentuk mata wanita yang ideal digambarkan
sedikit lebar, panjangnya seimbang dan berinar berkilau, tenang, pandangannya
tajam, tidak pernah melihat dengan mengerling atau tatapan wanita menurut
masyarakat Jawa klasik menunjukkan optimisme dan kepercayaan (Noeradyo,
1994, p. 102).
Gambar 4.6 Gambar motiif alis pada visualisasi figur perempuan iklan Suara
Merdeka, tampak motif alis pangot yang berkesan sederhana dan memberi kesan karakter luruh, dan pada umumnya dikenakan oleh tata rias penari putri di daerah
Jawa pada umumnya
71 Universitas Kristen Petra
Di dalam visualisasi iklan, pada bagian wajah figur “sahabat sejati”.
Terutama pada bagian alis mata figur perempuan di dalam iklan Suara Merdeka,
yang cenderung berkarakteristik natural atau alamiah atau di dalam bahasa Jawa
di daerah Jawa Timur pada umumnya disebut sebagai motif alis pangot menurut
Eko Wahyu Prihantoro (2015) yang pada umumnya motif alis ini merupakan
bagian dari tata rias pengantin putri di daerah Jawa pada umumnya atau secara
keseluruhan.
Di dalam iklan Suara Merdeka ini, motif alis yang tampak pada
visualisasi figur perempuan bertopeng cenderung mengikuti konsep baku atau
pakem atau konsep baku tata rias Jawa secara menyeluruh yang artinya secara
motif alis di tiap-tiap daerah di pulau Jawa memiliki kemiripan, hanya saja tiap-
tiap daerah menggunakan istilah yang berbeda seperti pangot dan motif alis khas
Jawa Tengah, di dalam iklan ini lebih menunjukkan sisi kelembutan seorang
wanita Jawa menurut cara pandang masyarakat Jawa Tengah dewasa ini.
Bentuk alis yang terdapat di dalam visualisasi figur inti perempuan tak
bertopeng, menggunakan bentuk motif alis yang merupakan motif dari daerah
Jawa secara menyeluruh atau global baik digunakan di daerah Jawa Tengah
maupun di daerah luar Jawa Tengah. Menurut Bapak Eko Wahyu Prihantoro
(2015) motif alis yang merujuk pada ragam hias bagi pengantin tradisional khas
Jawa yaitu motif pangot, yang pada umumnya yaitu bentuk alis yang memanjang
dan meruncing pada bagian pangkal alis dekat sogokan godheg, merupakan
bentuk motif alis yang biasanya bentuk alis tersebut digunakan oleh tata rias putri
Jawa dalam satu acara tertentu seperti acara mantenan atau pernikahan yang
merujuk pada konsep tata rias alis pengantin putri Jawa.
o Hidung
Gambar 4.7 Bagian hidung figur “sahabat sejati” Iklan Suara Merdeka
72 Universitas Kristen Petra
a. Ikon
Pada visualisasi hidung pada figur inti perempuan, secara denotatif atau
ikonik dapat dipaparkan penggambaran hidung figur perempuan merupakan
hidung khas etnis Asia, yang cenderung berukuran kecil. Hidung berukuran relatif
kecil dan sedikit pesek serta bentuk pangkal hidung yang membulat merupakan
salah satu ciri khas dari struktur wajah masyarakat Asia Tenggara pada umumnya.
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.8 Gambar struktur anatomi wajah manusia ras Mongoloid dan turunannya rumpun Melayu.
Sumber: Daldjoeni, N (1991, p.35)
Gambar 4.9 Gambar struktur anatomi wajah perempuan Mongoloid, tampak karakteristik hidung sedikit rendah. Sumber: Daldjoeni, N (1991, p.35)
Gambar 4.10 Gambar hidung figur utama pada iklan Suara Merdeka, dengan karakteristik hidung orang Indonesia sebagai bagian dari Asia
73 Universitas Kristen Petra
Di dalam visualisasi hidung figur perempuan tak bertopeng dalam iklan
Suara Merdeka, merupakan karakteristik bentuk hidung khas orang Asia,
terutama daerah Asia Tenggara dengan ras Austro-Melanosoid yang bermukim di
daerah Asia Tenggara seperti Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Berbentuk
sedikit masuk kedalam atau pesek. Ciri hidung khas Asia Tenggara adalah terletak
pada bagian pangkal hidung yang berbentuk bulat. Menurut konsep klasik yang
dianut oleh masyarakat Jawa, ciri-ciri hidung wanita yang ideal dapat dijabarkan
sebagai hidung yang lurus agak mancung, garis di kiri atau kanan hidung terlihat
terang (Noeradyo 102).
o Bibir
Gambar 4.11 Bagian mulut khususnya bibir figur utama iklan Suara Merdeka
a. Ikon
Posisi bibir yang melebar dan menampilkan figur sosok perempuan
“sahabat sejati” Jawa Tengah seolah-olah “tersenyum”. Kesan bibir yang melebar,
memberikan kesan tersenyum, memberikan kesan ramah dan terbuka, hal ini
merujuk pada perilaku dan karakteistik orang Jawa yang fleksibel dan terbuka
dengan siapapun. Warna bibir, menampilkan warna “merah jambu” (merah muda)
atau di dalam konsep baku tata rias penari Jawa disebut warna merah manggis
atau secara awam warna merah muda. Warna “merah muda “merupakan warna
natural atau alami, di dalam tata rias penari wayang wong merujuk pada karakter
penokohan putri luruh yang berkarakter lembut dan lemah gemulai.
74 Universitas Kristen Petra
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.12 Perbandingan antara visualisasi warna bibir figur pada iklan Suara Merdeka (sebelah atas) yang berwarna merah muda
dengan konsep baku warna bibir wayang wong Jawa Tengah (Surakarta) (sebelah kanan) yang berwarna merah tua yang sekaligus
berfungsi sebagai pembatas bibir Sumber: Dokumentasi Bpk. Joko Prakoso (Sekolah Tinggi Kesenian
Wilaltikta Surabaya)
Posisi bibir yang melebar dan menampilkan figur sosok perempuan
“sahabat sejati” Jawa Tengah seolah-olah “tersenyum” dan secara fisik proporsi
bibir tampak berukuran sedang. Menurut pandangan klasik yang dianut
masyarakat Jawa, visualisasi figur utama perempuan pada iklan Suara Merdeka
akan terlihat nilai-nilai simbolis luhur Jawa seperti seseorang wanita yang anggun
adalah apabila wanita tersebut sedang tersenyum tidak menampakkan gigi
(Noeradyo 98). Wujud nilai simbolis lain yang ditunjukkan dalam bahasa Jawa
dijabarkan sebagai lambene manggis karengat yang artinya adalah warna bibir
diumpamakan berwarna semerah manggis muda (Abikusno 52).
Seperti yang telah dijelaskan dalam panyandara atau metafora linguistik
Jawa pada warna bibir wanita yang ideal bagi orang Jawa yang menampilkan
warna “merah jambu” atau warna merah muda dan mengesankan sisi natural dari
figur dan jauh dari kesan make up berlebih yang megesankan tata rias pementasan
tari tradisional. Warna bibir figur penari wayang wong biasanya mengikuti
karakter yang dimainkan oleh pemeran putri. Tanda-tanda secara visual juga
tampak dari warna bibir pemain.
Posisi bibir figur dengan warna bibir figur merah jambu di dalam iklan
Suara Merdeka versi “sahabat sejati” seperti inilah yang dapat diinterpretasikan
oleh masing-masing khalayak atau pengamat yaitu masyarakat Jawa Tengah
yang.pada umumnya, sebagai peran putri yang berkarakter luruh atau berkesan
lemah lembut seperti tokoh pewayangan Dewi Shinta dan Wara Sumbadra,
75 Universitas Kristen Petra
sedangkan di dalam konsep baku tata rias untuk tokoh wayang wong putri yang
berkarakter lanyap atau pemberani seperti tokoh putri Srikandhi, menggunakan
lips stick berwarna merah mawar atau merah gelap yang berfungsi sebagai
pembatas bibir pada wajah penari.
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Hiasan Kepala Gelung Gondhel (irah-
irahan)
a. Ikon
Gambar 4.13 Gambar makutho atau irah-irahan dengan jamang figur utama iklan Suara Merdeka
Motif Makutho Unthu Walang yang tampak pada visualisasi motif hiasan
pada sisi makutho atau irah-irahan yang dengan bahasa lain disebut jamang atau
hiasan pada sisi yang melingkar pada kepala penari putri yang tampak di dalam
iklan Suara Merdeka, merupakan ciri-ciri dari makutho asli Yogyakarta, hal ini di
dukung oleh pendapat pakar seni tari Jawa dari Surabaya yang bernama bapak
Joko Prakoso M.Sn. bahwa motif unthu walang pada irah-irahan makutho juga
dapat ditemukan pada penari wayang wong dari Surakarta yang berkiblat pada
budaya Jawa Tengah. Namun motif pada jamang yang tampak pada iklan Suara
Merdeka lebih menggambarkan motif polos dengan warna keemasan dengan pola
bentuk geometris yang merujuk pada artefak Yogyakarta yang memberi kesan
anggun. Berbeda halnya dengan motif jamang dari Surakarta yang lebih bersifat
non geometris atau berbentuk manifestasi dari unsur alamiah seperti daun, dan
ornamen dibuat dengan teknik sungging atau tatah dengan corak warna yang
beraneka ragam, seperti merah, hijau dan putih.
76 Universitas Kristen Petra
Pada irah-irahan gelung gondhel sebagai hiasan kepala ketiga figur
perempuan akan terlihat kelopak bunga berwarna merah di tiap gelung gondhel
yang dikenakan tiap figur baik figur inti maupun figur bertopeng. Bunga merah
pada visualisasi figur iklan Suara Merdeka berfungsi sebagai bagian dari makutho
atau irah-irahan merupakan bentuk pengembangan modifikasi dari figur penari
Jawa yang sesungguhnya didalam pementasan tarian wayang wong dan tarian
Jawa lainnya yang asli, tidak akan ditemukan objek ini sebagai bagian dari konsep
irah-irahan atau makutho.
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.14 Dua gambar Perbandingan visualisasi makutho dari dua figur, yaitu figur makutho pada iklan Suara Merdeka dan visualisasi makutho penari wayang
wong gaya Surakarta
Motif Makutho Jamang yang dikenakan oleh ketiga figur dalam
visualisasi iklan disebut mangkara atau unthu walang. Pada bentuk irah-irahan
yang dikenakan di dalam visualisasi figur perempuan penari wayang wong,
merupakan bentuk gelung gondhel yang menggunakan jamang mangkara seperti
yang dikenakan oleh putri-putri kerajaan seperti Dewi Kunthi dan Srikandhi. Hal
ini tampak dari makutho yang berhias gelung gondhel karena bentuk konde
belakang yang melingkar kedepan, namun uraian rambut mengikuti konsep
gelung keeling karena terurai dan tidak terbungkus oleh kantong gelung
(Soedarsono 302). Berikut adalah penjelasan dari irah-irahan atau makutho
jamang yaitu gelung gondhel yang dikenakan oleh lakon wayang wong putri.
77 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.15 Dua gambar Perbandingan visualisasi kombinasi dari dua makutho atau irah-irahan khas Yogyakarta dan Surakarta yaitu figur makutho gelung
gondhel (kiri) yang diperuntukkan bagi penari wayang wong putri dengan irah-irahan di dalam visualisasi figur iklan Suara Merdeka dan visualisasi makutho
penari wayang wong
Pada visualisasi Gelung Gondhel, terdapat visualisasi kelopak bunga
yang berwarna merah atau yang pada umumnya disebut sebagai cundhuk kembang
hanyalah sebagai elemen estetis dan hanya diperuntukkan di dalam iklan dan
hanya untuk kepentingan iklan ini saja, dan pada atribut aslinya pada bagian
pangkal gelung gondhel pada bagian atas makutho, di dalam konsep baku asli
Surakarta maupun Yogyakarta tidak terdapat bunga yang tertempel pada bagian
kepala penari putri. Menurut beberapa sumber lain, bunga merah yang diletakkan
pada makutho gelung gondhel merupakan ciri penari wayang wong dari daerah
Yogyakarta.
78 Universitas Kristen Petra
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Topeng Figur
a. Ikon
Gambar 4.16 Visualisasi dua kepala figur pendukung yaitu sosok perempuan bertopeng pada iklan Suara Merdeka
Pada langkah pertama pada penjelasan mengenai ikon atau denotatif ini,
akan terlebih dahulu menjelaskan mengenai topeng yang ”menghiasi” wajah
kedua figur pendukung, disamping peran figur utama. Visualisasi kedua sosok
perempuan yang menjadi figur pendukung di dalam iklan ini, yang seolah-olah
menonjolkan sisi “sahabat” yang tidak asli. Topeng berasal dari suatu daerah di
Jawa, dan terdapat dugaan yang meengatakan jika topeng ini adalah salah satu
jenis dari topeng tokoh Panji yang berasal dari Yogyakarta dan secara
keseluruhan figur ini menggambarkan seseorang yang berkulit cerah dan memiliki
kesamaan karakter warna kulit dengan figur perempuan utama. Kesan yang
ditampilkan bukan lagi secara utuh merujuk pada seni tari tradisional wayang
wong khas Yogyakarta atau Serimpi yang berasal dari Jawa Tengah pada
umumnya, tetapi merujuk pada tari wayang topeng. Atribut-atribut yang merujuk
pada artefak kebudayaan masa lalu di Jawa ini juga ditampilkan dalam figur
pendukung ini secara utuh.
Beberapa atribut yang sama dengan figur sebelumnya seperti hiasan di
kepala figur atau di dalam bahasa sehari-hari disebut dengan “topi”, di dalam
konteks tarian Jawa disebut sebagai makutho atau mahkota raja atau ratu, dalam
kedua figur pendukung juga terdapat atribut lainnya seperti sumping di telinga
dengan anting-antingnya, gelung rambut, hiasan “rambut” tambahan sebagai
aksen penokohan karakter tertentu dari masa lalu.
79 Universitas Kristen Petra
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.17 Visualisasi topeng dari figur pendukung “ bukan sahabat sejati” Jawa Tengah dalam iklan Suara Merdeka, yang mengandung unsur eklektik artefak atau percampuran ragam hias. Tampak pada visualisasi mulut terjadi konstruk baru yang keluar dari konsep hias
baku topeng yang tampak mulut menganga dan mencibir
Indeks yang merupakan bentuk proses analisis perbandingan artefak
topeng pada visualisasi iklan Suara Merdeka ini akan menjelaskan dua topeng
yang dikenakan oleh dua figur perempuan di belakang figur inti perempuan yang
tidak mengenakan topeng. Dua topeng pada iklan Suara Merdeka menunjukkan
dua mimik yang berbeda dari masing-masing topeng.
Di dalam visualisasi iklan Suara Merdeka ini, topeng yang ditampilkan
merupakan suatu konstruk baru atau rekaan (buatan oleh pengiklan) berdasarkan
kreativitas pengiklan dan tidak merujuk pada penokohan atau karakter tertentu,
meskipun bentuknya memiliki kemiripan dengan topeng yang berasal dari
Yogyakarta.
Kedua topeng di dalam iklan ini memiliki konsep yang tidak merujuk
pada suatu pedoman bentuk secara baku di dalam konsep Jawa klasik, yang
artinya konstruk visual kedua topeng ini semata-mata ditujukan hanya untuk
kepentingan iklan ini sendiri.
Di dalam visualisasi iklan pada mulut topeng menunjukkan ekspresi bibir
yang mengalami dekonstruksi atau membangun ulang konstruk baru dengan
menggunakan artefak Jawa klasik yang sudah dipahami oleh masyarakat Jawa,
namun konstruk topeng tersebut mengalami rekonstruksi ulang yang sedemikian
80 Universitas Kristen Petra
rupa untuk memberikan kesan kontemporer dari sudut pandang masyarakat Jawa
tengah dewasa ini.
Di dalam permasalahan komunikasi iklan itu sendiri. Di dalam konsep
aslinya yang sudah diakui atau baku, topeng ini memiliki kemiripan dengan
karakteristik topeng lakon Panji atau lakon Gunungsari dari Yogyakarta. Pada
mulut topeng, terdapat perbedaan yang keluar dari konsep baku topeng tradisional
Jawa yang pada umumnya dikenakan oleh penari wayang topeng. Pada visualisasi
iklan Suara Merdeka tampak kedua mulut topeng berbeda satu sama lain, yang
satu berkesan sedang mencibir dan yang lainnya tampak sedang menganga.
Menurut konsep baku topeng tradisional Jawa, sebenarnya motif mulut dapat
dijabarkan seperti manggis kangengat dan gulo satemlit.
Hal lain yang tampak pada visualisasi topeng di dalam iklan Suara
Merdeka adalah bentuk konstruk baru yang menggabungkan gaya Jawa Tengah
pada jamang topeng dengan paes atau sinom sebagai motif rambut yang
sebenarya hampir sebagian besar tidak ada dalam topeng Jawa. Berikut adalah
pemetaan elemen-elemen pada topeng iklan Suara Merdeka.
Gambar 4.18 Diagram pembandingan topeng iklan Suara Merdeka dengan artefak asli
Godheg dan sogokan Putri Luruh dengan motif
godheg Kembang Turi topeng
Jamang topeng
Sinom Atau Paes
Alis topeng merujuk pada
motif alis wayang wong yang bernama
menjangan ranggah
Laler Menclok topeng
Mata topeng merujuk pada liyepan Yogyakarta
Mulut topeng
81 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.19 Perbandingan dua gambar topeng yang hampir mirip yaitu topeng pada visualisasi iklan Suara Merdeka (kiri atas) dengan topeng tokoh Panji khas
Yogyakarta (kanan atas) dan topeng asli Jawa Tengah yang menjadi koleksi Keraton Surakarta (Bawah)
Secara garis besar visualisasi topeng yang dikenakan oleh kedua figur
perempuan di dalam iklan Suara Merdeka merupakan hasil gabungan atau
percampuran dari berbagai unsur seperti bentuk mata liyepan yang pada umumnya
digunakan di dalam wayang kulit gagrag Yogyakarta pada mata topeng, unsur
tata rias wayang wong yang dinamakan menjangan rangkah karena bentuknya
yang menyerupai tanduk rusa pada alis topeng, unsur motif mulut yang tanpa
didasari berdasarkan ragam hias topeng gaya Surakarta namun membentuk sebuah
konsep baru dengan bentuk mulut yang tampak seakan-akan mencibir dan pada
mulut topeng yang kedua berkesan menganga dan menampilkan gigi topeng.
Namun penggambaran topeng secara umum lebih condong ke arah topeng gaya
Yogyakarta dengan karakter tokoh Panji yang dikombinasikan dengan karakter
topeng Gunungsari yang hanya saja perbedaan terletak pada corak motif kumis
pada topeng Gunungsari yang merujuk pada tokoh pria.
Di dalam visualisasi iklan inilah yang terdapat perbedaan signifikan
dengan topeng aslinya, yaitu topeng Panji dan topeng Gunungsari yang berasal
dari Yogyakarta, seperti di dalam gambar berikut.
82 Universitas Kristen Petra
Gambar 4,20 Topeng Panji (kiri) dan topeng Gunungsari (kanan) yang berasal dari daerah Yogyakarta
Sumber: Soedarsono (1990, p. 16)
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Visualisasi Godheg Dan Rambut Figur
a. Ikon
Gambar 4.21 Gambar sogokan putri lanyap (berjumlah dua garis) dan godheg kudhup turi figur utama iklan Suara Merdeka
Pada penjelasan ikon atau deskripsi pada visualisasi godheg dan rambut
figur iklan, khususnya pada motif hias godheg yang merujuk pada penari putri
dalam tarian wayang wong Jawa, terdapat ciri khas asli dari Surakarta yang
merujuk pada Jawa Tengah, hal ini ditunjukkan melalui motif godheg putri yang
membentuk sogokan pada ujung jamang makutho dan dekat dengan pangkal alis
atau dalam bahasa Jawa motif godheg ini disebut godheg kudup kembang turi,
karena ujungnya yang meliuk atau melengkung hampir menyerupai bunga turi.
Godheg kudup kembang turi tidak merujuk pada salah satu daerah, namun
dimiliki oleh daerah Jawa secara menyeluruh, bahkan tarian daerah daerah Jawa
Timur juga menggunakan motif yang mirip dengan motif kembang turi. Di dalam
83 Universitas Kristen Petra
motif godheg kembang turi terdapat pangkal godheg yang terletak berhimpitan
dengan jamang makutho yang bernama sogokan. Sogokan di dalam visualisasi ini
berjumlah dua garis. Hal ini mengarahkan klasifikasi penokohan wayang wong,
yang merujuk pada penokohan putri lanyap dengan karakteristik perempuan yang
tangkas, selayaknya seorang pria, dan memiliki sifat kesatria, contoh tokoh
wayang putri yang menggunakan godheg ngrayap adalah Srikandhi. Sedangkan
bila jumlah garis sogokan hanya satu atau tanpa garis merujuk pada penokohan
putri yang luruh atau berkarakter lembut, seperti tokoh wayang putri Dewi Shinta.
Gambar 4.22 Bagian rambut figur perempuan dalam iklan Suara Merdeka
Di dalam visalisasi figur perempuan dengan atribut-atribut tradisional
khas Jawa dalam iklan Suara Merdeka, tampak pada bagian rambut penari Jawa
yang sedang terurai dan warna rambut figur hitam. Pada bagian rambut belakang
akan tampak kondisi rambut belakang figur sedang terurai dan dalam kondisi tak
bergelung. Pada pementasan wayang wong, pada lakon putri lanyap akan
menggunakan sanggul atau kantong gelung yang berfungsi sebagai pembungkus
rambut belakang penari.
84 Universitas Kristen Petra
Gambar 4. 23 Perbandingan antara visualisasi godheg dan sogokan figur pada iklan Suara Merdeka (sebelah kiri) yang bernama godheg putri lanyap dengan
konsep baku motif godheg dan sogokan wayang wong Jawa Tengah (Surakarta) (sebelah kanan) yang sama persis Sumber: Nurwulan (1988, p. 28)
Godheg dan sogokan pada visualisasi figur perempuan inti menggunakan
motif godheg yang bernama godheg kembang turi. Godheg figur penari putri
wayang wong di dalam iklan Suara Merdeka, merujuk pada penari putri wayang
wong Sriwedari dari Surakarta Jawa Tengah, dengan motif sogokan yang terletak
di bawah irah-irahan asli khas Surakarta, di dalam visualisasi wajah figur,
terdapat dua garis pada sogokan di pinggir wajah, hal ini bermakna lanyap atau
kenes atau tangkas seperti tokoh putri yang perkasa Srikandhi dan Dewi Banowati
dalam cerita Barata Yudha. Jika pada sogokan godheg penari putri hanya terdapat
satu garis saja dimaknai sebagai alus atau luruh atau feminine seperti Dewi
Shinta.
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.24 Gambar visualisasi godheg dan sogokan dari figur utama “sahabat sejati” Jawa Tengah dalam iklan Suara Merdeka
85 Universitas Kristen Petra
Pada visualisasi godheg dan sogokan pada rambut di pipi figur
perempuan dalam iklan Suara Merdeka, lebih merujuk pada gaya Surakarta dan
hanya diperuntukan bagi peran tokoh wayang putri lanyap, yang bersifat berani
dan gagah perkasa seperti Srikandhi, hal ini tampak dari jumlah garis sogokan
yang ada dua. Sedangkan bentuk godheg adalah kudhup turi yang berbentuk
menyerupai kuncup bunga turi.
Gambar 4.25 Gambar visualisasi rambut belakang dari semua figur dalam iklan Suara Merdeka
Pada bagian rambut belakang figur perempuan dalam iklan Suara
Merdeka, tampak warna rambut figur perempuan berwarna hitam yang menjadi
warna rambut orang Jawa pada umumnya. Dan secara khusus artefak yang
berfungsi sebagai pelengkap dan penghias rambut seperti kantong gelung yang
berfungsi sebagai konde atau semacam pembungkus rambut penari yang panjang
dan digunakan pada adegan atau babak tertentu dalam pementasan wayang wong.
Di dalam tarian Jawa Tengah tepatnya di Surakarta setiap penari
perempuan menggunakan kantong gelung sebagai tempat mengantongi rambut
belakang agar tidak terurai dan secara teknis mengganggu posisi gerak tari.
Contoh penggunaan kantong gelung pada umunya dikenakan oleh penari wayang
wong dengan penokohan Srikandhi sebagi prajurit wanita yang sedang membawa
panah dan menunjukkan kesan perkasa atau kesan lanyap dibalik kelembutannya.
Kantong gelung juga umum dipakai di pementasan seni tari di
Yogyakarta seperti tari Bedhaya. Kantong gelung sendiri merupakan ciri khas
penari Jawa pada umumnya. Pada konteks tertentu rambut terurai juga
difungsikan sebagai penggambaran sesuai adegan cerita tertentu, dan disesuaikan
dengan kebutuhan. Oleh karena itu penari putri harus berambut panjang. Semua
penari Jawa putri harus menggunakan kantong gelung, bergantung pada konteks
86 Universitas Kristen Petra
adegan apa yang ditampilkan, dan tokoh apa yang diperankan. Seperti halnya
tokoh Srikandhi di dalam lakon Srikandhi Mustakaweni, pada saat adegan
memanah, penari putri yang memainkan lakon Srikandhi, harus mengenakan
kantong gelung untuk membungkus rambut agar tidak terurai, fungsi utama secara
teknis adalah agar rambut tidak mengganggu peletakkan bungkus anak panah. Di
dalam iklan ini terjadi kerancuan dari karakteristik sogokan yang merujuk pada
putri lanyap atau tangkas dengan gaya rambut belakang yang terurai sebagai putri
luruh.
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Motif Hias Laler Menclok
a. Ikon
Gambar 4.26 Visualisasi laler menclok pada dahi figur pada iklan Suara Merdeka yang disebut sebagai damar murup berbentuk “lidah api”
Sumber: Rusliana, Iyus (2012, p. 52)
Laler menclok pada jidat atau dahi visualisasi iklan Suara Merdeka
penari wayang wong putri yang dinamakan damar murup, memiliki bentuk atau
motif yang mirip dengan motif laler menclok yang dimiliki oleh wayang wong
dari daerah Sunda Jawa Barat yang membentuk huruf “v” yang dibalik. Motif
laler menclok yang ada pada dahi figur perempuan merujuk pada motif bagi
wayang wong Sunda pria yang bernama satria ladak (Rusliana 52). Hanya saja di
dalam visualisasi iklan ini hanya bentuknya yang dikembangkan seolah sedikit
melengkung dan secara visual terkesan dinamis dan membentuk motif “lidah api”.
Hiasan motif laler menclok pada dahi hanya berfungsi sebagai penghias
dahi. Dan merupakan warisan dari kebudayaan Hindu di Nusantara di masa
lampau. Pada umumnya motif hias dahi laler menclok dipakai oleh penari putri
seperti di Bali dan Jawa. Biasanya laler menclok pada dahi seseorang perempuan
berfungsi sebagai tanda atau makna simbolis strata sosial dan secara kasat mata
bertujuan untuk memperindah dan memberi kesan estetis pada wajah penari.
Namun di dalam visualisasi figur penari wayang wong di dalam iklan Suara
87 Universitas Kristen Petra
Merdeka, motif laler menclok yang tertera pada jidat atau dahi putri, merupakan
pengembangan dan keluar dari konsep baku laler menclok khas Jawa Tengah
yang merujuk pada kesenian wayang wong Sriwedari Surakarta.
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.27 Perbandingan gambar motif laler menclok visualisasi iklan Suara Merdeka (kiri) dengan motif laler menclok khas Surakarta
Sumber: Dokumentasi Bpk. Joko Prakoso (Sekolah Tinggi Kesenian Wilaltikta Surabaya)
Laler menclok pada visualisasi figur wanita utama dalam iklan Suara
Merdeka ini, tampak visualiasi penghias dahi yang terletak pada bagian atas
hidung dan diantara kedua alis dan mata. Penghias dahi yang berbentuk
menyerupai sebuah titik tersebut, hampir menyerupai (titik) pada dahi figur
sebagiamana penempatan motif penghias dahi tersebut sebagai elemen estetis saja.
Motif hias pada laler menclok figur perempuan utama iklan ini bermotif damar
murup atau “lampu yang menyala”, dengan spesifikasi ciri membentuk lidah api.
Motif ini merupakan ragam hias laler menclok khas Surakarta.
Motif Laler Menclok pada dahi seorang wanita merupakan hasil atau
warisan kebudayaan estetika tentang kecantikan sejak era klasik Nusantara yaitu
kebudayaan spiritualisme pada masa Hindu dan Buddha yang berkembang di
Jawa. Hiasan pada dahi perempuan tersebut merupakan salah satu imbas dari
budaya masa lalu di Nusantara. Salah satu contoh perkembangan budaya tersebut
di Indonesia dewasa ini masih dapat ditemukan di Bali, yang masih memegang
teguh nilai-nilai keagamaan Hindu yang berasal dari Jawa dan berasimilasi
dengan kebudayaan asli Bali. Seperti penanda apabila seseorang wanita sudah
menikah atau menandakan starta sosial tertentu. Di dalam iklan ini hanya
digunakan sebagi keindahan.
88 Universitas Kristen Petra
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Artefak Sumping Dan Koncer
a. Ikon
Deskripsi visual mengenai artefak sumping dan koncer di dalam visualisasi ketiga
figur perempuan dalam iklan Suara Merdeka, akan tampak visualisasi koncer
secara medetail dalam iklan Suara Merdeka yang berupa warna uraian monte atau
hiasan manik-manik koncer yang bervariasi menjadi tiga warna yaitu biru, putih
dan kuning.
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.28 Visualisasi hiasan telinga sumping dari figur utama “sahabat sejati” Jawa Tengah dalam iklan Suara Merdeka.
Gambar 4.29 Perbandingan gambar motif koncer dalam visualisasi iklan Suara Merdeka.
Visualisasi sumping yang tampak pada iklan Suara Merdeka ini,
merupakan asli motif Surakarta, yang berbentuk motif tanaman dan kaya akan
ornamen hasil tatahan atau sunggingan.
Koncer sebagai penghias telinga terbuat dari terbuat dari susunan monte
atau manik-manik asli khas wayang wong Sriwedari Surakarta yang menjadi
bagian dari Jawa Tengah. Di dalam perkembangan periode sejarah seni,
kesimpulan dari atribut Jawa Tengah khususnya Surakarta lebih memiliki
kemiripan dengan perkembangan sejarah seni modern di Eropa yaitu Roccoco.
Koncer khas Surakarta memiliki satu atau lebih warna yang ada. Pada umumnya
89 Universitas Kristen Petra
berwarna yaitu warna kuning keemasan atau kombinasi berbagai corak warna atau
beraneka warna. Sedangkan di dalam visualisasi perempuan penari wayang wong
pada iklan Suara Merdeka ini terdapat tiga warna yaitu putih, kuning dan biru.
Bentuk koncer dalam iklan mengalami perubahan bentuk dengan modifikasi yang
tidak sesuai dengan konsep baku yaitu bentuk uraian koncer yang terlalu panjang
dan terlalu tebal yang lebih merujuk pada bentuk gombyor atau uraian koncer
khas Jawa Timur yang ditujukan pada tokoh pria. Jika Yogyakarta menggunakan
koncer menggunakan uraian benang atau disebut lawe dan untaian bunga.
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Kalung Permata Figur Perempuan
a. Ikon
Di dalam visualisasi iklan Suara Merdeka versi sahabat sejati ini, tampak pada
leher figur ketiga perempuan baik bertopeng maupun figur inti, yaitu sebuah
kalung yang berwarna keemasan, berbentuk dinamis dengan beberapa hiasan
permata yang berukuran kecil pada mata kalung. Bentuk kalung bersifat
kontemporer dan bermotif sangat sederhana.
Gambar 4.30 Visualisasi kalung permata yang sederhana dengan gaya
kontemporer
90 Universitas Kristen Petra
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.31 Perbandingan tiga gambar motif kalung penari wayang wong. Kalung pada visualisasi iklan Suara Merdeka (Kiri Atas), kalung
permata khas Surakarta pada lakon putri luruh (Tengah), dan motif kalung khas Surakarta yang bernama kalung susun raja (karena susunan
yang berjumlah tiga) (Bawah) Sumber: Dokumentasi Bpk. Joko Prakoso (Sekolah Tinggi Kesenian
Wilaltikta Surabaya)
Kalung pada visualisasi figur perempuan penari Jawa di dalam iklan
Suara Merdeka adalah kalung tertes atau kalung permata, dan, ada juga kalung
yang berbentuk susun yang terbuat dari kulit yang bersusun-susun, hanya gaya
Surakarta ornamen lebih banyak dan kaya akan sunggingan atau tatahan disertai
dengan warna, jika ornamen perhiasan seperti kalung di Yogyakarta dengan ciri
khas cenderung kuning keemasan polos dan belum disungging warna. Dalam
istilah lain dikrodho kemudian di ornamen sunggingan dengan warna.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kalung hanya berbentuk sebuah
modifikasi yang berbasis pengembangan kontemporer, hanya aslinya ada
penggunaan kalung permata bagi penari putri di lingkungan keraton pada
umumnya. Seharusnya jumlah permata pada kalung penari Jawa Tengah hanya
berjumlah sederhana yakni hanya satu buah, namun di dalam visualisasi figur
perempuan penari Jawa ini mengalami perkembangan dan motif kalung permata
bersifat fleksibel ini disesuaikan dengan pemakainya. Kalung permata hanya
berbentuk melingkar dan banyak matanya bisa susun satu hingga susun dua. Di
dalam visualisasi iklan figur ini pada kalung terdapat pengembangan hanya
sebatas dari asesoris penghias saja.
91 Universitas Kristen Petra
4.1.1.2 Pemaparan Analisis Ikon, Indeks dan Simbol Tangan Figur Manusia
atau Perempuan Penari Wayang Wong Pada Iklan Suara Merdeka
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Kelat Bahu
a. Ikon
Gambar 4.32 Kelat bahu figur iklan Suara Merdeka
Kelat bahu yang digunakan figur ini berasal dari Jawa Tengah tepatnya keraton
Surakarta, dikarenakan cirinya yang berwarna, membentuk kepala burung merak,
dan bermotif hiasan tatahan atau sunggingan dengan corak warna yang beraneka
ragam.
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4. 33 Perbandingan gambar motif kelat bahu pada visualisasi iklan Suara Merdeka (kiri), dengan motif kelat bahu klasik gaya Surakarta (kanan)
Sumber: Dokumentasi Bpk. Joko Prakoso (Sekolah Tinggi Kesenian Wilaltikta Surabaya)
Gambaran tentang kelat bahu pada visualisasi iklan Suara Merdeka ini, berasal
dari Solo atau Surakarta yang merujuk pada Jawa Tengah. Jika penari putri dari
Surakarta memiliki ciri khas pada kelat bahu yaitu memiliki corak warna yang
beragam dan terdapat sunggingan atau tatahan dan kelat bahu khas Surakarta
92 Universitas Kristen Petra
berbentuk menyerupai kepala burung merak, maka kelat bahu milik tarian
Yogyakarta lebih berkarakteristik polosan berwarna kuning keemasan dan
berbentuk menyerupai kepala naga. Namun di dalam visualisasi iklan ini, warna
kelat bahu figur cenderung kuning keputih-putihan.
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Gelang Figur
a. Ikon
Gambar 4.34 Gambar gelang figur iklan Suara Merdeka
Deskripsi ikon pada artefak gelang yang dikenakan oleh figur perempuan dalam
iklan Suara Merdeka adalah pada bagian lingkar gelang terbentuk dari untaian
permata yang tersusun melingkar pada permukaan sisi gelang dan gelang ini
merupakan modifikasi kontemporer.
b. Indeks Perbandingan
Pada visualisasi figur perempuan penari Jawa di dalam iklan Suara Merdeka ini,
gelang yang dikenakan oleh figur merupakan hasil modifikasi kontemporer, hal
ini dibuktikan dengan bentuk konsep baku gelang yang polos namun bagian
permata terletak pada bagian atas gelang saja.
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Sikap Tangan Figur Iklan
a. Ikon
Gambar 4.35 Gambar sikap telapak tangan ngrayung yang tampak pada tangan kiri penari yang menempel pada pinggang penari atau slepe
93 Universitas Kristen Petra
Pada visualisasi gerakan tangan figur inti perempuan tak bertopeng, sikap tangan
figur digambarkan dalam sikap ngrayung yang dideskripsikan posisi telapak
tangan kiri yang dalam keadaan terbuka namun pada bagian ibu jari tangan kiri
menempel pada telapak tangan kiri. Dan tampak seakan-akan figur sedang dalam
posisi berkacak pinggang.
Gambar 4.36 Kedua gambar diatas, merupakan gambar sikap tangan kedua figur pendukung iklan Suara Merdeka, tampak posisi tangan ngrayung
Posisi tangan pada visualisasi kedua figur perempuan bertopeng,
digambarkan posisi telapak tangan kiri yang dalam keadaan terbuka namun pada
bagian ibu jari tangan tetap kiri menempel pada telapak tangan kiri yang dalam
bahasa Jawa disebut sebagai posisi sikap tangan ngrayung di dalam istilah
Surakarta (Jawa Tengah) dan ngruji dalam istilah bahasa Jawa di daerah
Yogyakarta. Dan sedang dalam posisi yang sejajar dengan dada atau posisi seperti
ini dinamakan tawing dengan posisi ujung telapak tangan sejajar dengan pangkal
bawah telinga penari dalam posisi tarian wayang wong.
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4. 37 Sikap tangan pada figur iklan yang bernama ngrayung (Surakarta) Sumber: Humardani (1979-1980, p.1)
94 Universitas Kristen Petra
Posisi sikap tangan pada visualisasi figur perempuan utama sebagai
“sahabat sejati” Jawa Tengah menggunakan salah satu sikap tangan yang dalam
bahasa Jawa disebut sebagai posisi ngrayung di dalam istilah Surakarta (Jawa
Tengah) dan ngruji dalam istilah dari Yogyakarta. Sikap tangan pada tarian
wayang wong beserta tarian Jawa pada umumnya, menurut Bapak Hardjatno
(2015), salah seorang pakar seni tari Jawa dilandasi dengan nilai-nilai warisan dari
budaya klasik Nusantara yang merujuk pada agama Hindu-Buddha, dalam sikap
tangan penari lebih condong kepada sikap tangan Mudra yang disimbolkan dalam
agama Buddha, yang merujuk pada arca Buddha di candi Borobudur. Di dalam
sikap tangan Mudra dapat ditemukan istilah lain yang juga menggambarkan posisi
tangan yang berbeda selain ngrayong seperti ngithing, nyempurit, ngepel (di
dalam bahasa Indonesia dapat disebut juga sikap tangan yang mengepal).
Di dalam visualisasi iklan, tampak posisi tangan kiri figur utama yang
berperan sebagai “sahabat sejati” Jawa Tengah terletak di pinggang figur,
sedangkan tangan kanan figur terletak pada pinggang di sisi kanan. Hal ini
merujuk pada suatu unsur di luar Jawa Tengah berupa gaya-gaya yang merujuk
pada gaya kontemporer seperti malangkerik atau meletakkan tangan posisi
berkacak pinggang. Posisi sikap tangan ngrayong merujuk pada satu gerakan
tangan di dalam tarian Jawa Surakarta yang disebut trap cethik. Trap cethik
memiliki ciri posisi tangan kiri yang terletak di pinggang dan tangan kanan yang
lurus searah.
Pada visualisasi figur utama penari perempuan sebagai “sahabat sejati”
Jawa Tengah , posisi lengan sebelah kiri penari menggunakan posisi tangan yang
bernama trap cethik atau disebut dengan bahasa lain di dalam pola gerak lengan
baku kesenian wayang wong Sriwedari Surakarta lebih dikenal sebagai trap cethik
yang meletakkan telapak tangan kiri di posisi pinggang penari putri. Bentuk
telapak tangan pada visualisasi figur secara keseluruhan, disebut ngrayong dalam
bahasa Jawa di daerah Suarakarta, dan ngruji dalam bahasa Jawa di daerah
Yogyakarta, ngrayong merupakan sebuah sikap tangan dengan ciri, posisi ibu jari
terletak menempel di telapak tangan dan keempat jari lainnya merapat. Posisi
tangan kiri membentuk trap cethik, seharusnya tangan kanan membentang kearah
kanan lurus. Namun di dalam iklan ini pola gerak yang digunakan merujuk pada
95 Universitas Kristen Petra
gaya kontemporer yang sedang berkecak pinggang atau malangkerik sebagai pose
yang memenuhi kebutuhan komersial produsen sebagai tujuan akhir iklan itu
sendiri.
Menurut Bapak Ekaroem Hardjatno (2015), sikap tangan pada tarian
Jawa pada umumnya dilandasi dengan nilai-nilai warisan dari budaya klasik
Nusantara yang merujuk pada agama Hindu-Buddha, dalam sikap tangan penari
lebih condong kepada sikap tangan Mudra yang disimbolkan dalam agama
Buddha. Di dalam sikap tangan Mudra dapat ditemukan istilah lain yang juga
menggambarkan posisi tangan yang berbeda selain ngrayung seperti ngithing,
nyempurit, ngepel (mengepalkan tangan). Posisi sikap tangan ngrayung merujuk
pada satu gerakan tangan di dalam tarian Jawa Surakarta dan juga tarian wayang
wong dari Yogyakarta.
Gambar 4.38 Dua gambar visualisasi sikap tangan dari dua figur pendukung perempuan bertopeng, pada iklan Suara Merdeka
Gambar 4.39 Gambar Posisi tangan ngrayung dengan konsep yang baku Surakarta Sumber: Prihantoro, Eko Wahyu (2015)
96 Universitas Kristen Petra
Bentuk sikap tangan pada visualisasi figur secara keseluruhan, disebut
ngrayung, namun juga masih dipertanyakan karena pada visualisasi tangan kiri
figur pendukung perempuan bertopeng, tampak ibu jari figur tidak menempel
pada telapak tangan (tidak seperti posisi sikap tangan figur utama, yang dijadikan
alasan bukan pola baku sikap tangan dalam tarian Jawa atau merujuk pada figur
bertopeng yang dimaknai sebagai menyembunyikan sesuatu dibalik topeng yang
diakui sebagai identitas Jawa Tengah asli terdapat hal yang disembunyikan yaitu
identitas lain diluar Jawa Tengah.
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Posisi Lengan Figur
a. Ikon
Gambar 4.40 Gambar visualisasi dua figur pendukung pada iklan Suara Merdeka
Posisi lengan dari figur penari perempuan utama sebagai “sahabat sejati”
Jawa Tengah menggunakan posisi tangan tawing yang berasal dari Surakarta,
posisi tangan sebagai berikut telapak tangan kiri penari diletakkan pada pinggang
dengan sikap tangan ngrayung dan tangan kanan penari dilentangkan kearah
kanan tubuh dengan sika tangan terbuka.
b. Indeks Perbandingan
Pada visualisasi penari perempuan di dalam iklan Suara Merdeka figur “bukan
sahabat sejati” posisi tangan adalah sikap lengan tawing. Tawing adalah posisi
lengan tangan sebelah kiri penari putri yang diletakkan disebelah atau sejajar
97 Universitas Kristen Petra
dengan dada penari dan pada ujung atas jari harus sejajar dengan pangkal telinga
bagian bawah telinga kanan penari.
4.1.1.3 Pemaparan Analisis Ikon, Indeks dan Simbol Badan Figur
Perempuan Penari Wayang Wong Pada Iklan Suara Merdeka
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Busana mekak dan ilat-ilatan
a. Ikon
Gambar 4.41 Busana mekak dalam iklan Suara Merdeka
Warna busana mekak yang dikenakan oleh ketiga figur perempuan di
dalam iklan Suara Merdeka berwarna merah disertai motif dengan warna ornamen
membentuk sulur-suluran tanaman rambat atau ragam hias flora yang berwarna
kuning keemasan
Ragam hias atau disebut motif yang bergambar ornamen pada busana
Mekak berbentuk ragam hias dengan ornament flora dan tanaman hias berupa
sulur-suluran yang merujuk pada motif ornamen khas Surakarta yang terbuat dari
benang berwarna emas.
Ilat-ilatan pada mekak berfungsi sebagai penghias mekak dan terletak di
tengah-tengah bagian dada penari putri. Pada umumnya ilat-ilatan menggunakan
corak ornamen yang sama atau senada dengan warna atau ornamen mekak. Dan
warna ilat-ilatan juga mengikuti warna mekak. Fungsi utama sebagai penanda
ragam estetis penari.
98 Universitas Kristen Petra
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.42 Perbandingan visualisasi busana mekak dari figur utama “sahabat sejati” Jawa Tengah dalam iklan Suara Merdeka (kiri) dengan konsep busana mekak yang dikenakan penari wayang wong Surakarta dengan lakon Srikandhi
(kanan) Sumber: Prakoso, Joko (2015)
Warna Mekak pada busana penari khas Surakarta atau yang merujuk pada
daerah Jawa Tengah namun juga dimiliki oleh penari wayang wong dari
Yogyakarta, pada warna mekak di dalam visualisasi iklan Suara Merdeka,
menggunakan mekak berwarna merah untuk karakter putri lanyap dan hitam untuk
karakter putri luruh.
Motif atau ornamen mekak atau busana khas penari Surakarta, ornamen
yang ada adalah asli Surakarta, dalam ragam ukir, Surakarta dengan Yogyakarta
memiliki kesamaan hanya saja terdapat sedikit perberbedaan, jika Yogyakarta
berkarakteristik klasik. Pada mekak khususnya pada ilat-ilatan dan busana khas
Surakarta, memiliki ciri khas warna yang cerah dan kaya akan ornamental. lebih
bersifat ornamental dan detail dalam motifnya yang dibuat dengan teknik
sungging atau tatahan dan motif ornamen berwarna cenderung kuning keemasan.
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Slepe dan Thothokan
a. Ikon
Gambar 4.43 Slepe figur iklan Suara Merdeka
99 Universitas Kristen Petra
Motif Kepala Slepe atau disebut thothokan, secara umum dikenakan oleh penari
pada umumnya yang berkiblat di daerah tengah pulau Jawa bagian Selatan seperti
Yogyakarta dan Surakarta. Berbentuk menyerupai belahan dari tempurung kelapa.
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.44 Perbandingan visualisasi ikat pinggang slepe dari figur utama “sahabat sejati” Jawa Tengah dalam iklan Suara Merdeka (atas) dengan konsep
baku slepe penari wayang wong Surakarta (bawah) Sumber: Prakoso, Joko (2015)
Kepala ikat pinggang penari wayang wong atau disebut sebagai
thothokan, merupakan kunci atau kepala slepe khas Surakarta yang juga dimiliki
oleh Yogyakarta, kalau ornamennya khas Surakarta. Thothokan berbentuk bidang
geometris yaitu lingkaran dengan bentuk menyerupai bunga.
Motif Kain Slepe merupakan motif asli pada slepe yang melekat di
bagian pinggang pada mekak yang digunakan di dalam visualisasi iklan merujuk
pada artefak dari Surakarta yang berbentuk flora atau motif hias tanaman seperti
sulur-suluran tanaman atau tanaman rambat. Umumnya berwarna kuning
keemasan.
100 Universitas Kristen Petra
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Kain Sampur
a. Ikon
Gambar 4.45 Gambar sampur sebagai tambahan slepe
Warna kain dan motif pada kain sampur atau cinde yang dikenakan dan di
masukkan di dalam slepe pinggang pada visualisasi figur ini adalah berwarna
kuning polos, dan hanya tampak sebagian saja, dan dibalut dengan slepe atau ikat
pinggang penari Jawa pada umumnya.
b. Indeks Perbandingan
Gambar 4.46 Perbandingan visualisasi hiasan slepe berupa kain sampur dari figur utama “sahabat sejati” Jawa Tengah dalam iklan Suara Merdeka (atas) dengan konsep hiasan baku kain sampur penari wayang wong Surakarta Jawa Tengah
(bawah) Sumber: Prakoso, Joko (2015)
Pucuk dari kain sampur yang terletak di tengah-tengah mekak dan
diikatkan dengan slepe (sejenis sabuk penari Jawa dengan bahasa lain disebut
sebagai kain cinde).
Warna sampur yang digunakan dalam pentas tari wayang wong putri
adalah warna kuning, hijau, merah. Pada permukaan kain sampur di bagian ujung
kain sampur yang terletak dibawah terdapat hiasan ornamen yang berbentuk motif
101 Universitas Kristen Petra
gendala giri hal ini disebabkan pada pucuk kain sampur, terdapat gambaran motif
batik khas Jawa dan tidak dibiarkan polos. Jika di Yogyakarta, nama kain yang
disebut sampur oleh masyarakat Jawa Tengah, disebut sebagai kain cinde. kain
cinde yang berasal dari Yogyakarta memiliki dua jenis ragam yaitu ragam polos
tanpa gambar ornamen motif atau dengan ragam hias ornamen gendala giri,
namun pada umumnya di daerah Yogyakarta kain cinde atau sampur yang
dikenakan di dalam pentas tari wayang wong, tak bermotif atau polos.
o Deskripsi Ikon Dan Indeks Pada Warna Kulit Figur Perempuan dalam Iklan
a. Ikon
Pada visualisasi figur perempuan bertopeng dan figur perempuan tak
bertopeng dalam iklan Suara Merdeka, menggunakan sosok perempuan dengan
kulit yang cerah dan cenderung berwarna kekuning-kuningan.
a. Indeks Perbandingan
Gambar 4.47 Perbandingan antara visualisasi warna kulit figur pada iklan Suara Merdeka (sebelah kiri) yang cenderung berwarna cerah kekuningan merujuk pada
ras Mongoloid, dengan warna kulit masyarakat Jawa (Melayu) pada umumnya (dua gambar di sebelah kanan) yang berwarna cenderung kuning kecoklatan atau
gelap Sumber: Prakoso, Joko (2015)
Sumber: Dokumen pribadi (2015)
Pada visualisasi figur perempuan bertopeng dan figur perempuan yang
menjadi lakon, atau figur utama dalam iklan Suara Merdeka, menggunakan sosok
perempuan dengan kulit yang cerah. Kulit yang berwarna cenderung kekuning-
102 Universitas Kristen Petra
kuningan ini lebih merujuk pada kulit yang dimiliki oleh suatu suku bangsa ras
Mongoloid (N. Daldjoeni 135).
Sedangkan penduduk Indonesia pada umumnya dan khususnya suku
Jawa merupakan suku bangsa dengan rumpun Melayu yang menurut Prof. Dr.
Koentjaraningrat (1997) atau disebut sebagai Paleomongoloid menurut Drs. N.
Daldjoeni (1991), dan menurut Antropolog Belanda yang bernama Duyvendak
dan Fischer, penduduk di Indonesia diklasifikasikan menjadi empat golongan dan
salah satunya adalah rumpun Melayu yang terdiri atas Proto-Melayu dan Deutro-
Melayu yang menjadi rumpun bagi suku Jawa (Duyvendak, Daldjoeni 270).
Kelompok masyarakat dengan rumpun Melayu merupakan sekelompok etnis
manusia yang berasal dari Jawa dan yang menyebar kearah barat seperti Sumatra,
Semenanjung Melayu dan Vietnam, yang secara historis menyebar hampir
diseluruh di daerah Asia Tenggara, Madagaskar dan kepulauan Pasifik, yang
berkulit agak gelap atau disebut dengan warna “sawo matang” (Koentjaraningrat
7).
Dalam hal ini peran dari teknologi digital yang berusaha menciptakan
suatu konstruk Jawa Tengah versi Suara Merdeka, dengan melibatkan suatu
visualisasi dalam bentuk rekayasa gambar atau lebih dikenal dengan digital
imaging. Meskipun kulit figur nampak cerah sebagai hasil rekayasa gambar, hal
ini perlu dipertanyakan, bukankah “sahabat sejati” Jawa Tengah seharusnya
adalah orang asli Jawa yang berkulit “kuning sawo matang” seperti yang
digambarkan dalam perumpamaan Jawa klasik yang berbunyi Pakulitane ngulit
langsep yang artinya adalah kulitnya berwarna kuning seperti warna buah langsap
yang cenderung kuning kecoklatan atau warna “sawo matang” (Abikusno 52-53).
Tetapi apa yang tampak di dalam iklan ini justru bukan kesan eksotisme warna
kulit “sawo matang” yang cenderung berwarna kuning kecoklat-kecoklatan khas
Jawa, namun digantikan dengan warna kulit yang merujuk pada warna kekuning-
kuningan yang dimiliki oleh ras Mongoloid Asia Timur seperti etnis Tionghoa
dan suku bangsa yang tinggal di daerah Asia Timur, bahkan acapkali masyarakat
awam mengidentikkan warna kulit yang cerah sebagai kulit yang berwarna
“putih”. Apakah di dalam iklan Suara Merdeka ini terdapat pengaruh sosial
budaya seperti yang dikemukakan oleh pakar periklanan dari Yogyakarta, Rendra
103 Universitas Kristen Petra
Widyatama, tentang standar kecantikan atau suatu tolak ukur telah bergeser dan
menyesuaikan kondisi dan fenomena zaman, misalnya standarisasi kecantikan itu
merujuk ke warna kulit menurut cara pandang masyarakat yang tinggal di daerah
tertentu atau di dalam visualisasi iklan Suara Merdeka ini terdapat unsur ras lain
dari etnis lain di luar etnis Jawa yang nampak pada warna kulit visualisasi figur
perempuan penari wayang wong pada gambar tersebut yang berwarna cerah, hal
ini dapat merujuk pada akulturasi budaya, dan hasil kawin silang antar etnis. Hal
ini didukung oleh pendapat Drs. N. Daldjoeni (1991) yang mengatakan bahwa
penduduk Asia Tenggara termasuk Indonesia dan khususnya penduduk suku Jawa
didalamnya, merupakan hasil pembentukkan tipe ras Mongoloid moderat yang
memiliki ciri khas pada postur tubuh yang relatif lebih pendek, warna kulit semu
coklat dan tidak berwarna kuning cerah sebagaimana ras Mongoloid yang asli (N.
Daldjoeni 139).
Hal lain yang nampak jelas di dalam visualisasi figur perempuan dalam
iklan Suara Merdeka ini adalah warna kulit yang cenderung cerah dan tercermin
di dalam iklan ini. Sebuah pertanyaan yang dapat ditanyakan seperti apakah pola
pikir atau mainstream masyarakat Jawa Tengah tentang bagaimanakah wanita
yang cantik? Apakah masyarakat Jawa tengah sangat mengagumi suatu bentuk
keindahan dan kecantikan yang dilihat dari sudut pandang budaya Jawa klasik
(merupakan ajaran yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang)?
Warna kulit yang seperti apakah yang menurut pandangan masyarakat Jawa
menjadi tolak ukur sebuah kecantikan?
Sebagai latar belakang bentuk kekaguman masyarakat Jawa dan
khususnya masyarakat Jawa Tengah terhadap warna kulit yang cenderung
berwarna kekuning-kuningan dapat ditemukan di dalam sumber pustaka mengenai
pedoman hidup masyarakat Jawa atau yang disebut dengan Kitab Primbon.
Masayarakat Jawa juga memaknai segi tampilan fisik seseorang khususnya
wanita. Dan diibaratkan seorang wanita yang ideal menurut orang Jawa adalah
setia, matanya berwibawa, berwajah manis, dan lemut tutur katanya, mulut sedang
dengan bibir tertutup, pipinya rata atau nduren sejurung atau bagaikan durian
yang terbelah, alisnya panjang agak lurus dan bulu alisnya rata, hidungnya lurus
agak mancung (Noeradyo 98).
104 Universitas Kristen Petra
Hal lain yang terjadi dewasa ini adalah fenomena masyarakat
kontemporer yang menyukai bentuk fisik masyarakat yang identik dengan ras
Mongoloid terutama Negara Tiongkok, Jepang dan Korea, yang memiliki warna
kulit yang sama cerahnya dengan ras Kaukasoid. seperti yang dimiliki oleh ras
Mongoloid yang merujuk pada warna kulit yang kuning cerah dan dimiliki oleh
masyarakat di Asia Timur seperti Tiongkok, Jepang dan Korea yang di era saat ini
memberikan sumbangsih idealisme atau mainstream tentang kecantikan yang baru
menurut bentuk fisik masayarakat Mongoloid (terutama Korea dan Jepang sebagai
Negara yang di idolakan oleh masyarakat kontemporer Indonesia dewasa ini), dan
salah satunya merujuk pada ide warna kulit “putih” sebagai standar kecantikan
yang baik.
Secara garis besar, visualisasi perempuan yang dianggap memiliki
keindahan atau kecantikan yang ideal (pola pikir mainstream) bagi masyarakat
Jawa Tengah adalah dengan warna kulit yang cerah yaitu warna kulit yang
cenderung kekuning-kuningan dan didasari oleh kekaguman terhadap budaya
yang dianggap lebih unggul dari budaya lokal mereka sendiri. Bentuk
“kekaguman” dari mainstream yang dianut oleh masyarakat Jawa Tengah,
merupakan dampak dari kebudayaan kontemporer dewasa ini yang secara tidak
langsung mempengaruhi keadaan psikologis masyarakat Jawa Tengah mengenai
cara pandang tentang sosok figur yang ideal dan mengikuti konsep baku yang
telah diajarkan secara turun-temurun dan diakui sebagai “pedoman” yang sah.
Secara garis besar, inti dari visualisasi warna kulit sosok perempuan di
dalam iklan Suara Merdeka dengan selera masyarakat akan warna kulit yang
cerah tidak terlepas dari tren posmodern atau kontemporer dewasa ini seperti yang
sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Tren posmodern yang berlangsung di
Indonesia saat ini adalah bentuk kekaguman akan warna kulit yang terang atau
cerah, daripada warna kulit yang condong gelap. Hal inilah yang tercermin di
dalam visualisasi perempuan yang dianggap memiliki keindahan atau kecantikan
yang ideal. Bentuk “kekaguman” dari mainstream yang dianut oleh masyarakat,
merupakan dampak dari perkembangan budaya secara langsung di suatu daerah
dan menyesuaikan dengan adat istiadat beserta bentuk pemaknaan terhadap suatu
105 Universitas Kristen Petra
konsep tentang “kecantikan” yang terwakili oleh kondisi fisik yang tampak oleh
panca indra.
4.1.2 Deskripsi Operasionalisasi Verbal Iklan
4.1.2.1 Operasionalisasi Pesan Verbal Tagline Banyak Yang Bertopeng Jawa
Tengah
a. Visualisasi
Gambar 4.48 Visualisasi tipografi tagline pertama pada iklan Suara Merdeka versi “sahabat sejati” perempuan bertopeng
Salah satu tagline utama di dalam iklan yang menjelaskan tentang keberadaan
kompetitor Koran pesaing yang juga sedang berekspansi di daerah Jawa Tengah.
Tagline tersebut berbunyi Hanya Satu Sahabat Sejati Jawa Tengah. Makna kata
“sahabat sejati Jawa Tengah” adalah satu-satunya yang mengerti, mengenal dan
akrab bahkan mengeklaim “dirinya” asli berawal dari Jawa Tengah, hal ini
dibuktikan dengan catatan sejarah yang mengatakan Suara Merdeka sebagai koran
tertua yang pernah terbit di Jawa Tengah pada era Pasca Kemerdekaan Indonesia
(sekitar 1945 hingga 1950) yaitu tanggal 11 Februari 1950.
b. Makna Tagline
Di dalam poin ini akan dijelaskan secara rinci mengenai analisis tagline
verbal yang ikut ambil bagian dalam mendukung aspek visualisasi iklan Suara
Merdeka ini. Salah satu tagline utama di dalam iklan ini terletak pada awal tagline
yang menjelaskan tentang keberadaan kompetitor media massa pesaing yang juga
sedang berekspansi atau “melebarkan sayap” ke daerah Jawa Tengah. Tagline
tersebut berbunyi Hanya Satu Sahabat Sejati Jawa Tengah. Makna kata “sahabat
sejati Jawa Tengah” adalah satu-satunya yang mengerti, mengenal dan akrab
bahkan mengeklaim “dirinya” asli berawal dari Jawa Tengah, hal ini dibuktikan
dengan catatan sejarah yang mengatakan Suara Merdeka sebagai koran tertua
106 Universitas Kristen Petra
yang pernah terbit di Jawa Tengah pada era Pasca Kemerdekaan Indonesia
(sekitar 1945 hingga 1950) yaitu tanggal 11 Februari 1950.
Hal lain yang dapat diperhatikan adalah kata di dalam tagline yang
bertuliskan “bertopeng Jawa Tengah”. Secara umum topeng adalah salah satu
produk hasil karya seni manusia sebagai bagian dari kebudayaan kriya yang
merujuk pada sebuah daerah tertentu. Fungsi utama topeng adalah sebagai
penutup wajah, atau secara luas menutupi segala sesuatu seperti identitas yang
sebenarnya. Dibalik sebuah topeng terdapat hal yang sebenarnya atau sesuatu
yang disembunyikan. Di dalam pengkajian penelitian ini, kompetitor yang hadir di
dalam “kancah medan perang” media massa di Jawa Tengah dan berusaha untuk
ekspansi dan “mengibarkan” bendera dengan merk koran tertentu seperti surat
kabar Jawa Pos misalnya dengan koran Radar Solonya yang menyajikan
informasi lokal kota Surakarta.
Pada kata “banyak” di dalam tagline, terdapat makna yang sangat dalam
artinya. Di dalam hal ini lebih menunjukkan betapa dewasa ini seiring dengan
perkembangan Teknologi Informasi atau disingkat menjadi TI, sebagai alat yang
menyajikan informasi secara cepat dan efisien, salah stunya adalah dengan
menggunakan media internet yang di dalamnya terdapat media jejaring sosial.
Dewasa ini juga bermunculan kompetitor koran yang juga menyajikan informasi
berita, mulai dari berita dengan skala lokal, nasional bahkan internasional melalui
media internet. Namun Suara Merdeka dengan gaya khas Jawa Tengah yang
teelah melekat di hati dan benak masyarakat Jawa Tengah, juga harus menjaga
eksistensinya sebagai identitas asli yang dimiliki oleh Jawa Tengah. Berbagai
strategi komunikasi iklan melalui visual juga dilakukan dan salah satunya di
dalam bentuk iklan ini.
Pada kalimat “Banyak yang bertopeng Jawa Tengah”, seperti yang telah
dijelaskan pada kalimat sebelumnya, lebih merujuk pada visualisasi kedua figur
perempuan dengan topeng yang terpasang di wajah. Hal yang dapat dikaji adalah
topeng yang divisualkan di dalam iklan Suara Merdeka, dan menjadi suatu simbol
identitas Jawa Tengah di dalam iklan, justru merupakan hasil percampuradukkan
dari berbagai elemen dan atribut yang justru berasal dari luar daerah Jawa Tengah,
seperti Yogyakarta, Jawa Barat dan percampuran gaya Jawa Timur serta hasil
107 Universitas Kristen Petra
kreasi dan modifikasi artefak kontemporer sebagai salah satu bentuk kreativitas
masyarakat kontemporer dewasa ini. Berbagai alasan penggunaan elemen yang
merupakan hasil pengembanganpun juga beragam, dimulai dari cara pandang dari
sudut estetika seni dan keseimbangan harmonis visual. Tagline yang berbunyi
“Banyak yang bertopeng Jawa Tengah” divisualkan dalam bentuk ukuran dengan
skala yang besar karena ditinjau dari cara pandang bidang iklan yang besar
maupun bidang yang kecil, pesan verbal melaui tipografi huruf masih dapat
dibaca karena huruf yang ditulis berkarakteristik tegas, fungsional, sederhana dan
lebih modern dalam bentuknya. Teks atau tipografi yang digunakan adalah
dengan tipografi yang membentuk huruf Sans Serif atau huruf yang divisualkan
dengan tidak memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid dan tanpa kait
(“Pengertian Serif dan Sans Serif” Desain Studio. Web. 23 Maret 2015). Elemen
lain yang digunakan adalah bentuk terapan gestalt pada unsur visual tipografi
iklan yang divisualkan dalam metode visual gestalt dengan bidang positif
dituliskan dalam bentuk font berwarna maupun negatif merujuk bidang bentuk
berwarna yang diisi dengan font dengan warna putih.
Secara komunikasi visual sebagai pendukung visualisasi iklan, akan
tampak hal yang patut untuk dipertanyakan, yaitu visualisasi topeng yang
dikenakan oleh kedua figur perempuan bertopeng yang dianggap sebagai identitas
asli Jawa Tengah, justru topeng terebut menggambarkan kemajemukan dari
budaya Jawa Tengah yang berarti unsur-unsur budaya lain di luar Jawa Tengah
yang turut serta di dalam percampuran topeng tersebut, sebagian besar unsur
artefak topeng yang terdapat di dalam konstruk visual topeng pada iklan Suara
Merdeka, berasal dari Yogyakarta, Jawa Barat (unsur topeng yang bercampur
dengan gaya Cirebon maupun Priangan). Sebagai konstruk yang mewakili
beberapa daerah dapat dilihat terdapat unsur kemajemukan dari identiitas Jawa
Tengah secara menyeluruh dari segi demografis yang meliputi asimilasi
kebudayaan, masyarakat yang berbaur dan tanda-tanda yang merujuk pada
kreativitas masyarakat kontemporer di Jawa Tengah.
108 Universitas Kristen Petra
4.1.2.2 Operasional Pesan Verbal Tagline Namun Hanya Satu Sahabat Sejati
Jawa Tengah
a. Visualisasi
Gambar 4.49 Visualisasi tipografi tagline kedua pada iklan Suara Merdeka versi “sahabat sejati” perempuan bertopeng, sebagai jawaban sekaligus merujuk pada
figur perempuan utama
Di dalam penjelasan tagline verbal yang berbunyi “Namun hanya satu
sahabat sejati Jawa Tengah”, akan ditemukan kesan yang mengerucut kepada
satu-satunya rujukan yang ditawarkan oleh Suara Merdeka dalam hal ini. Makna
dengan konteks media massa atau satu sumber informasi yang menjadi kebutuhan
masyarakat Jawa Tengah, digambarkan dalam bentuk atribut Jawa secara umum
di dalam iklan ini. Rujukan bahwa Suara Merdeka adalah satu-satunya “sahabat”
yang artinya berperan sebagai pelengkap dan sebagai sesuatu yang memenuhi
kebutuhan dalam bentuk informasi, terwakili oleh satu kata inti yaitu “hanya”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata “hanya” adalah “Cuma satu-
satunya” atau “saja” (kbbi.web.id, 12 Maret 2015, arti kata hanya). Hal yang dapat
dipetik adalah Suara Merdeka berusaha membangun citranya sebagai koran atau
media massa lokal yang memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat lokal
Jawa Tengah dan secara verbal diwakili oleh kata sahabat sejati Jawa Tengah dan
merujuk pada satu-satunya koran yang asli dan “lahir” di Jawa Tengah.
b. Makna
Tagline berikutnya yang teradapat di dalam iklan Suara Merdeka ini dan
berfungsi sebagai “penegas pesan” visualisasi iklan adalah penjelasan tagline
verbal yang berbunyi “Namun hanya satu sahabat sejati Jawa Tengah”, akan
ditemukan kesan yang mengerucut kepada satu-satunya rujukan yang ditawarkan
oleh Suara Merdeka dalam hal ini. Makna dengan konteks media massa atau satu
109 Universitas Kristen Petra
sumber informasi yang menjadi kebutuhan masyarakat Jawa Tengah,
digambarkan dalam bentuk atribut Jawa secara umum di dalam iklan ini. Rujukan
bahwa Suara Merdeka adalah satu-satunya “sahabat” yang artinya berperan
sebagai pelengkap dan sebagai sesuatu yang memenuhi kebutuhan dalam bentuk
informasi, terwakili oleh satu kata inti yaitu “hanya”. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, arti kata “hanya” adalah “Cuma satu-satunya” atau “saja”
(kbbi.web.id, 12 Maret 2015, arti kata hanya). Hal yang dapat dipetik adalah
Suara Merdeka berusaha membangun citranya sebagai koran atau media massa
lokal yang memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat lokal Jawa Tengah
dan secara verbal diwakili oleh kata sahabat sejati Jawa Tengah dan merujuk pada
satu-satunya koran yang asli dan “lahir” di Jawa Tengah.
Di dalam proses analisis elemen tipografi pada tagline ini terdapat bagian
dari unsur gestalt sebagai kelanjutan dari tagline sebelumnya yang bertuliskan
“Namun Hanya Satu Sahabat Sejati Jawa Tengah”. Namun ukuran huruf Sans
Serif dalam tagline “Hanya satu sahabat sejati Jawa Tengah” ini relatif lebih besar
dari tagline yang menunjukkan sosok yang menggambarkan kompetitor-
kompetitor surat kabar yang berasal dari daerah lain dan menggunakan media
komunikasi serta gaya bahasa yang serasa berasal dari Jawa Tengah sendiri dan
klaim atas pendapat yang berperan sebagai “koran yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat Jawa Tengah dalam hal informasi terkini sekaligus media
massa yang mengerti kebutuhan masayarakat Jawa Tengah”. Tagline yang
merupakan “penegas” ini menunjukkan eksistensinya sebagai media massa asli
Jawa Tengah dan terwakili oleh visualisasi figur perempuan utama, dan berfungsi
sebagai positioning surat kabar Suara Merdeka kepada khalayak iklan yang
identik sebagai “sahabat sejati” masyarakat Jawa Tengah yang majemuk serta
menggambarkan kondisi masayarakat Jawa Tengah dewasa ini. Secara tidak
langsung visualisasi figur yang didukung oleh elemen tipografi yang tersusun
dalam satu kalimat tagline, juga menggunakan artefak-artefak yang telah
terasimilasi dengan kebudayaan di luar Jawa Tengah, sebagai cerminan bahwa
Jawa Tengah merupakan simbol kemajemukan atau entitas baru masyarakat,
psikologis, selera, tolak ukur berdasarkan sudut pandang estetis serta pola pikir
kontemporer Jawa Tengah.
110 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1. Tabel klasifikasi aretefak Jawa Tengah dengan artefak dari luar Jawa
Tengah
Atribut Asli Jawa
Tengah (Surakarta)
Atribut Dari Luar Jawa
Tengah
Atribut Hasil
Percampuran Artefak
Asli Jawa Tengah
dengan Artefak diluar
Jawa Tengah
Irah-irahan Topeng Panji
(Yogyakarta)
Cundhuk Mawar
Sumping Naga
Karangrang
Koncer (Jawa Timur) Kalung Tretes
Kelat Bahu Motif Merak o Motif Alis Pangot
Mekak putri lanyap Warna bibir merah muda
Ilat-ilatan mekak Mata tanpa motif sipatan
Slepe Konsep posisi adheg
Thothokan
Kain Sampur / Cinde
Posisi Lengan Trap
cethik / Tawing
Sikap tangan ngrayung
Sogokan Putri Lanyap
Godheg Kudup Turi
111 Universitas Kristen Petra
4.2 Analisis Penggunaan Berbagai Unsur Dari Luar Jawa Tengah Dalam
Iklan Suara Merdeka Versi “Sahabat Sejati”
4.2.1 Nilai-nilai tradisional Jawa Tengah dibangun diatas kemajemukan
budaya lain diluar Jawa Tengah
Upaya pengiklan untuk menekankan pesan kemajemukan budaya di
dalam konstruk Jawa Tengah kontemporer, yang secara tidak langsung bahwa
masyarakat Jawa Tengah saat ini tidak lagi memandang tampilan Jawa secara
tradisional sebagai konstruk Jawa Tengah sesungguhnya (merujuk pada
visualisasi orang pribumi asli Jawa Tengah). Secara tidak langsung alasan
pengiklan yaitu iklan Suara Merdeka berusaha untuk menanamkan nilai sila
ketiga Pancasila, yang berbunyi “Persatuan Indonesia” yang dimaknai sebagai
persatuan dari perbedaan suku, ras dan golongan yang menjadi gambaran
Indonesia atau disebut Bhinneka Tunggal Ika (Kaelan 81), yang terkandung di
dalam visualisasi budaya Jawa Tengah kontemporer yang majemuk dalam iklan
Suara Merdeka.
4.2.2 Jawa Tengah Kontemporer Dikonstruksikan Dengan Memakai
Pendekatan Akulturasi Etnis
“Elemen dari luar Jawa Tengah yang berakulturasi” yang dimaksud
didalam kalimat sebelumnya merujuk pada visualisasi iklan Suara Merdeka,
secara jelas terwakili pada visualisasi warna kulit figur perempuan wayang wong
bertopeng yang berwarna kuning cerah dan merujuk pada warna kulit ras
Mongoloid, dan bukan warna kulit orang Jawa asli yang termasuk ras Mongoloid
moderat yang cenderung berwarna semu kecoklat-coklatan yang merupakan
percampuran bangsa Mongoloid dengan penduduk asli berkulit gelap dari India
dan bangsa Negrito, yang menyebar di Asia Tenggara (Daldjoeni 139). Warna
kulit ras Mongoloid, cenderung merujuk pada warna kulit yang cenderung kuning
cerah, berambut hitam lurus, hidung kecil (p.135), yang pada umumnya dimiliki
oleh masyarakat Asia, khususnya daerah Asia Timur seperti suku bangsa Mongol
yang terdiri dari bangsa Tiongkok, Jepang dan Korea (p.27). Mengingat kembali
bahwa etnis terbanyak pada urutan ketiga yang berasal dari luar Jawa yang tinggal
di Jawa Tengah adalah etnis Tionghoa yang menduduki 0,54% (“Wikipedia” par.
112 Universitas Kristen Petra
suku), yang didalamnya terkadang terjadi pembauran etnis dengan kawin campur.
Masyarakat yang beretnis Tionghoa memegang peranan penting di dalam
kehidupan masyarakat di Jawa, khususnya di daerah Jawa Tengah dalam bidang
seni dan budaya.
Meskipun seseorang berasal dari luar etnis Jawa, yaitu etnis Tionghoa,
dan tinggal di daerah Jawa Tengah serta meneladani nilai-nilai luhur budaya Jawa
atau sifat Kejawen, baik dari segi budaya, dan sosial masyarakat Jawa (Rustopo
343) yang dikenal adiluhung (Florida, Rustopo 344). Secara tidak langsung etnis
tersebut telah menjadi bagian seutuhnya dari Jawa Tengah kontemporer.
Salah satu bentuk penyesuaian diri masyarakat yang bukan penduduk
pribumi Jawa Tengah dibuktikan dengan peran etnis di luar Jawa yaitu etnis
Tionghoa yang turut ambil bagian dalam mengembangkan seni budaya lokal Jawa
Tengah wayang wong Surakarta, yang mengalami kemunduran pada saat
pemerintahan Mangkunegara VI di wilayah Mangkunegaran Surakarta yang juga
menjadi bagian dari Jawa Tengah. Upaya Tionghoa dalam mengembangkan
kesenian lokal Jawa, ditandai dengan berdirinya paguyuban Wayang Orang
Panggung (WOP) di Surakarta, yang didirikan oleh seorang Tionghoa bernama
Gan Kam yang merasa prihatin terhadap mundurnya kesenian lokal yaitu kesenian
wayang wong di Surakarta yang sedang populer pada masa- masa sebelumnya.
4.2.3 Jawa Tengah Kontemporer Divisualkan Dengan Eklektik
Langkah eklektik adalah upaya dalam membangun suatu konstruk visual,
dengan cara memilih elemen-elemen yang dianggap baik, dan berasal dari konteks
latar belakang zaman, tempat, dan kebudayaan yang berbeda (Piliang 211).
Aplikasi eklektik dalam visualisasi iklan Suara Merdeka, adalah upaya melakukan
berbagai cara dalam menciptakan konstruk visual Jawa Tengah kontemporer,
yang menarik dan mudah dipahami oleh khalayak posmodern, dengan tujuan
akhir yaitu peningkatan citra produknya, bahkan dengan praktek eklektik
sekalipun, yang melibatkan unsur-unsur visual Jawa klasik dari berbagai daerah
seperti atribut penari wayang wong putri Surakarta dan topeng gaya Yogyakarta.
Langkah yang dilakukan untuk memvisualisasikan konstruk visualisasi figur Jawa
Tengah kontemporer di dalam visualisasi iklan Suara Merdeka versi “sahabat
113 Universitas Kristen Petra
sejati” adalah dengan meminjam serta memilih berbagai artefak busana penari
Jawa Tengah klasik yang dianggap “baik”, yang diaplikasikan di dalam iklan
Suara Merdeka, sebagai media kontemporer (Lotisna 9).
Di dalam iklan Suara Merdeka versi “sahabat sejati” ini, pengiklan
mencoba mengangkat tema “sahabat sejati” masyarakat Jawa Tengah yang
bergerak di dalam bidang media massa, melalui konstruk visual dengan muatan
lokal yang merujuk pada artefak masa lampau daerah Jawa Tengah klasik lalu
diaplikasikan ke dalam media iklan yang berkarakteristik kontemporer. Berikut
adalah pemaparan aplikasi eklektik di dalam iklan Suara Merdeka versi “sahabat
sejati” perempuan bertopeng.
4.2.3.1 Ilustrasi wayang wong tradisional Jawa Tengah yang dipakai di dalam
iklan koran Suara Merdeka
Elemen klasik yang terdapat di dalam iklan Suara Merdeka, berupa
visualisasi figur perempuan penari wayang wong Jawa klasik. Visualisasi figur
perempuan yang bermuatan artefak lokal klasik ini, berperan sebagai “inti pesan”
dalam iklan, yang merepresentasikan konstruk Jawa Tengah yang diklaim sebagai
citra koran Suara Merdeka. Di dalam hal ini, fungsi utama sebuah iklan adalah
untuk mendapatkan dampak tertentu dari masyarakat (khalayak) berupa dampak
sosial yaitu citra baik, dan dampak ekonomis bagi produsen berupa keuntungan
ekonomi seperti bertambahnya penjualan produk melalui citra yang dibentuk
dalam sebuah iklan (Widyatama 24).
Suara Merdeka mempromosikan dirinya sebagai representasi “Jawa
Tengah kontemporer” yang majemuk, melalui citra yang ditampilkan dalam
konstruk visual figur penari wayang wong klasik yang menggunakan berbagai
atribut-atribut Jawa klasik yang didalamnya terdapat unsur eklektik berupa
percampuran unsur-unsur daerah lainnya dari luar Jawa Tengah yang terdiri dari
elemen-elemen Jawa klasik daerah masing-masing seperti penggunaan topeng
Panji gaya Yogyakarta yang telah dimodifikasi, koncer gaya Jawa Timur yang
mengalami perubahan bentuknya, serta irah-irahan gaya Yogyakarta, yang
dipilah-pilah atau “diadili” menurut cara pandang kontemporer, dan didukung
dengan adanya kombinasi berupa tambahan-tambahan elemen grafis yang
merupakan produk kontemporer, seperti font tipografi dan elemen grafis lainnya.
114 Universitas Kristen Petra
4.2.3.2 Ilustrasi wayang wong klasik Jawa Tengah yang divisualisasikan
dengan menggunakan kecanggihan fotografi
Kecenderungan masyarakat Jawa Tengah kontemporer dalam
menghadapi fenomena budaya visual adalah upaya untuk lebih mengekspresikan
dan mengapresiasi suatu gagasan melalui visualisasi yang ditampilkan melalui
media elektronik yang bersifat instan, dapat diterima secara logika, dan memberi
ruang agar pengamat dapat memindahkan sebuah gambar secara instan di dalam
lingkungan yang didominasi oleh kelebihan inderawi (Dikovitskaya 73). Di dalam
aplikasi iklan Suara Merdeka, alasan penggunaan teknik foto dalam menangkap
objek visual (figur perempuan penari wayang wong) adalah dapat menciptakan
gambar yang tepat dan sesuai dengan objek aslinya dalam tempo waktu yang
singkat (instan). Sehingga menghasilkan gambar foto sosok model perempuan
yang mengenakan atribut wayang wong Jawa klasik yang otentik.
Gambar foto figur perempuan penari wayang wong putri dalam iklan
Suara Merdeka dimaknai sebagai konteks kelokalan Jawa Tengah yang masih
kental dengan budaya Jawa klasik yang bersifat majemuk (terdiri dari berbagai
gaya dan kebudayaan masa lalu), lalu “ditangkap” oleh kamera dan dicetak dalam
bentuk produk kontemporer, berupa gambar foto figur perempuan iklan, yang
menjadi sebuah representasi Jawa Tengah kontemporer (Piliang 184).
4.2.3.3 Visualisasi wayang wong Jawa Tengah klasik dalam media iklan
Suara Merdeka, yang diolah dengan digital imaging
Tampilan artifisial figur perempuan bertopeng dalam iklan koran Suara
Merdeka, mencerminkan praktek eklektik dengan melibatkan teknik digital
imaging, computer graphic dan simulasi yang didukung dengan perangkat
komputer dalam memkonstruksikan visualisasi figur Jawa Tengah kontemporer
dengan memasukkan elemen visual Jawa klasik (Piliang 57).
Proses digital imaging dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat
lunak komputer (software). Perangkat lunak komputer yang mendukung proses
digital imaging seperti Adobe Series, dalam membentuk konstruk visual tentang
Jawa Tengah kontemporer, dengan berbagai teknik rekayasa gambar (digital
imaging) seperti pengaturan komposisi warna pada gambar foto objek untuk
memperindah kesan visualisasi pada foto, misalnya pengaturan kontras warna
115 Universitas Kristen Petra
untuk menghasilkan warna cerah pada kulit figur penari wayang wong dalam
iklan Suara Merdeka.
4.2.4 Jawa Tengah kontemporer dikonstruksikan dengan pendekatan visual
oriented
Di dalam konstruk visual figur perempuan penari wayang wong iklan
Suara Merdeka, terdapat salah satu peranan budaya visual sangat penting dan
menjadi salah satu faktor utama yang menentukan penggambaran Jawa Tengah
kontemporer. Hal ini tidak terlepas dari fenomena orientasi visual (visual
oriented) dalam masyarakat posmodern yang lebih menekankan segala sesuatunya
berdasarkan aspek visual, baik dalam memaknai segala sesuatunya dan dalam
melakukan tinjauan, atau kebiasaan berpikir masyarakat posmodern mendasarkan
segala sesuatunya dari segi tampilan visualnya yang disebabkan oleh faktor krisis
informasi dan kelebihan muatan visual dalam kehidupan sehari-hari (Mirzoeff 3).
Visualisasi figur perempuan penari wayang wong yang merujuk pada
pemahaman tentang Jawa Tengah kontemporer dalam iklan Suara Merdeka versi
“sahabat sejati” Jawa Tengah ini, yang merupakan gambaran kondisi masyarakat
Jawa Tengah kini, di saat masyarakat posmodern cenderung lebih memahami
bahasa yang ditampilkan dalam gambar figur perempuan iklan yang merujuk pada
penari wayang wong Jawa, daripada pesan verbal iklan.
Di dalam konstruk visual Jawa Tengah di dalam iklan Suara Merdeka,
terdapat pergeseran makna yang mencolok, yaitu pergeseran nilai Jawa Tengah
klasik yang segala sesuatunya lebih dipahami oleh khalayak, dari segi ‘makna’
(meaning) seperti kandungan nilai tentang wayang wong Jawa klasik itu sendiri,
yang cenderung kurang diperhatikan oleh masyarakat Jawa Tengah posmodern.
‘Makna’ Jawa klasik yang divisualisasikan melalui gambar figur
perempuan iklan Suara Merdeka dengan atribut wayang wongnya, yang menurut
teori Nicholas Mirzoeff dan Cartwright, telah mengalami alih fungsi menjadi nilai
kontemporer baru yang lebih mengedepankan aspek visual, yang dibuat dengan
teknik kontemporer, dan diaplikasikan dalam peralatan modern yang bersifat non-
tradisional, seperti pelibatan penggunaan produk-produk berbasis teknologi
digital, tetapi juga ilmu pengetahuan yang kemudian dioperasionalisasikan untuk
116 Universitas Kristen Petra
mengangkat visualisasi figur penari wayang wong Jawa klasik yang menjadi
bagian sehari-hari masyarakat Jawa Tengah kontemporer atau everyday’s life
symbolic (Mirzoeff, Dikovitskaya 64).
4.2.5 Perayaan Visualisasi Jawa Tengah Kontemporer Sebagai Bagian Dari
Kemutakhiran Teknologi
Di era posmodern ini salah satu pola pikir budaya visual yang
ditampilkan melalui iklan Suara Merdeka adalah memutuskan dan melakukan
segala sesuatunya berdasarkan aspek tampilan visual dan “dirayakan” dengan
kemutakhiran teknologi (tren budaya visual). Salah satu teknologi yang digunakan
adalah perangkat komputer, yang dewasa ini seringkali digunakan oleh
masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Tengah, untuk merancang sebuah karya
visual yang kreatif. Hal ini didukung oleh pendapat Nicholas Mirzoeff dalam
wawancaranya bersama Margaret Dikovitskaya (2006) yang mengatakan bahwa
“Kemutakhiran terbaru dalam teknologi digital menyebabkan perubahan besar di
dunia yang menempatkan aspek visual menjadi hal yang pertama di dalam
kehidupan sehari-hari” (Dikovitskaya 58-59).
Salah satu faktor yang menunjang kreativitas seseorang dalam
memvisualkan gagasannya adalah perkembangan teknologi yang mutakhir.
Pengiklan menggunakan kamera foto digital, seperangkat instrumen lunak
(software) dan berat (hardware) yang berbasis komputerisasi untuk
memvisualkan gagasan-gagasan di benak pengiklan berupa visi dan misi
perusahaan Suara Merdeka dalam bentuk tampilan visualisasi konstruk figur
“Jawa Tengah”, dengan menggunakan teknologi komputer sepenuhnya, yang
diproduksi dengan peralatan berbasis teknologi modern dalam waktu yang
singkat, seperti mesin cetak atau printer (hardware), tata letak atau lay out koran
dan format koran online.
Salah satu karakteristik budaya visual adalah menggunakan
perkembangan teknologi mutakhir (yang salah satunya teknologi berbasis
informasi) ke dalam proses pembuatan tanda-tanda visual atau oleh Yasraf Amir
Piliang (2003) disebut sebagai dunia citraan (p.85). Salah satu bentuk aplikasi
iklan koran Suara Merdeka dalam euforia visual dengan kemutakhiran teknologi
117 Universitas Kristen Petra
lainnya adalah dengan aplikasi iklan koran Suara Merdeka versi “sahabat sejati”
Jawa Tengah melalui media internet, yang berfungsi sebagai sarana promosi iklan
(fungsi kontemporer) dalam dunia maya, serta dapat diakses tanpa dibatasi oleh
ruang dan waktu.
4.2.6 Jawa Tengah Kontemporer Direlasikan Dengan Konstruksi Fashion
Visualisasi fashion sangat erat jika dikaitkan dengan gaya hidup
kontemporer. Apabila ditinjau dari faktor kebudayaan Jawa Tengah posmodern
secara umum, salah satunya ciri kebudayaan Jawa Tengah posmodern adalah
adanya nilai-nilai kemajemukan yang tercermin di dalam gaya berbusananya.
Di dalam visualisasi Jawa Tengah kontemporer iklan Suara Merdeka,
konstruksi busana Jawa Tengah kontemporer melibatkan elemen-elemen visual
Jawa Tengah klasik yang dijadikan sebagai bagian di dalam konstruk busana figur
wayang wong putri iklan Suara Merdeka, hal ini menjelaskan asas utama
kebudayaan kontemporer adalah “bentuk yang selain mengikuti fungsi (nilai
guna) juga berkiblat pada kesenangan posmodernisme” atau form-follows-
function-follows-fun (Piliang 183).
Konstruksi fashion atau mode gaya berpakaian memiliki hubungan yang
erat dan secara tidak langsung memiliki keterkaitan dengan kebudayaan
posmodern yang cenderung bersifat fun atau bebas yang didukung dengan ide
kreatif, bersifat liar dan tanpa batasan (Piliang 37). Relasi antara visualisasi
konstruksi fashion dalam iklan Suara Merdeka dengan gambaran tentang Jawa
Tengah kontemporer di dalam konstruk visualisasi figur perempuan penari
wayang wong ini adalah gambaran mengenai Jawa Tengah kontemporer yang
masyarakatnya memiliki gaya hidup yang majemuk dan penuh akulturasi.
Hal yang tercermin di dalam konstruk visual atribut fashion busana yang
dikenakan oleh figur iklan Suara Merdeka versi “sahabat sejati” Jawa Tengah,
adalah penggunaan visualisasi atribut busana penari wayang wong, yang justru
‘diambil’ begitu saja dari konteks masa lalu yang berorietasi era Jawa klasik dan
ditempatkan di dalam media iklan koran yang seharusnya menggunakan
visualisasi sosok figur yang mencerminkan karakteristik media massa koran, yang
118 Universitas Kristen Petra
relevan dengan kehidupan modern yang cenderung formal dan rasional (Piliang
179).
Konsep fashion Jawa Tengah kontemporer yang terkandung di dalam
visualisasi figur perempuan wayang wong iklan Suara Merdeka yang berkitan
dengan kata fun di dalam asas posmodernisme adalah adanya gaya arbitrery atau
kecenderungan sewenang-wenang pengiklan dalam mengkonstruksi atribut
busana figur iklan, yang salah satunya dengan praktek eklektik artefak wayang
wong dan modifikasi artefak klasik menjadi sesuatu atribut yang baru, dan
menggabungkannnya menjadi satu konstruk fashion atau tata busana Jawa Tengah
kontemporer.